Bupati Kabupaten Ngada, Paulus Soliwoa saat menari Ja'i di Mengeruda, sekitar lokasi pemandian air panas So'a, Ngada.
Bupati Kabupaten Ngada, Paulus Soliwoa saat menari Ja'i di Mengeruda, sekitar lokasi pemandian air panas So'a, Ngada.

sergap.id, INERIE – Soal wisata, Kabupaten Ngada punya segudang potensi yang sayang jika dilewatkan. Salah satunya adalah gunung Inerie yang memiliki ketinggian 2.245 meter di atas permukaan laut.

Bentuk salah satu gunung tertinggi di Pulau Flores ini seperti piramida lurus sempurna dan posisinya berhadapan langsung dengan gunung Ebulobo di Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo.

Sejak dulu, gunung Inerie dianggap sebagai ibu oleh warga sekitar gunung, termasuk mereka yang tinggal di kampung Bena.

Nama Inerie sendiri diambil dari kata “Ine” yang artinya ibu, dan “Rie” yang berarti cantik.

Konon di puncak Inerie berdiamlah dewa-dewa penjaga. Salah satunya adalah dewa kesatria Jaramasi yang dipercaya tinggal di sebuah batu besar yang terletak di sisi selatan puncak gunung.

Jaramasi merupakan ayah dari Inerie yang dikuburkan di puncak gunung. Ia menguasai orang-orang mati di gunung itu.

Dalam mitos lain diceritakan bahwa nama gunung Inerie diambil dari nama seorang perempuan bernama Inerie yang merupakan istri dari Ebulobo yang punya nama lain Amburombu.

Suatu ketika Inerie dan Ebulobo bentrok. Inerie melemparkan sendok ke Ebulobo hingga satu giginya tanggal. Itulah sebabnya mengapa sekarang ini ada sedikit sobekan di puncak gunung Ebulobo.

Kemegahan gunung Inerie inilah yang mengilhami Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngada menggelar festival pariwisata dengan nama Festival Inerie.

Menurut Bupati Kabupaten Ngada, Paulus Soliwoa, Festival Inerie merupakan ajang promosi pariwisata yang ada di Ngada, sekaligus bentuk ajakan kepada para wisatawan agar mau datang ke Ngada.

“Pariwisata menjadi bagian penting dari pembangunan Ngada dalam mendongkrak pendapatan asli daerah,” ujar Soliwoa kepada wartawan, Senin (24/6/19).

Menurut dia, Ngada memiliki potensi pariwisata yang tak kalah hebat dengan yang ada di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.

Selain punya budaya unik, Ngada juga memiliki pariwisata gunung dan pemandian air panas di beberapa tempat, serta taman laut yang luar biasa indah, yakni taman laut 17 Pulau Riung.

“Festival ini penting. Sehingga pariwisata kita menjadi terkenal,” tegasnya.

Ia berharap seluruh masyarakat Ngada mendukung event ini agar berjalan lancar.

“Kegiatan ini juga diharapkan dapat merangsang iklim usaha penenun, musik tradisional dari Bambu dan kelompok seni lain yang ada disini,” ucapnya.

Bupati Kabupaten Ngada, Paulus Soliwoa saat memimpin tarian Ja’i di Mengeruda, Kecamatan So’a, Ngada.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ngada, Methodius Reo Maghi, menjelaskan, Festival Inerie akan dilangsungkan sejak tanggal 2 sampai 10 Juli 2019.

Festival ini dibagi dalam beberapa kegiatan, yakni:

  1. Tanggal 2 – 6, workshop tenun ikat di Hotel Edelweis Bajawa.
  2. Tanggal 4 – 6, workshop musik Bambu di Kampung Wogo, Kecamatan Golewa.
  3. Tanggal 5, seminar bedah buku di Hotel Virgo Bajawa.
  4. Tanggal 6, dialog budaya di Aula Setda Ngada dan pagelaran seni di gedung seni pertunjukan Bajawa.
  5. Tanggal 7 – 9, pameran tenun ikat dan kerajinan ekonomi kreatif di lapangan Kartini Bajawa, serta pagelaran musik tari tradisional.
  6. Tanggal 8, karnaval dan fashion show di lapangan Kartini, serta temu kopi Arabika Bajawa di Desa Rakalaba, Kecamatan Golewa Barat.
  7. Tanggal 9 – 10, ritual Ka Sao atau syukuran rumah adat di kampung Tololela, Kecamatan Inerie.

“Pelaksanaan Festival Inerie ini didukung oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, dan Badan Otoritas Pariwisata Labuan Bajo,” tutupnya. (red/bel)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini