Robert Endi Jaweng

sergap.id, JAKARTA – Lawan politik PDIP di Pilgub NTT 2018 sangat berat. Karena disana ada pasangan Esthon Foenay – Chris Rotok (Gerindra – PAN) dan Benny K. Harman (BKH) – Benny Litelnoni (Demokrat, Hanura, PKPI, PKS).

“Dari nama yang ada di atas meja PDIP. Dari figur-figur yang beredar selama ini. Mau tidak mau PDIP harus memilih Marianus Sae jika ingin menang. Karena lawan PDIP kali ini sangat berat. Disana ada Esthon – Chris. Ada juga BKH – Benny Litelnoni. Ini lawan yang berat. Dan, hanya Marianus yang mampu merubah peta politik. Marianus sangat diidolakan masyarakat. Itu karena kesuksesannya membangun daerah (Kabupaten Ngada),” ujar pengamat politik jebolan Universitas Gajah Mada (UGM) asal Pulau Flores, Robert Endy Jaweng kepada SERGAP.ID di Jakarta, Kamis (9/11/17) siang.

Apalagi sejak awal PKB telah menjagokan Marianus Sae sebagai Calon Gubernur NTT periode 2018 – 2023. Maka, mau tidak mau, koalisi PDIP – PKB harus mendungkung Marianus Sae. Jika tidak, maka PDIP dan PKB tak punya calon di Pilgub 2018.

Sebab partai politik yang tersisa atau yang belum resmi berkoalisi untuk Pilgub 2018 tinggal PDIP yang memiliki 10 kursi di DPRD NTT dan PKB 5 kursi dari total syarat minimal 13 kursi untuk bisa mencalonkan paket cagub dan cawagub.

Menurut Robert, pasca Frans Lebu Raya, PDIP di Pilgub 2018 mengalami krisis kader. Walau disana ada Kristo Blasin, Ray Fernandez dan Adinda Lebu Raya.

“Dari amatan saya selama ini, walaupun pak Ray juga sukses sebagai Bupati di Kabupaten Timor Tengah Utara, tapi figur yang paling pas untuk didorong ke Pilgub NTT adalah Marianus Sae. Dan mestinya begitulah politik kita. Jika ada yang sukses di kabupaten/kota, maka sepantasnya figur itu didorong naik. Begitu juga jika di desa ada kepala desa yang sukses. Dia pantas didorong menjadi wakil rakyat di DPRD. Itu yang namanya politik konstituensi. Apalagi di Pilgub kali ini, PDIP menghadapi lawan yang berat. Karena itu, menurut saya hanya Marianus Sae yang bisa mengimbangi BKH dan Esthon Foenay,” papar Robert.

Kata Robert, Pilgub kali ini adalah ajang pemanasan menghadapi Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres). Dan, jika PDIP salah pilih, maka hasilnya akan mempengaruhi perolehan suara di Pileg dan Pilpres 2019.

“Kita tunggu saja apa yang diputuskan PDIP tanggal 11 (November 2017) nanti. Hasilnya akan berpengaruh ke Pileg dan Pilpres,” ucap Robert.

Informasi yang dihimpun SERGAP.ID di Jakarta menyebutkan, deklarasi Cagub dan Cawagub NTT, Bali, Riau, Maluku, Maluku Utara, dan Papua akan dilakukan pada Sabtu 11 November 2017.

Marianus Sae dan Emy Nomleni disebut-sebut telah mengantongi restu Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri untuk mau maju sebagai Cagub dan Cawagub NTT.

Sementara di NTT masih terjadi kisruh di internal PDIP. Ada yang menjagokan Kristo Blasin, ada yang mengidolakan Ray Fernandez, dan ada pula yang ingin Adinda Lebu Raya diusung PDIP sebagai Cagub di Pilgub 2018.

“Saya tidak meremehkan yang lain. Tapi jika ingin menang, maka menurut amatan saya, hanya Marianus Sae yang bisa diandalkan dan mampu mengimbangi BKH dan pak Esthon. Yang lain sangat susah untuk menang,” kata Robert. (BB/BB)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini