sergap.id, WATULAJAR – Lengkosambi Utara adalah sebuah desa di pesisir utara Kabupaten Ngada. Disini terdapat potensi pariwisata yang menakjubkan. Selain berhadapan langsung dengan taman laut Riung, di daerah ini juga terdapat pantai dan perbukitan yang indah.
Nama pantai di desa ini adalah Watulajar. Kini mulai menjadi tujuan wisata baru di Kecamatan Riung, Ngada. Bahkan kian hari kian ramai dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun manca negara.
Letaknya sekitar 65 kilometer dari Bajawa, ibukota Kabupaten Ngada dan 10 kilo meter dari Mbay, ibukota Kabupaten Nagekeo.
Panjang pantainya sekitar 1 kilo meter lebih.
Tempat ini sangat ideal untuk mengisi waktu di akhir pekan atau liburan bersama keluarga.
Jika di Bali kita menikmati sunrise harus ke Pantai Sanur, dan Sunset harus ke Pantai Kuta, maka di Watulajar, kita tak perlu kemana-mana. Sebab dari sini keduanya dapat kita nikmati.
Selain pantai berpasir hitam dan putih, Lengkosambi Utara juga memiliki Bukit dan Tanjung yang bisa dimanfaatkan sebagai jalur tracking.
Dari atas Bukit dan Tanjung Watulajar, mata kita akan dimanjakan dengan birunya laut dan deretan pulau – pulau kecil di sisi barat, serta lebatnya hutan mangrove di bagian timur.
Keindahan alam ini telah menjadi berkah bagi Lengkosambi Utara. Perlahan ekonomi kreatif di daerah ini mulai tumbuh.
Kondisi ini didukung pula oleh keramahan warganya yang membuat wisatawan merasa nyaman saat berkunjung atau nginap di tempat ini.
Geliat pariwisata di Lengkosambi Utara mulai tumbuh pada tahun 2010 berbarengan dengan dibangunnya sebuah bungalow bernama Eco Eden.
Sejak itu, para pelancong asing maupun calon investor dari luar negeri mulai berseliweran di seputaran Lengkosambi Utara.
Namun sebagai sebuah destinasi baru, wisata Lengkosambi Utara masih harus terus mendapat perhatian serius. Ada banyak hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat.
Itu jika ingin pariwisata di Lengkosambi Utara mampu bersaing dengan destinasi terkenal seperti Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.
Masalah yang ada adalah transportasi dan akomodasi.
Akses jalan menuju Pantai Watulajar sampai saat ini belum beraspal dan di Lengkosambi Utara hanya terdapat satu tempat penginapan yakni Eco Eden.
Disini juga belum ada rumah makan, MCK dan tempat parkir.
Memang saat ini di Pantai Watulajar terdapat MCK sumbangan pemerintah, namun sejauh ini masih belum bisa difungsikan.
Sempadan pantai sebagai ruang publik pun harus ditata secara baik agar dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung.
Selain itu, aset – aset desa yang menunjang kepariwisataan seperti lapangan bola dan bukit harus segera diamankan oleh pemerintah dari klaim oknum-oknum tidak bertanggungjawab yang ingin menjual lahan tersebut ke investor asing.
Selain potensi dan masalah di atas, yang paling penting yang harus disiapkan adalah mental dan perilaku penduduk dalam menerima perubahan.
Apabila warga siap menerima perubahan, maka pariwisata di Lengkosambi Utara dapat menjadi berkah. Karena akan memberikan keuntungan ekonomis.
Tapi jika sebaliknya, maka potensi pariwisata ini akan menjadi masalah bagi warga Lengkosambi Utara sendiri, diantaranya berpotensi menjadi tamu di “rumah” sendiri saat investor dan wisatawan mulai memadati Lengkosambi Utara. (Sebastianus Sawa)