Rabat TA 2018 yang sudah dikerjakan dan yang belum dikerjakan oleh Ali Buton.

sergap.id, KEO – Pemilihan suplayer yang salah bisa berakibat fatal. Seperti yang dialami Pemerintah Desa (Pemdes) Ngera, Kecamatan Keo, Kabupaten Nagekeo.

Gara-gara suplayer tak menyelesaikan pekerjaan Tahun Anggaran (TA) 2018, desa di bagian selatan Nagekeo itu tak kebagian Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD) TA 2019.

Padahal jatah DD dan ADD 2019 untuk Desa Ngera sebesar Rp 1.421.449.000 (satu miliar empat ratus dua puluh satu juta empat ratus empat puluh sembilan ribu rupiah)

Pencairan Rp 1,4 miliar itu tidak bisa dilakukan disebabkan oleh Kepala Desa (Kades) Ngera, Surya Luji, yang hingga hari ini belum memasukan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) TA 2018 dan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPD) TA 2019 ke Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Nagekeo sebagai syarat utama pencairan DD dan ADD 2019.

“Sehingga DD dan ADD tahap pertama dan kedua belum diterima Pemdes Ngera,” beber Kepala  Seksi Pengelolaan Keuangan dan Aset Desa Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Kabupaten Nagekeo, Thomas A  Nuga kepada SERGAP.

Menurut dia, dari 97 Desa di Nagekeo, hanya Desa Ngera yang belum menerima DD dan ADD tahap 1 dan 2 TA 2019.

“Untuk 96 desa yang sudah melakukan pencarian tahap 1 dan 2, saat ini tinggal pengajuan tahap 3,” kata Thomas.

Camat Keo Tengah, Hilldegardis Mutha Kasi, membenarkan persoalan yang sedang dihadapi Pemdes Ngera itu.

Bahkan ia telah meminta Inspektorat Nagekeo untuk mengaudit penggunaan DD dan ADD TA 2018 di Desa Ngera.

“Saya sudah kirim surat permohonan ke Inspektorat untuk Audit. Kepala Inspektorat berjanji November ini, mungkin minggu ini, tim audit sudah turun ke Desa Ngera,” ucapnya.

Kata Hildegardis, tak ada pekerjaan fisik di Desa Ngera yang menggunakan DD dan ADD TA 2018.

“Pekerjaan fisik tidak kelihatan,” tegasnya.

Kades Ngera, Surya Luji, mengakui semua apa yang dibeberkan oleh Thomas dan Hildegardis.

“Yang menjadi persoalan adalah tunggakan pekerjaan Rabat 2018 yang belum diselesaikan oleh Suplayer atas nama Ali Maru alias Ali Buton. Proyek ini bernilai Rp 300 juta,” katanya.

“Suplayer belum kerja, tapi uang kami sudah kasih semuanya. Sekarang Suplayernya sudah kabur, tidak tau dimana dia sekarang,” paparnya.

Surya merinci total tunggakan yang belum disesaikan oleh Ali Buton, yakni pekerjaan Rabat sepanjang 249 meter dari 639 meter yang harus dikerjakan.

Sementara material, kata Surya, belum sama sekali disuplay oleh Ali Buton, yakni Semen 625 sak, Pasir 70 kubik, dan kelikir 82 kubik.

Selain belum mensuplay material, Surya mengatakan, Ali Buton juga membawa kabur uang Harian Orang Kerja (HOK).

Terkait penunjukan Suplayer asal Pulau Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara yang kini berdomisili di Kecamatan Mauponggo, Nagekeo itu, kata Surya, sudah melalui prosedur pelelangan yang berlaku.

“Untuk pemilihan suplayer sudah memenuhi persyaratan. Kita mau ambil orang di sini tidak ada yang memenuhi syarat. Tdak ada mobil atau alat lainnya. Kita takut. Terpaksa kita ambil dia, kebetulan dia punya isteri orang asli Ngera, hanya mereka tinggal di Mauponggo,” katanya.

Surya mengaku, pekerjaan rabat terhenti sejak Agustus 2018 ketika Ali Buton tidak lagi mensuplay material dan diketahui telah melarikan diri.

“Sejak saat itu dia tidak diketahui keberadaanya. Saya telepon sudah tidak masuk lagi,” tutup Surya. (sev/sev)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini