Kabag Humas Pemkab Nagekeo, Gaspar Taka (berbaju putih).

sergap.id, MBAY – Sebanyak 700 peserta Pekan Daerah (PEDA) Kontak Tani Nelayan Andalan (PEDA KTNA) ke-XV dari berbagai kabupaten/kota di Provinsi NTT akan diajak keliling Kabupaten Nagekeo.

Demikian disampaikan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Nagekeo, Wolfgang Lena melalui Kabag Humas Pemkab Nagekeo, Gaspar Taka kepada SERGAP.ID, Kamis (13/4/17).

Menurut Gaspar, acara yang akan dibuka oleh Gubernur NTT Frans Lebu Raya pada tanggal 19 April 2017 nanti akan didahului dengan acara “bumbu penyedap rasa”, yakni parade budaya peserta PEDA KTNA dari 22 kabupaten/kota se NTT, dan jamuan makan malam (gala dinner) bersama utusan 5 orang per kabupaten/kota pada tanggal 18 April 2017.

Sedangkan peserta lain akan disambut oleh warga RT dan Peguyuban (Gala Dinner) di tempat penginapan.

“Puncak acara adalah pembukaan oleh Gubernur NTT pada 19 April yang dimeriahkan dengan pagelaran 1000 dero yang dibawakan siswa-siswi dari 20 sekolah dalam radius ibu kota Mbay, dan parade ‘alsintan” (alat mesin pertanian) anek jenis dan ukuran, dan parade para PPL/Babinsa. Itulah seremonialnya dari substansi pesan PEDA KTNA itu sendiri dengan sebuah ungkapan dunia pertanian akan menjadi lebih indah bila dunia pertanian dibungkus pariwisata,” jelas Gaspar.

Gaspas menjelaskan, sesuai jadwal yang ada, setelah upacara pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan berbagai pertemuan, di antaranya temu wicara dengan Gubernur NTT terkait kebijakan pembangunan di sektor pertanian, unjuk tangkas (lomba bongkar pasang handspayer, lomba memilih jenis kelamin anak ayam, lomba memilih jenis kelamin ikan karper, serta lomba mengupas plus membelah dan mencungkil kelapa), dan asah trampil cerdas tangkas.

Selanjuntya, pada tanggal 20 April 2017, para peserta PEDA KTNA akan melakukan kegiatan kunjungan lapangan (widyawisata) yang dibagi dalam dua grup.

Grup pertama akan mengunjungi titik-titik lokasi budidaya dan teknologi pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan di wilayah Utara Nagekeo dalam radius dataran Mbay. Peserta akan akan di antar ke suatu titik di bukit Roe untuk bersama-sama melihat hamparan sawah Mbay seluas ± 6000 hektar yang membentang dari kiri hingga kanan Sungai Aesesa, DAS terbesar di Pulau Flores.

Masing-masing peserta bisa menemukan sendiri keagungan Sang Illahi, Pemberi “Mbay-Paradise” bagi Flores – NTT untuk Nusantara.

Turun dari bukit Roe, peserta akan diantar lagi ke Aeramo. Di situ para peserta akan diperkenalkan dengan teknik pertanian organik, yakni teknik budidaya padi sawah tanpa menggunakan bahan kimia anorganik; (lalu tentantif ke lokasi vertical dryer, yakni teknologi pengeringan jagung 3 ton per jam serta Unit Provessing Benih (UPB) skala modern.

Dari Aeramo, peserta diajak menuju ke Pelabuhan Marapokot dan mengikuti perkenalan sistem pertanian integrasi pola 234, yakni pola yang dalam areal 2 ha sawah, bisa 3 kali tanam padi-padi-jagung, sambil memelihara 4 ekor sapi hingga mampu meningkatkan pendapatan dan menjaga keseimbangan ekosistem yang ramah lingkungan. Dari integrasi tersebut akan dihasilkan pupuk organik berupa kompos dan bokasih, pestisida organik berupa bio urin dan kompor tanpa minyak tanah (Biogas).

Dari Marapokot, peserta diantar menuju Nila. Di sini, peserta akan diperkenalkan sistem Laboratorium Lapangan dengan teknologi irigasi pipa yang menghantar air ke tempat penanaman jagung. Di situ akan terbukti ungkapan “Hari-hari tanam jagung, hari-hari panen jagung, dan hari-hari terima uang. Tanam jagung makan nasi”. Saudara-saudari asal Bima NTB yang telah hari-hari mempraktekan sistem tersebut di tempat itu, akan diperdalam lagi sistemnya oleh peserta PEDA KTNA.

Di tempat yang sama, para peserta akan diperlihatkan model Inseminasi Buatan (IB) yakni kawin suntik untuk memperbaiki mutu genetik sapi, dan juga Transfer Embrio (TE), yakni gertak birahi untuk memindahkan embrio sapi (dengan teknologi tinggi). Bila jam makan telah tiba, para peserta akan menikmati santap siang bersama para petani Mbay II di Nila.

Ditempat yang sama juga dilakukan demo panen padi menggunakan alat panen modern (combina harvesther) bantuan Kementrain Pertanian. Petani juga diajak untuk demo tanam padi menggunakan mesin rice translpanter di Mbay I.

Menjelang senja, para peserta akan diantar ke Nggolonio. Di sana mereka akan menyaksikan dari dekat potensi ladang garam 1000 ha lebih dan industri garam Jodium. Sekembalinya dari Nggolonio, para peserta kiranya mendapat kesempatan menikmati “panorama senja perbukitan Sangabenga/Weworowet” dalam perjalanan pulang ke Mbay serta mengunjungi bendung Soetami dgn kapasitas air 7000 m3 per detik, sebelum akhirnya tiba dengan sejuta kenangan di tempat penginapan masing-masing.

Grup kedua akan menuju wilayah Selatan Nagekeo. Dari Mbay, peserta akan diantar langsung menuju lokasi Agroforestri BPP Rendu. Di sana akan diperkenalkan model integrasi tanaman pertanian hortikultura dan kehutanan untuk menjaga kelestarian ekosistem terutama pada lahan-lahan marginal, lahan-lahan dengan kemiringan lebih dari 40 derajad melalui sistem teras sering dan pergiliran tanaman. Lokasi percontohan ini mendapat dukungan sumber air baku dari 3 embung kecil bagian hulu, dialirkan ke SMKN Jawakisa dan BPP Rendu, selanjutnya dengan sistem perpipaan mengaliri tanaman di sepanjang daerah teras sering lahan kering.

“Dinas Pertanian tidak hebat di tempat yang tanahnya subur. Jagung dilempar ke tanah saja bisa tumbuh. Dikatakan hebat, bila kehadiran Dinas Pertanian bisa membuat jagung bertumbuh subur di daerah kering marginal seperti di sekitar BPP Rendu pada musim panas,” ujar Silvester Teda Sada.

Dari BPP Rendu, para peserta akan diarahkan menuju SPP St. Isidorus Boawae yang sebelumnya mengunjungi usaha ayam pedaging pola kemitraan dengan jejeran kandang ayam di Kelurahan Olakile.

Peserta juga akan mengunjungi Kebun SPMA sebagai Laboratorium Lapangan Agribisnis Terpadu (LLAT), yakni tempat pembelajaran tranfer teknologi skala kecil untuk pengembangan pertanian agribisnis (tanaman pangan, hortikultura, toga, Hijauan Makanan Ternak /HMT, ternak sapi dan unggas); serta pengolahan limbah menjadi pupuk bokashi dan biogas, energi terbarukan yang berperan menggantikan kompor pemanas minyak tanah. Juga pengolahan hasil pertanian dari bahan baku lokal menjadi aneka snack siap saji yang diberi nama Snack Jagung Nagekeo (SEJANA).

Para peserta akan memasuki kebun SPP, melewati areal HMT (tanaman legum, cimpelang kiri dan kanan) yang tumbuh dibawah perkebunan kelapa hibrida, menuju kebun jagung dengan penyiraman springkel (sehingga ada jagung yang sudah tumbuh saat jagung tua masih ada/belum dipanen) serta irigasi springkel hortikultura dengan sumber air tanah dengan kedalaman 70 meter.

Akan ada demonstrasi lampu gas tanpa minyak tanah, menggunakan teknologi biogas. Selanjutnya menuju lokasi (kandang) penggemukan sapi pola kemitraan antara SPP dan PT Air Sumber Hidup Sejahtera (ASHS) dan pembuatan konsentrat pakan sapi serta pakan fermentasi yang berasal dari jerami padi, jagung, kacang-kacangan (sehingga penambahan berat badan  sapi bisa mencapai 0,8 – 1,8 kg per hari). Dari kebun SPP, peserta akan menuju kampus SPP untuk menyaksikan pameran aneka olahan hasil pertanian pangan lokal dan Unit Pengolahan Hasil Pangan Lokal (UPHPL) serta pendidikan pertanian berbasis asrama berkarakter.

Selesai kunjungan di SPP, para peserta langsung menuju Kampung Sawu di Mauponggo. Selain menikmati makan siang di tempat ini, para peserta akan diberi kesaksian bahwa itulah kampung adat yang sumber kehidupan harian warganya berasal dari hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan seperti cengkeh, kakao, pala, lada, kemiri dan kelapa.

Selesai santap siang, para peserta kembali dan di Wolosambi di mana telah ada pameran sapi Mauponggo dan kendaraan-kendaraan expedisi yang siap mengantapulaukan pisang dan kelapa. Para peserta juga akan diajak mampir di kawasan perkebunan Lajawajo, tempat sumber benih bersertifikat Nasional untuk tanaman cengekh dan pala.

Setelah itu para peserta kembali (menyinggahi kampung Boawae sebagai destinasi wisata budaya sambil menikmati kopi sore, tentatif); mampir di Politeknik St. Wilhelmus Boawae sebagai satu-satunya lembaga pendidikan tinggi berbasis pertanian lahan kering di Flores.

Dari sini peserta alumni SPP kembali ke SPP untuk temu alumni, sedangkan yang lain kembali ke Mbay melalui Aegela atau Jawakisa (tergantung situasi).

“Dengan sehari penuh berada di lokasi titik kunjungan ini, para peserta yang adalah petani-nelayan NTT kiranya mendapat ‘pesan’ pertanian, pengetahuan dan wawasan baru mengenai sistem, pola, teknologi dan pendekatan budidaya pertanian lainnya dari bumi Nagekeo untuk dibawa pulang ke daerah masing-masing. Itulah pentingnya PEDA KTNA ke-XV tingkat Provinsi NTT di Kabupaten Nagekeo,” kata Gaspar. (Sekber PEDA KTNA Ke XV Nagekeo)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini