sergap.id, ADVETORIAL – Sepintas tampilannya mirip bunga Sakura. Namanya Gamal yang dalam bahasa latin disebut Gliricidia sepium. Gamal adalah sejenis perdu dari kerabat polong-polongan.
Gamal memiliki bunga yang sangat indah. Hal ini bisa dilihat pada pertengahan hingga akhir musim panas, ketika daun-daunnya mulai berguguran dan yang tersisa hanya bunga berwarna merah muda cerah hingga kemerahan dan dihiasi titik kuning pucat menyebar di dasar kelopak serta mahkota bunga berwarna putih ungu.
Bunga dari pohon yang sering dipakai petani untuk melindungi kebun dari serangan hama babi hutan ini mulanya di bawa ke Pulau Timor sebagai gerakan penghijauan setelah Lamtoro (Leucaena leucocephala), terutama untuk lahan-lahan kritis.
Gamal hadir di kepulauan Nusa Tenggara Timur (NTT) awalnya berfungsi untuk memberantas alang-alang yang banyak tumbuh liar dan mengganggu tanaman umur pendek seperti jagung dan ubi kayu.
Di NTT, Gamal mulai diperkenalkan oleh Menteri Perkebunan, Frans Seda, pada tahun 1963-1964.
Gamal sendiri adalah singkatan dari slogan “Ganyang Mati Alang-Alang”. Itu karena Gamal adalah tanaman multiguna yang paling banyak kedua dibudidayakan setelah lamtoro. Tanaman ini dapat digunakan untuk mereklamasi lahan yang gundul atau tanah yang ditumbuhi alang-alang rapat.
Dalam beberapa kasus, Gamal dapat menghasilkan biomasa sama atau bahkan lebih banyak dari lamtoro.
Salah satu sebab mengapa Gamal cepat populer adalah resistensinya terhadap hama kutu loncat yang telah meluluhlantakan Lamtoro di berbagai belahan dunia tropis.
Tanaman ini bisa juga dilihat di sepanjang jalan menuju Desa Susu, Kecamatan Amanuban Barat, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Bahkan keberadaannya mampu menarik perhatian Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) saat menghadiri acara Peresmian Sarana Air Bersih di Dusun Tillo B, Desa Pusu, Sabtu (3/8/19).
“Tadi dalam perjalanan ke tempat ini, saya liat hamparan pohon gamal dengan bunganya yang luar biasa indah. Saya minta Pemerintah Kabupaten (TTS) bekerja sama dengan desa ini untuk buatkan Festival Gamal. Buatkan semeriah mungkin, siapkan seribu penari untuk menyambut tamu yang datang,” pinta VBL.
VBL yakin Festival Bunga Gamal akan menarik perhatian wisatawan lokal maupun manca negara.
“Buat apa kita habiskan uang berjuta – juta rupiah untuk melihat bunga Sakura di Jepang, sedangkan di daerah kita sendiri memiliki pohon Gamal yang tidak kalah indah,” tegasnya.
VBL juga meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) TTS untuk segera mendorong pengusaha setempat membangun penginapan di Desa Pusu dan sekitarnya.
“Buatkan vila di tempat ini, agar pengunjung tidak kembali ke kota. Mereka bermalam di vila, siapkan chef (tukang masak) yang hebat, apalagi skrg sumber air sudah dekat, kita tidak akan kesulitan lagi dalam menyiapkan sayur -sayuran”, ucapnya.
Menurut VBL, kehadiran air bersih di Desa Pusu telah memberi peluang usaha baru bagi warga setempat.
“Oleh karena itu saya minta untuk setiap (pemilik) rumah di desa ini wajib menanam tanaman holtikultura. Tidak usah kuatir soal penjualannya, karena pasti ada yang beli”, katanya.
Bupati TTS, Epy Tahun, mengatakan, 10 tahun lalu di Desa Pusu terdapat sebuah embung. Namun kini tidak berfungsi lagi.
“Kiranya air bersih yang sekarang sudah ada (di Desa Susu) ini menjadi momentum kebangkitan pertanian di desa ini”, ujarnya.
Ketua Yayasan Pelita Kehidupan Masyarakat (YPKM), Mathias J. Rupidara dalam laporannya mengatakan, dana yang digunakan untuk pengadaan air bersih di Dusun Tillo B sebesar Rp. 103.444.500, yang sebagian besarnya disumbangkan oleh Entrust Fondation dari Australia. (ADVETORIAL)