Home Internasional Misteri kematian Marilyn Monroe Setelah 60 tahun

Misteri kematian Marilyn Monroe Setelah 60 tahun

Marilyn Monroe
Marilyn Monroe

“Bagaimana Anda menulis kisah kehidupan? Kebenaran jarang mengemuka, kepalsuan yang biasanya mengemuka. Tapi kan sulit untuk tahu di mana memulai jika Anda tidak memulainya dengan kebenaran.”

Demikian penuturan Marilyn Monroe dalam wawancara terakhir sebelum kematiannya, yang pada 5 Agustus 2022 genap memasuki 60 tahun.

Saat meninggal dunia, perempuan bernama asli Norma Jean Baker itu berusia 36 tahun.

Dia tak hanya meninggalkan kepopuleran sekaligus sanjungan dari jutaan orang di seluruh dunia, tapi juga beragam masalah kejiwaan yang diakuinya berakar dari masa kanak-kanak dan beban ketenaran.

Kematiannya yang terjadi pada dini hari dan digolongkan secara resmi sebagai “kemungkinan bunuh diri” telah memicu sejumlah rumor dan teori konspirasi yang bergulir hingga sekarang.

Semua aspek untuk membuat film Hollywood telah tersedia, mulai dari seks, politik, agen rahasia, hingga dugaan keterlibatan mafia atau keluarga petinggi seperti keluarga Kennedy.

Untuk mencoba mengungkap misteri kematian Marilyn Monroe, wartawan sekaligus penulis asal Inggris, Anthony Summers, melakukan investigasi menyeluruh pada 1980-an yang dimutakhirkan baru-baru ini.

Tujuan awal sang wartawan ke Hollywood adalah untuk meliput pembukaan kembali investigasi kematian sang aktris yang diumumkan kejaksaan distrik Los Angeles.

Kejadiannya berlangsung pada tahun 1982, 20 tahun setelah peristiwa kematian Marilyn Monroe.

“Marilyn bukanlah salah satu artis favorit saya. Saat itu saya lebih suka Natalie Wood dan artis lainnya,” kata Summers seperti dikutip dari BBC, Senin (8/8/22).

“Saya pergi ke Los Angeles dan mulai mencari tahu apa yang sedang dikerjakan jaksa wilayah. Dengan sangat cepat saya menyadari kisahnya jauh lebih besar dan lebih rumit dari perkiraan saya sebelumnya”.

“Saya juga menyadari kehidupannya kurang diliput secara memadai oleh pers, kecuali dua atau tiga biografi. Banyak yang harus dipelajari,” kenangnya.

Summers kemudian membeli sebuah mobil, berkunjung ke berbagai rumah, dan menelpon banyak orang.

Dari cara orang-orang menghindar atau bahkan terang-terangan menolak diwawancarai menunjukkannya bahwa meski sudah 20 tahun berlalu, perkara kematian Marilyn Monroe masih penuh dengan kecurigaan dan ketakutan banyak orang.

Namun, Summers tetap gigih. Ia kemudian berhasil mewawancarai lebih dari 700 orang. Beberapa di antara mereka hanya sedikit mengetahui hari-hari atau jam-jam terakhir sebelum sang artis meninggal dunia.

Sebut saja pengurus rumahnya, Eunice Murray, atau keluarga Dr. Ralph Greenson, psikiater terakhirnya.

Dari rangkaian wawancara dan kerja jurnalistiknya, Summers menerbitkan buku pada 1985 berjudul Goddess: The Secret Lives of Marilyn Monroe.

Buku tersebut telah diperbarui beberapa kali dan menjadi landasan film dokumenter Netflix yang dirilis baru-baru ini, The Mystery of Marilyn Monroe: The Unheard Tapes.

Saya tidak menemukan apapun yang meyakinkan saya bahwa dia dibunuh, tapi saya menemukan bukti bahwa kondisi seputar kematiannya sengaja ditutupi,” papar Summers.

“Dan saya bisa katakan bukti-bukti mengindikasikan bahwa itu karena sang artis punya koneksi dengan Kennedy bersaudara.”

Pusat misteri seputar kematian Marilyn Monroe adalah dugaan hubungan sang artis dengan John dan Robert “Bobby” Kennedy yang saat itu menjabat presiden dan jaksa agung Amerika Serikat.

Rangkaian kejadiannya berlangsung pada 1961 dan 1962, sebelum sang artis meninggal dunia.

Summers punya sumber yang bisa memastikan bahwa Monroe dan Kennedy bersaudara kerap bertemu di kediaman milik Peter Lawford di pantai Malibu, California. Lawford adalah saudara ipar John dan Bobby sekaligus kenalan sang artis.

Beberapa narasumber Summers bahkan berbicara lebih lanjut tentang dugaan hubungan romantis Kennedy bersaudara dengan Monroe.

Sang artis awalnya disebut menjalin hubungan dengan John lalu dengan Bobby, namun hal ini tidak pernah diakui keluarga besar Kennedy.

Di antara beberapa rekaman milik Summers terdapat pula kesaksian sejumlah detektif swasta, informan, dan mantan agen FBI yang secara terbuka mengakui bahwa baik Marilyn Monroe dan Kennedy bersaudara dimata-matai.

Para penyelidik yang secara langsung terlibat dengan kasus ini, seperti Fred Otash atau John Danoff, menjelaskan kepada wartawan bahwa rumah Monroe dan Lawford dipasangi mikrofon oleh aparat hukum dan kelompok-kelompok mafia yang tertarik dengan dugaan skandal ini guna menekan Kennedy bersaudara.

Summers pun memiliki akses ke berkas-berkas resmi yang memperlihatkan FBI sedang menyelidiki Marilyn Monroe karena sang artis diduga punya pemikiran sayap kiri.

FBI juga mengintai pertemuan-pertemuan Monroe dengan presiden dan jaksa agung “karena ada kekhawatiran soal keamanan“.

Berdasarkan investigasi Summers, kondisi inilah yang mendorong Kennedy bersaudara untuk memutus semua hubungan dengan Monroe.

Reed Wilson, seorang ahli penyadapan yang bekerja untuk FBI dan CIA, mengakui kepada Summers bahwa dalam pembicaraan terakhir Marilyn Monroe dengan Peter Lawford pada hari kematiannya, sang artis menuntut agar dirinya jangan diganggu.

“Saya merasa dipakai. Saya merasa sebongkah daging. Saya merasa dioper dari satu orang ke orang lain,” kata Monroe, sebagaimana ditirukan Reed Wilson.

“Bukannya dia patah hati, saya kira bukan itu. Lebih dari itu, dia merasa telah dimanfaatkan, dia merasa telah dibohongi,” papar Wilson.

Pemikiran bahwa Monroe mungkin menjadi sosok yang mengganggu atau bahkan berbahaya bagi Kennedy bersaudara mendongrak kemunculan teori pembunuhan.

Akan tetapi, Anthony Summers menegaskan tidak punya bukti yang mendukung teori tersebut.

“Tuduhan bahwa dia dibunuh tidak punya landasan pada fakta. Untuk menyangka seseorang dibunuh, Anda harus memiliki sejumlah bukti dan [faktanya] tidak ada,” jelas Summers.

“Bukti pada malam dia meninggal mengindikasikan cerita [pembunuhan] dibuat-buat, dan kebenaran mengenai bagaimana rentetan kejadian berlangsung tidak diungkap,” ujarnya.

Berdasarkan versi kejadian saat itu, pengurus rumah Eunice Murray melihat secercah cahaya [di kamar sang artis] pada pukul 3 dini hari, Minggu 5 Agustus. Dia kemudian menelepon Ralph Greenson, psikiater Monroe.

Setibanya Greenson di sana, dia melongok ke jendela dan melihat Monroe berbaring di ranjang, tampaknya meninggal. Greenson kemudian memecahkan kaca dan sesaat setelah itu dia dan Murray menelepon polisi.

Akan tetapi, Summers mengumpulkan sejumlah kesaksian yang menuturkan versi berbeda.

Ambil contoh Nathalie Jacobs, istri pegawai humas Monroe, yang mengingat seseorang memberitahu suaminya bahwa sang artis punya kondisi darurat pada pukul 10 atau 11 pagi, Sabtu 4 Agustus.

Dokter yang melakukan autopsy, Thomas Naguchi, menentikan waktu kematian Monroe terjadi pukul 11 atau 12 malam, sehingga tanggal kematiannya adalah pada 4 Agustus dan bukan tanggal 5 Agustus.

Apa yang terjadi antara pukul 11 malam dan 3 pagi dalam versi resmi?

“Perlu waktu lama bagi saya untuk melihat kepingan puzzle apa saja yang saya temukan dan apakah kepingan itu cocok satu sama lain,” kata Sumners.

“Temuan bahwa ambulans dikirim ke rumah Monroe—yang datang dari sumber sangat terpercaya, yaitu kepala perusahaan ambulans Schaefer—cocok dengan pengakuan tujuh orang lain. Saya kemudian bisa melakukan analisis soal kerangka waktu dengan lebih realistis.

“Saat itu saya teryakinkan, dan kini lebih yakin, ada pengelabuan atas apa yang terjadi, tapi bukan bahwa dia dibunuh. Tidak ada kerusakan fisik yang tampak menurut autopsy, tiada tanda-tanda suntikan,” jelasnya.

“Sebelum melompat ke kesimpulan, Anda harus bertanya pada diri sendiri apa yang bisa terjadi. Obat tidur ditemukan, ada botol kosong Nembutal yang merupakan obat penenang”.

“Bagi saya, tampaknya amat mungkin dia tewas akibat overdosis secara tidak sengaja. Atau mungkin dia dengan sengaja bunuh diri, sesuatu yang pernah dia coba lakukan sebelumnya”.

“Jika Anda bertanya kepada saya mengenai dua hal itu, saya pikir mungkin terjadi ketidaksengajaan. Jika dia ingin bunuh diri, saya kira dia akan memberitahu seseorang atau meninggalkan catatan bahwa dia bunuh diri. Tapi itu tidak terlihat”.

“Kita tidak akan pernah tahu, menurut saya. Tapi saya memilih tewas karena ketidaksengajaan,” tegas Summers.

Salah satu elemen yang Summers perbarui dalam bukunya adalah tambahan kepingan teka-teki.

Tambahan itu berupa kesaksian Sydney Guilaroff, penata rambut Monroe dalam beberapa film sekaligus orang kepercayaannya.

“Ketika saya berada di Los Angeles pada 1980-an, saya berkali-kali bertemu dengannya dan kami bicara,” kenang Summers.

“Dia selalu sangat ramah dan kooperatif untuk bicara soal hal-hal yang terjadi sebelum kematian Marilyn, tapi dia sangat aneh ketika saya bertanya kepadanya tentang kejadian pada malam itu”.

“Beberapa tahun kemudian, Guilaroff memaparkan dalam bukunya bahwa pada pukul 9.30 pada hari kematiannya, Marilyn menelpon. Dia terdengar kesal dan lemas”.

“Dia [Marilyn] memaparkan bahwa dirinya ‘dikelilingi bahaya, dikhianati pria berjabatan tinggi’ dan Robert ada di rumah pada hari itu, mengancam, dan menghardiknya,” kata Summers.

Pengurus rumah Marilyn Monroe juga mengatakan kepada Summers bahwa Bobby Kennedy mengunjungi majikannya pada sore hari dan terjadi pertengkaran

“Interpretasi saya, berdasarkan kesaksian orang-orang yang saya wawancarai adalah Bobby menemuinya hari itu, mereka bertengkar dan dia [Bobby] harus pergi ke luar kota,” ujar Summers.

Menurut Summers, akan terlihat buruk jika diketahui Bobby ada di rumah Marilyn beberapa jam sebelum kematiannya. Karena itu ada jeda dalam peristiwa kematian Marilyn untuk memastikan Bobby sudah berada di luar kota.

Summers berhasil mengakses catatan penerbangan helikopter yang lepas landas dari kediaman Peter Lawford pada malam yang sama.

Akan tetapi, Robert Kennedy tidak pernah mengakui dirinya berada di Los Angeles pada hari ketika Marilyn Monroe meninggal dunia.

  • Pamor Marilyn Monroe Tidak Pudar

Marilyn Monroe sangat tenar semasa hidup. Namun 60 tahun setelah kematiannya, ketenarannya tidak surut.

Tahun ini, lukisan Marilyn Monroe karya Andy Warhol laku dilelang hingga mencapai US$195 juta atau sekitar Rp 2,9 triliun.

Kim Kardashian menghadiri MET Gala dengan memakai gaun yang pernah dikenakan Marilyn Monroe ketika mendiang menyanyikan Happy Birthday untuk Presiden John Kennedy di New York pada Juni 1962.

Kemudian, pada September 2022, Netflix akan menayangkan film Blonde yang dibintangi Ana de Armas sebagai Marilyn Monroe.

“Saya tidak tahu pasti, yang saya tahu dari Connecticut hingga Kongo wajahnya muncul di kedai kopi, tas, apapun,” kata Summers.

“Di Malaysia, contohnya, ada restoran memakai namanya dan ada kursi dengan potongan gambar Marilyn Monroe supaya pengunjung bisa duduk di sebelahnya dan berfoto dengannya.”

“Kira-kira apa yang dipikirkan kaum muda tentang dia. Apakah mereka melihat dia sebagai orang sungguhan dengan perasaan? Saya sih berharap demikian, karena dia adalah perempuan sejati dengan kecerdasan”.

“Ada berbagai alasan untuk berempati kepadanya. Dia lebih dari sekadar potongan kardus. Dan dia akan lebih dari itu. Saya pikir semuanya sudah di luar kendali”.

“Marilyn Monroe adalah perempuan brilian dan aktris yang sangat bagus. Dia banyak membaca, dia tahu soal politik. Dia adalah perempuan cerdas yang berada dalam tekanan yang hampir tak tertahan, dan pada akhirnya boleh dibilang tekanan itu membunuhnya.”

Kata-kata terakhir Marilyn Monroe kepada Richard Meryman, wartawan yang mewawancarainya untuk majalah Life, juga mencerminkan keinginannya agar khalayak memandang dirinya dengan serius.

“Mohon jangan buat saya sebagai bahan lelucon.“ (bbc/bbc)

Tidak Ada Komentar

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Exit mobile version