sergap.id, KUPANG – Sikut menyikut di tubuh Golkar kian tak terbendung. Dua tokoh beda usia berebut ‘pasword’ agar ditetapkan sebagai Calon Gubernur (Cagub) Provinsi NTT periode 2018 – 2023.
Dua kandidat yang sedang gerilya memetik simpati masyarakat dan berupaya meraup kepercayaan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar itu adalah I.A Medah dan Melki Lakalena.
Medah yang kini berumur 70 tahun (kelahiran 1947) merasa paling layak memimpin NTT, ketimbang Melki Lakalena yang sekarang baru berumur 41 tahun (kelahiran 1976).
Medah makin tak sabar ketika isu berhembus bahwa DPP bakal menetapkan Melki Lakalena sebagai Cagub 2018.
“Dalam tempo satu bulan kedepan sejak hari ini, saya siap mendeklarasikan diri sebagai calon Gubernur bersama pasangan saya, dan itu secara pribadi bukan dari Golkar. Dan saya mau pastikan bahwa pasti saya dapat pintu dan bukan hanya satu pintu, tetapi lebih dari satu pintu yang siap dipakai untuk menjadi calon Gubernur NTT,” ujar Medah kepada wartawan di Kupang, Kamis (22/6/17).
Medah mempersilahkan DPP Golkar menetapkan Melki Laka Lena sebagai Cagub, dan ia tidak akan tinggal diam. “Catat, saya akan deklarasikan diri dengan pasangan saya, dan ini bentuk protes saya terhadap DPP yang selalu menghambat saya dalam setiap pencalonan gubernur NTT,” katanya.
Medah mengklaim, sudah berkali-kali ia dihalang-halangi oleh DPP Golkar untuk menjadi Cagub NTT. “Pada Pilgub 2013 yang lalu, saya dikalahkan oleh DPP karena saya dipaksakan untuk berpasangan dengan Melki Laka Lena. Saya tidak mau kejadian buruk terjadi lagi, dan saya akan lawan. Saya ini ketua DPD I Golkar NTT, tetapi setiap ada pesta, saya selalu tidak diundang. Terserah DPP mau bilang apa soal sikap saya, saya bekerja untuk Golkar sejak tahun 1975 hingga saat ini,” tohoknya.
Medah menjelaskan, seluruh Ketua DPD II Golkar se NTT telah mengusung namanya sebagai Cagub tunggal dari Partai Golkar. Tapi beberapa waktu lalu, DPP Golkar mengeluarkan 8 nama kandidat Cagub untuk di survei. Jika survei itu objektif, maka elektabilitas kandidat akan diketahui, siapa yang lebih tinggi.
“Apakah Melki Laka Lena yang didukung oleh DPP, atau ulahnya dia sendiri. Sekalipun kita kasih kesempatan 20 tahun kepada Melki Laka Lena, hasil surveinya tidak akan melebihi saya,” ucap Medah.
Medah mengklaim prestasinya melebihi Melki Lakalena. ”Prestasi saya kalau dibandingkan dengan Melki Laka Lena tidak ada apa apanya, dari sisi mana dia bisa melampaui saya. Sehingga kalau surveinya obyektif dan riil, maka saya yakin, saya yang unggul,” kata Medah.
Walau begitu, Medah mengaku, dirinya tidak berambisi jadi Gubernur NTT. Tapi, “Saya ingin menyelesaikan pekerjaan rumah para gubernur NTT terdahulu yang masih tersisa yaitu soal kemiskinan,” ujarnya.
Lalu apa komentar Melki Lakalena? Kepada SERGAP.ID via WhatsApp, politisi asal Kabupaten Ende kelahiran Kupang itu mengatakan, jika menggunakan akal sehat, maka pengakuan terhadap elektabilitas siapa yang paling unggul adalah hasil survei, bukan klaim orang per orang.
“Akal sehat politik basisnya adalah survei. Hasilnya belum tahu, karena proses survei baru direncanakan (dilaksanakan) bulan Juli (2017) mendatang,” kata Melki Lakalena.
Menurut dia, Partai Golkar mengatur mekanisme dan tahapan penjaringan, dan penentuan seleksi Cagub secara demokratis, akuntabel dan terbuka.
“8 kader potensial yang disurvei punya peluang yang sama dan diberikan kesempatan yang sama untuk memenangkan survei. Semoga proses dan hasil survei bisa menjadi acuan semua kader partai, khususnya 8 kader potensial untuk bertarung secara sehat dan menerima hasil apa pun. Saya percaya semua sudah dewasa menghadapi kompetisi yang sehat dan demokratis ini,” tutupnya. (LLB/Cis)