sergap.id, NEKTO – Minggu (2/9/18) sore, Siprianus Moruk (42) duduk termenung di dalam gubuk reot tempat dia bersama istri dan anak-anaknya tinggal. Pandangannya jauh keluar, pikirannya kosong, seakan hidup tak ada harapan lagi.
Ya, suami dari Maria Iqnasia Un (37) itu beberapa hari lalu baru saja mendapat kabar kalau anaknya, Delfi Bete Moruk (18), sudah tiga bulan lari dari rumah majikannya karena mendapat perlakuan kasar dari majikan.
Delfi sebenarnya tak tamat Sekolah Dasar karena kedua orang tuanya tak punya cukup uang untuk menyekolahkannya.
Melihat ekonomi keluarganya yang tak kunjung membaik, Delfi yang saat itu masih berumur belum genap 16 tahun memutuskan untuk menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Malaysia.
“Waktu itu ada orang yang datang tawar untuk bawa dia (Delfi, red) pergi kerja di Malaysia. Jadi tidak pikir panjang, dia langsung mau,” tutur Sipri mengenang kepergian anaknya pada 2 tahun 5 bulan lalu.
Sejak saat itu Delfi hilang kontak dengan kedua orang tuannya. Delfi bahkan tak pernah mengirimkan sepeser pun kepada orang tuanya.
“Mungkin dia mau kumpul uang untuk datang perbaik kami punya rumah,” ujar Sipri membela sang anak.
Sipri kaget saat mendapat kabar dari beberapa orang tetangganya yang memiliki account facebook bahwa anaknya telah kabur dari rumah majikan.
Pelarian dan foto Delfi diunggah oleh Maria Clarita Baitanu di facebook pada tanggal 28 Agustus 2018, pukul 20.30 Wita.
Kabar ini sontak membuat kaki Sipri seakan tak kuasa menopang tubuhnya yang kurus. Ia bingung, apa yang bisa dibuat untuk menyelamatkan anaknya? Apalagi uang di tangannya tidak ada sama sekali.
Beruntung ada beberapa orang tetangga yang mau meminjamkan uang kepadanya agar anaknya bisa pulang. Sejauh ini uang yang terkumpul baru mencapai Rp 1.800.000.
Sipri bersama istri dan anak-anaknya tinggal di Dusun Nekto, Desa Raiulun, Kecamatan Malaka Timur, Kabupaten Malaka.
Akhir-akhir ini dia hanya bekerja mengumpulkan asam dari hutan untuk dijual, serta mencari ubi hutan untuk dimakan bersama istri dan anaknya.
Kondisi seperti ini tak hanya dialami Sipri dan keluarganya, tetapi hampir semua tetangganya mengalami hal yang sama.
Di musim panas ini, semua mereka mengalami kelaparan hebat. Bahkan ada beberapa tetangganya yang hanya makan pisang rebus dan minum tuak sekedar menghalau rasa lapar.
Padahal Kabupaten Malaka sering mengalami swasembada pangan seperti yang diumumkan oleh pemerintah setempat. Bupati Malaka, Stef Bria Seran bahkan mendapat beberapa penghargaan lantaran dianggap berhasil membuat revolusi di bidang pertanian melalui program Revolusi Pertanian Malaka (RPM).
Namun RPM itu tak pernah dirasakan oleh masyarakat Dusun Nekto. Mereka selalu mengalami gagal panen karena kondisi alam. Akibatnya, kelaparan selalu mereka alami setiap tahunnya. Pemerintah pun seolah menutup mata dan telinga.
Menurut Sipri, Delfi kini telah berada di salah satu tempat penampungan di Jakarta. Ia tahu karena Delfi sudah menghubunginya lewat telepon milik tetangganya.
Sipri mengatakan, Sabtu (1/9/18) kemarin, ada dua orang yang mengaku sebagai anggota TNI bersedia membantu kepulangan Delfi dengan meminta sejumlah uang. Saat itu Sipri hanya mengiyakan, tapi dalam hatinya masih bimbang.
“Saya takut jangan sampai mereka tipu saya,” katanya.
Karena itu, Sipri berencana akan melaporkan apa yang dialami oleh anaknya ke Polres Belu. Dia berharap, dengan laporannya itu, polisi bisa mengungkap titik terang dimana keberadaan anaknya agar anaknya bisa segera pulang untuk berkumpul kembali dengan keluarga di Malaka.
“Saya sudah rindu dia. Semoga Tuhan buka jalan supaya kami bisa berkumpul lagi,” ucap Sipri, lirih. (ric/ric)