Kalau memang lu besar dari keluarga serba berkecukupan, itu lu punya keberuntungan. Tapi lu sonde usah sombong, kalau sampai hari ini, di saat lu sudah berumur tua begini, tidak ada satu pun prestasi yang bisa membanggakan orang tua.

Mestinya Lu malu. Mestinya lu bersikap lebih bijak menghargai perjuangan hidup orang tua. Sonde usah sombong, apalagi sampai pamer harta orang tua seolah-olah itu lu punya hasil keringat.

Lu punya sifat egois itu akan membunuh lu sendiri. Karena orang di sekitar pasti akan menjauh, dan yang melingkari lu hanya penjilat.

Ya, hanya penjilat. Karena hanya penjilatlah yang bisa mengalahkan akal sehat.

  1. Tipu-Tipu

Lu punya hidup memang serba berkecukupan. Lu bisa makan enak, mengikuti trend yang ada, entah penampilan atau teknologi.

Bahkan uang di dompet atau lu punya tabungan mungkin sonde pernah habis. Tapi apalah arti kemapanan yang semacam itu kalau semua didapat dari hasil keringat orangtua?

Sedikit-sedikit, “bapa, minta uang do,”. Sedikit-sedikit jual harta orang tua. Kadang lu masih suka tipu-tipu  demi terlihat hidup mapan.

  1. Kemalasan

Ganti ponsel pamer. Punya mobil baru pamer. Abis jalan-jalan, pamer. Punya rumah besar, pamer! Punya tanah banyak, pamer! Padahal itu semua datang dari orang tua atau peninggalan orang tua.

Bukankah itu lu sedang memperlihatkan lu punya kemalasan?

Jadi orang itu mesti bisa mandiri yang dimulai dengan kerja-kerja yang menghasilkan. Bukan hanya harap orang tua atau harap harta orang tua!

  1. Sia-Sia

Sebenarnya sonde masalah jika lu memamerkan harta orangtua lewat kehematan. Sebab penilaian yang muncul pasti positif.

Tapi bagaimana kalau lu memamerkannya dengan menghamburkan-hamburkan uang? Bukankah sikap itu kesia-sian belaka?

Andai saja lu berpikir lebih jauh, bahwa kekayaan orangtua itu sesuatu yang fana, yang bisa saja hilang kapan saja, pasti lu akan terjaga bagaimana supaya harta ini bisa berpengaruh baik buat lu pung hidup.

  1. Batu Loncatan

Lu punya orang tua memang punya kewajiban untuk membiayai atau mencukupi lu punya kebutuhan. Tapi lu juga harus paham, jika kewajiban itu bukan untuk selamanya.

Kewajiban mereka akan terlepas saat lu punya umur sudah dewasa. Kalaupun orangtua punya harta yang cukup, bukankah harusnya lu menjadikan itu sebagai batu loncatan atau modal untuk kesuksesan?

Lu bisa menggunkannya untuk membuka usaha kan? Atau mengembangkan usaha yang sudah dirintis orang tua. Setidaknya, jangan sampai lu berpikir harta orangtua itu pijakan akhir dalam pencapaian lu punya sukses.

Lu sonde bisa terus bergantung dengan apa yang dimiliki orangtua. Toh setiap orangtua diam-diam ingin melihat anaknya sukses dengan usahanya sendiri. Bukan sukses dari apa yang sudah mereka miliki.

Iya, memamerkan harta orangtua memang memberi kepuasan. Lu dapat cap anak orang kaya saja sudah bisa bikin hati berbunga-bunga. Tapi coba lu pikir, saat harta orangtua habis?

Mendadak lu punya dunia runtuh, mungkin saja! Karena memang apa yang lu rasakan selama ini semu belaka.

  1. Kesuksesan

Jangan cuma bisa gaya. Lu juga harus punya prestasi yang bisa dibanggakan. Karena patokan kesuksesan bukan dilihat dari siapa lu pung mama, siapa lu pung bapa?

Buat apa pamer harta orangtua kalau hanya untuk kepuasan sesaat. Apalagi sampai berharap kekayaan orangtua kelak jadi warisan untuk lu punya anak cucu.

Kalau memang lu besar dari keluarga serba berkecukupan, itu lu punya keberuntungan. Tapi lu sonde usah sombong, kalau sampai hari ini, di saat lu sudah berumur tua begini, tidak ada satu pun prestasi yang bisa membanggakan orang tua.
Kalau memang lu besar dari keluarga serba berkecukupan, itu lu punya keberuntungan. Tapi lu sonde usah sombong, kalau sampai hari ini, di saat lu sudah berumur tua begini, tidak ada satu pun prestasi yang bisa membanggakan orang tua.

Pikirlah bagaimana orangtua bekerja keras demi mendapatkan itu semua. Apa lu sonde merasa malu sudah berumur tua begini tapi belum paham juga arti berjuang untuk hidup? Karena itu sonde usah sombong kalau semua kekayaan yang lu miliki saat ini punya orang tua. Sadarlah kawan! (Anita Nevas Ball)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini