sergap.id, KISAH – Setiap hari, pria bernama Blasius Nahak ini selalu berusaha menemui Gubernur NTT Viktor Laiskodat dan Wakil Gubernur NTT Yoseph Nae Soi. Namun upayanya belum berhasil.
Keinginannya itu bermula dari sembilan tahun lalu, tepatnya tahun 2012, ia mengalami kecelakaan fatal di sekitar kawasan Legian, Kuta, Bali.
Akibat kecelakaan itu, putera keempat dari enam bersaudara buah kasih pasutri almarhum Simon Nahak dan Meliana Seuk Tou ini mengalami patah tulang kaki bagian kiri.
“Saat itu saya sedang mengantar turis asal Amerika Serikat pakai sepeda motor. Tiba-tiba kami ditabrak. Kami kemudian dilarikan oleh warga ke Rumah Sakit Sanglah, Denpasar,” beber pria asal Dusun Beimauk, Rt 06 Rw 3, Desa Naas, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka itu saat bincang-bincang dengan SERGAP di halaman parkir Kantor Gubernur NTT, Jumat (16/8/19) siang.
Menurut Blasius, sebelum kecelakaan, dirinya telah 10 tahun bekerja sebagai pemandu wisata di Bali.
“Kami ditabrak oleh seorang pengendara yang sedang dalam pengaruh mabuk minuman keras,” ujarnya.
Menurut Blasius, setelah seminggu berada di rumah sakit, dokter yang merawatnya mengatakan bahwa kaki kirinya mengalami patah tulang dan tidak dapat disembuhkan.
Karena itu, kata dokter, kakinya harus diamputasi. Jika tidak, maka akan mengakibatkan infeksi.
Dokter pun berjanji, setelah diamputasi, kakinya akan dipasangi kaki palsu. Namun janji itu ternyata omong kososng. Buktinya hingga keluar rumah sakit, Blasius tak pernah mendapatkannya.
“Saya hanya bisa menangis dan meratapi kesialan saya. Itu terjadi satu bulan sebelum saya akan menikah. Pacar saya tiba-tiba putuskan hubungan kami. Saya sangat kecewa. Mengapa Tuhan memberikan saya musibah di saat saya sedang mengalami kebahagiaan? Sebab pekerjaan saya sebagai pemandu wisata sangat menjanjikan. Setiap bulan saya bisa mendapat upah Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Saya pikir ini cukup untuk kehidupan berumah tangga saya dan menghidupi keluarga di kampung,” cerita Blasius.
Blasius mengaku, setelah tiga minggu dirawat di rumah sakit, dirinya memutuskan pulang kampung. Sesampai di sana ia diratapi oleh saudara-saudara dan mamanya.
Di Malaka dia dirawat oleh keluarganya dengan obat herbal dan tak lama kemudian sembuh.
Setelah itu, Blasius ke Kupang mencari biaya untuk membeli kaki palsu. Ia tinggal di rumah kawannya di bilangan Naikoten I, Kota Kupang.
Setiap hari dia mencoba mencari kerja dengan cara menunggu turis di hotel-hotel yang sering menjadi langganan turis luar negeri.
Benar saja, pada tanggal 15 Agustus 2013, Blasius berjumpa dengan Michel, seorang turis asal Amerika Serikat. Kepada Michel, Blasius menceritakan semua apa yang dialaminya. Michael pun jadi ikut sedih.
Keesokan harinya tanggal 16 Agustus 2013, Michel mengajak Blasius ke kota Ruteng, ibukota Kabupaten Manggarai. Disana, Blasius di bawa ke Rumah Sakit Katolik Santo Rafael Cancar untuk mendapat perawatan medis dan pemasangan kaki palsu.
Seluruh biaya perawatan dan pemasangan kaki palsu ditanggung oleh Michel.
“Saya belajar menggunakan kaki palsu selama dua minggu. Setelah bisa menggunakan kaki palsu, saya kembali menjadi pemandu wisata. Tapi saat ini kaki palsu saya sudah rusak. Saya sudah susah menggunakannya. Saya sangat mengharapkan bantuan pemerintah atau siapa saja yang peduli dengan saya,” katanya.
Menurut Blasius, beberapa waktu lalu dirinya pernah membuat proposal yang ditujukan kepada Dinas Sosial Provinsi NTT. Tapi hasilnya nihil hingga hari ini.
“Saya sudah capek ke Dinas Sosial. Di sana saya di lempar ke sana kemari. Bahkan kedatangan saya ditanggapi dingin. Saya juga sudah masukan proposal ke Humas Pemprov NTT dan telah didisposisikan ke Bapak Wakil Gubernur. Hanya saja jawabannya adalah masih menunggu perubahan anggran. Padahal saya butuh sekali bantuan, supaya kaki palsu ini dapat diganti. Ya saya tidak mampu beli karena sangat mahal. Bahkan terkadang saya ingin mengakhiri hidup saya jika saya merasa ini adalah situasi yang sangat sulit,” ujar Blasius dengan suara terbata-bata.
“Selama ini saya datang ke kantor ini saya tidak dipedulikan. Jika Bapak Gubernur atau Bapak Wakil Gubernur telah membantu, saya akan kembali menjadi pemandu wisata, karena saya sangat mendukung program pariwisata mereka. Saya pun akan mendirikan tempat kursus bahasa Inggris gratis untuk siapapun yang mau menjadi pemandu wisata,” tutupnya.
Sampai kapankah si kaki buntung sabar menunggu belas kasih gubernur dan wakil gubernur NTT? Entalah..! (fwl/fwl)