Home Daerah Kupang ASN 4D Pulang Tidak menghasilkan Sesuatu Adalah Bukti Kejiwaannya Terganggu

ASN 4D Pulang Tidak menghasilkan Sesuatu Adalah Bukti Kejiwaannya Terganggu

Upacara bendera memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 10 Oktober 2017 di RSJ Naimata, Kota Kupang.

sergap.id, NAIMATA – Selasa (10/10/17), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menggelar apel bersama di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Naimata, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang.

Upacara memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia itu dilaksanakan pada pukul 09.00 Wita, dipimpin oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala RSJ Naimata, Dr. Dickson Legoh, SpKJ.

Upacara ini juga diikuti oleh Ketua PPNI Propinsi NTT, Aemilianus Mau, S. Kep, Ns, M. Kep, para dokter muda kejiwaan, perawat, staf rumah sakit jiwa Naimata, puluhan mahasiswa dari Stikes Maranatha, Poltekes Kemenkes Kupang, Stikes CHMK, serta para dosen, dan sejumlah undangan.

Dalam sambutannya, Legoh mengatakan, PPNI sebagai lembaga yang menangani profesi telah mampu melihat kebutuhan dasar manusia dengan memperhatikan kondisi hidup orang lain dari sisi psikis atau kejiwaan.

Sesuai dengan tema Kesehatan Jiwa Yang Prima Mewujudkan Produktivitas Kerja Dan Kesejahteraan Keluarga, pemerintah telah melakukan pendampingan terhadap orang dengan gangguan jiwa, merawat secara manusiawi lewat instansi terkait, psikolog, para dokter jiwa.

Ini membuktikan bahwa pemerintah serius menangani masala sosial ini. Di samping itu sebagai upaya pemerintah dalam memperhatikan kesehatan jiwa di tempat kerja, telah dan akan terus dilakukan pemeriksaan kesehatan badan atau jasmani dan pemeriksaan jiwa secara terpisah. Ini untuk menghindari gejala kebosanan yang dapat menyebabkan kinerja memburuk hingga produktivitas menurun.

Foto bersama usai upacara memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di RSJ Naimata, Kupang.

Sebagai contoh kecil para Aparatur Sipil Negara (ASN) yang hanya Datang, Duduk, Dengar, Diam (4D), pulang lalu tidak menghasilkan sesuatu untuk tempat kerjanya adalah bukti mental atau kejiwaannya terganggu.

Di dalam kelurgapun apabila anggota keluarga setiap hari merasa cemas berlebihan hingga berujung pada keputusasaan dan bunuh diri itu adalah akibat dari kejiwaanya sedang mengalami gangguan. Oleh karena itu mereka inilah perlu dilakukan pendampingan oleh psikiater yang ada.

Menurut Legoh, walau pun RSJ Naimata belum beroperasi maksimal, namun selama ini para pasien gangguan jiwa ditangani di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) WZ. Yohanes Kupang.

Di sana pasien diperhatikan secara khusus, diobati, dirawat, dan didampingi secara terus menerus hingga mengalami kesembuhan serta dapat mengalami hidup normal layaknya manusia lain.

Dengan jumlah dokter dan perawat yang terbatas, Legoh berjanji tetap melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan berharap agar dari mahasiswa yang hadir, ada yang menjadi mau menjadi pendamping orang dengan gangguan jiwa.

Legoh berharap, masyarakat NTT tidak malu meminta pendampingan dari psikiater atau membawa ke rumah sakit jiwa bila mengetahui ada anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa.

“Ini fasilitas umum yang telah disediakan pemerintah, dan bila mengalami kesulitan biaya perawatan, pemerintah memudahkannya lewat BPJS, surat keterangan tidak mampu dari desa atau kelurahan, ataupun dapat melalui dinas sosial yang ada,” kata Legoh.

Aemilianus Mau, S. Kep, Ns, M. Kep dan Dr. Dickson Legoh, SpKJ.

Di tempat yang sama, kepada SERGAP.ID, Kepala PPNI Propinsi NTT, Aemilianus Mau, S. Kep, Ns, M. Kep, menjelaskan, kegiatan memperingati hari kesehatan jiwa sedunia adalah bentuk kepedulian PPNI melalui Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa (IPKJ) kepada orang dengan gangguan jiwa.

“Mereka ini manusia yang sedang sakit jiwanya, sama dengan penderita penyakit jasmani lainnyà. Mereka jangan dikucilkan, dibiarkan begitu saja hingga gangguan jiwanya kronis. Orang dengan gangguan jiwa perlu disentuh secara humanis. Kalau tidak, penyakit yang mereka derita akan bertambah parah hingga merugikan orang sekitar,” ujar Mau.

“Selama ini orang dengan gangguan jiwa dicap bahkan diberi label sampah masyarakat, ini jangan lagi terjadi. Bahkan tubuhnya dipasung atau diikat. Ketika memasung tubuh orang yang mengalami gangguan jiwa kita juga sebenarnya memasung jiwa mereka. Memenjara jiwa mereka hingga berujung pada hancurnya harapan hidup. Akibatnya orang dengan gangguan jiwa akan semakin terpuruk,” tambahnya.

Mau menghimbau masyaràkat NTT untuk berani mencari pendampingan bila ada anggota keluarga yang mengalami kecemasan berlebihan, depresi atau tanda-tanda akan dilakukan bunuh diri. (Frids WL)

Tidak Ada Komentar

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Exit mobile version