Home Daerah Sumba Timur Panen Kacang Tanah di Kanatang, Maria: Sebelumnya Tidak Cukup Bibit

Panen Kacang Tanah di Kanatang, Maria: Sebelumnya Tidak Cukup Bibit

Maria, salah satu petani kacang tanah yang merasakan manfaat pendampingan Project Inclusion di Sumba Timur.
Maria, salah satu petani kacang tanah yang merasakan manfaat pendampingan Project Inclusion di Sumba Timur.

sergap.id, KANANTANG –  Wahana Visi Indonesia (WVI) melalui Project Inclusion (Increasing the leverage of inclusive markets across Indonesia) menggelar panen kacang tanah bersama para petani dampingan dan masyarakat desa di Kecamatan Kanatang, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kegiatan ini diadakan agar para petani yang belum didampingi serta undangan lainnya dapat melihat dampak positif yang dialami para petani yang telah didampingi Project Inclusion selama 2 tahun.

Layanan keuangan inklusif yang telah dipraktikkan melalui kerja sama Project Inclusion dengan mitra seperti PT Biokonversi dan Koperasi Kredit Swastiasari juga diperlihatkan.

Dari 36 petani dampingan saat ini, 2 diantaranya difabel.

Panen bersama ini merupakan puncak rangkaian kegiatan yang dilakukan sejak 30 Mei, dengan terlebih dahulu mengambil sampel ubinan di beberapa lahan petani.

Dinas Pertanian Sumba Timur dan Pemerintah Desa di Kanatang juga terlibat aktif.

Zonal Program Manager NTT WVI, Portunatas Tamba, menjelaskan, selain di Nusa Tenggara Timur, Project Inclusion juga diimplementasikan di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara.

Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi petani kecil dan rumah tangga rentan di Indonesia Timur dengan pendekatan Pengembangan Sistem Pasar yang Inklusif (iMSD). Karena itu, kemitraan dibangun dengan sektor swasta, lembaga keuangan, dan mitra kunci lainnya.

”Kemitraan lintas sektor ini dibangun untuk memberi solusi atas isu yang muncul dalam rantai pasar suatu komoditas tertentu, Di Sumba Timur, pendampingan Project Inclusion berfokus pada isu rendahnya produktifitas pertanian kacang tanah, keterbatasan modal usaha pertanian, dan praktik pertanian yang belum menerapkan Good Agricultural Practices (GAP). Menjawab hal-hal tersebut, Project Inclusion membangun sistem pasar dan jaringan yang dekat dan mudah diakses petani”, ungkapnya.

Mama Maria, salah satu petani dampingan, mengatakan, sebelumnya ia dan petani lain sulit menanam dengan cara yang benar karena tidak cukup bibit.

“Ada yang kami tanam dengan 1 atau 2 polong, tidak beraturan. Hasil juga tidak maksimal karena dimakan semut. Sejak tahun ini, kami bisa dapat akses dari WVI untuk pinjam modal di koperasi supaya dapat bibit, pupuk biokonversi, dan alat traktor. Saat ini kami panen dan bisa dilihat buah kacangnya bisa sampai 30 lebih, biasanya tidak sampai 20”, imbuhnya.

Asisten II Setda Sumba Timur, Franky Ranggabani, menerangkan, kerja sama yang sudah terjalin adalah sebuah model baik yang perlu ditiru dan dikembangluaskan oleh pemerintah, khususnya Dinas Pertanian Sumba Timur.

“Kami dukung komitmen kepala desa setempat dalam mengalokasikan dana desa untuk pengembangan 100 hektar lahan pertanian kacang tanah untuk musim tanam berikutnya. Ketersediaan alat dan mesin yang dibutuhkan oleh petani juga akan kami pastikan,” ucapnya.

Sebagai organisasi kemanusiaan yang fokus terhadap kesejahteraan anak, WVI menjalankan beberapa proyek pendampingan kepada masyarakat untuk peningkatan ekonomi keluarga.

Project Inclusion adalah salah satu proyek Wahana Visi Indonesia yang didukung penuh oleh Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) melalui Australian NGO Cooperation Program (ANCP). Project Inclusion telah dijalankan sejak 1 Juli 2022 hingga 30 Juni 2027 nanti. (wvi/wfi)

Exit mobile version