Cagub-Cawagub NTT Nomor 1, Esthon Funay - Christian Rotok saat menyaksikan pemotongan babi untuk melihat peluang paket Funay Rotok melalui usus babi. Acara ini dilakukan di Rumah Adat Bei Leto, Kamis (26/4/18).

sergap.id, Atambua- Calon Wakil Gubernur NTT, Christian Rotok, mengatakan, ketika dirinya masih menjabat Bupati Manggarai, dirinya tidak beragama, dan di moment Pilgub 2018 ini dirinya terkadang membenci Tuhan.

Pernyataan tersebut disampaikan Rotok saat bersama Esthon Funay melakukan kampanye Pilgub 2018 di Rumah Adat Bei Leto, Kelurahan Manumutin, Kecamatan Kota, Kabupaten Belu, Kamis (26/4/2018).

Awalnya, kedatangan pasangan Funay – Rotok bersama Ketua Komisi V DPR RI, Farry Francis, disambut secara adat oleh masyarakat Manumutin. Prosesi tersebut sebagai bentuk penghormatan sekaligus memohon doa restu kepada Tuhan dan para leluhur.

Salah satu acara adat yang dilakukan adalah pemotongan babi untuk melihat tanda-tanda masa depan yang ada pada usus babi. Kali ini tujuannya untuk meramal peluang Funay – Rotok dalam Pilgub.

Hasilnya? Di bagian atas usus, terdapat bagian usus yang lancip. Menurut ‘orang pintar’ setempat, tanda ini menunjukan bahwa Funay-Rotok akan berhasil  mengkanvaskan lawan-lawan di ring Pilgub.

Sementara pada bagian bawah usus terdapat tanda garis datar. Tanda ini menunjukan bahwa perjuangan Funay – Rotok akan mendapat banyak tantangan dari pasangan lain. Namun, tantangan itu tidak akan menghalangi mereka keluar sebagai juara.

Sedangkan pada bagian belakang usus terdapat banyak titik. Soal titik-titik ini, kata ‘orang pintar’ itu, menggambarkan banyaknya massa yang mendukung Funay – Rotok.

Usai melihat tanda-tanda tersebut, Rotok mengatakan bahwa terkadang dirinya membenci Tuhan. Sebab kata Rotok, di kantong baju Tuhan, sebenarnya sudah ada nama Gubernur dan Wakil Gubernur yang akan dilantik.

“Saya kadang benci dengan Tuhan. Nama Gubernur itu sudah ada dalam kantong Tuhan. Sebenarnya Tuhan tinggal menunjukan dua Huruf E-C (Esthon – Christian) saja, maka kami tidak susah lagi berkampanye,” ujar Rotok, bercanda.

Menurut dia, tanda yang ada pada usus babi, sebenarnya Tuhan hanya mau memberitahu kepada masyarakat NTT bahwa Gubernur dan Wakil Gubernur yang akan terpilih nantinya sudah sangat jelas.

Tapi, “Tuhan tidak ingin orang mendapatkan sesuatu secara gampang. Tuhan ingin agar umat-Nya harus berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya,” imbuhnya.

Kata Rotok, terkadang ada orang yang membawa-bawa agama guna melanggengkan kepentingan politiknya. Namun baginya, agama tidak boleh dijadikan sebagai bahan kampanye.

“Saya sejak dalam kandungan ibu sudah beragama Katolik. Namun, ketika saya menjadi Bupati Manggarai, saya katakan bahwa saya tidak beragama. Maksud saya, seorang pemimpin harus bisa mengayomi semua agama yang diakui di Indonesia,” ucapnya.

Funay – Rotok disambut secara adat di Kelurahan Manumutin, Kecamatan Kota, Kabupaten Belu, Kamis (26/4/2018).

Rotok bercerita, pernah suatu ketika dia bertanya kepada salah seorang biarawati yang bekerja di rumah sakit, “Ketika ada orang sakit yang datang, apa yang pertama suster tanyakan kepadanya?”

Biarawati itu menjawab, “Saya akan tanyakan apa yang dirasakan oleh pasien itu”.

Rotok kembali bertanya, “Mengapa suster tidak menanyakan apa agamanya?”

Biarawati itu balik bertanya, “Mengapa harus demikian? Saya bertugas untuk merawat orang yang sakit, apapun agamanya”.

Mendengar jawaban Suster, Rotok mengaku, dirinya langsung mengacungkan jempol kepada biarawati sambil berkata, “Apa yang dilakukan oleh suster sudah benar”.

“Demikian juga yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus melayani rakyatnya tanpa memandang agama, suku, dan ras. Ingat, Vox Papuli Vox Dei. Suara Rakyat adalah Suara Tuhan,” ucap Rotok. (ric/ric)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini