sergap.id, BAJAWA – Kepala Desa (Kades) Watu Kapu, Siprianus Sowo (35) ternyata tak lagi mencintai istrinya. Itu sebabnya, ia mulai melirik bini tetangga berinisial MAA. Segala macam cara dipakai untuk ‘melumpuhkan’ MAA. Berhasilkah dia?
Ikuti percakapan antara Sowo dan MAA via hand phone yang rekamannya disarikan oleh wartawan SERGAP, Kamis (25/1/18).
Sowo: Hallo….!
MAA: Hallo juga…
Sowo: tadi tanta lin ada? Saya bell kamu tidak angkat?
MAA: Sudah. Mereka sudah pulang.
Sowo : Ohh. Tadi tidak angkat e. Saya ada bel dua atau tiga kali.
MAA : oh iya saya simpan HP di kamar.
Sowo : kau sendiri disitu kah?
MAA : iya sendiri! Kenapa?
Sowo : Riski (anak MAA) tidak ada?
MAA : ohh dia ada pi main di temannya
Sowo : kau tadi ni. Kenapa begitu? Padahal tadi saya minta cium e.
MAA : wooooii memang tidak boleh la. Sembarangan saja.
Sowo : eeee, memang kau la. Cium saja. Kau ni.
MAA : hmmm. Tolong e
Sowo : kau kalau sudah kenal saya kenapa kau tolak. Padahal cukup cium kau saja, saya sudah puas
MAA: ihh tolong e
Sowo : iya kah. Karena saya punya kasih sayang terhadap kau itu tnggi sekali. Haloooooooo????
MAA: halo. Saya dengar.
Sowo: menurut kamu kalau kasih sayang dan melampiaskan kasih sayang dengan cara apa coba?
MAA: walah tidak boleh ko. Melampiaskan kasih sayang ke yang bukan kita punya milik, memang tidak boleh la. Sembarang saja.
Sowo: ale kau ni. Saya pu kasih sayang ini tinggi sekali tapi kau tidak menerima saya e
MAA: Hooo memang ja’o (saya) ghia (takut) la. Gote go haki ngata (saya takat karena suami orang).
Sowo: padahal saya sudah omong. Lewat hp. Bahkan tadi omong di depan kamu sendiri, tetapi kamu tidak mengerti tuh.
MAA: eee beda apa saya dengan mama rendi (Istri Sowo)
Sowo : beda kah
MAA: beda apa?
Sowo: beda. (BACA JUGA: KARENA ISTRI GENDUT, KADES WATU KAPU “GANGGU” BINI ORANG)
MAA: iya bedanya apa?
Sowo: yang pertama, sifat, yang ke dua kecantikan, yang ke tiga kamu orangnya tabah.
MAA: hiiii. Pasti mama Rendi juga punya semua itu.
Sowo : tidak ada le. Tidak ada sedikitpun.
MAA: eeee. Jangan abaikan maitua sendiri oo…
Sowo : dengar dulu yang ke empat, kau cantiklah bagi saya.
MAA: mama Rendi juga cantik le
Sowo: heiiihh. Cantik apa???
MAA: mau cantik kek, tidak cantik. Itu kan pilihan anda sendiri.
Sowo : eeee itu tadi,,,, coba waktu itu kita dua bertemu. Wah hanya saya tidak pernah ketemu dengan kamu.
MAA : tolong e.. sadar e. Ini hari Minggu.
Sowo : hehehehee.. hihihihih. Heheheee. Bukan sadar. Tetapi kenyataan ini. Memang kenyataan. Kalau waktu itu ketemu. Tahu lagi, dari situ mau terima saya atau tidak. Halloooooo???
MAA : halloooooo??? (BACA JUGA: WARGA ANCAM PAKAI HUKUM RIMBA)
Sowo : saya sayang kamu la. Saya rela lepas jabatan saya ini.
MAA: jangan le, jangan eee. Takut maitua e.
Sowo : tidak ada. Intinya rapih dijaga.
MAA: eeee biar. Itu tidak boleh memang e….
Sowo : tidak boleh yang kenapa?
MAA: memang tidak boleh la. Dosa itu.
Sowo : haaaalllleee…. Yang paling pertama, dari kau. Kau tidak boleh kasi bocor. Saya takutnya kau bocor dengan orang lain lagi.
MAA: begini, kau buat ni tidak kasihan mama Rendi??
Sowo : tidak!!!!!!
MAA: kenapa? (BACA JUGA: KAPOLRES NGADA JANJI SEGERA TETAPKAN KADES WATU KAPU SEBAGAI TERSANGKA)
Sowo : tadi saya sudah omong. Kalau dia selalu bikin sakit hati.
MAA : saya rasa tidak le. Mama Rendi itu orang baik la.
Sowo : yaaaaaa itu tadi, makanya saya omong. Kita cari waktu yang bagus toh buat cerita. Dia sifat jelek ngeri.
MAA: sifat jelek dalam hal apa? Tetapi pelayanan kan bagus toh
Sowo: selalu cari kaco tuh. Tidak ada masalah tetapi dia selalu ribut tuh. Hal yang sepele dia buat jadi kaco.
MAA: halllee. Bukan hanya kamu la. Termasuk kami juga begitu.
Sowo: maksudnya begini enu (MAA), harus yang masuk akal toh. Hal yang mana lah. Jangan karena hal sepele lalu baku ribut itu tidak masuk akal. Hal sepele itu kalau saya duduk dalam rumah. Dia punya mau itu kalau pekerjaan perempuan, harus saya raba semua. Menurut kau itu bagaimana?
MAA: eee tapi tidak mungkin mama Rendi buat begitu le?
Sowo : iya enu, biar sudah. Makanya saya mengeluh ini bukan sembarang mengeluh. Mungkin kalau ada tamu dia tidak berulah.
MAA: yaa itu kan soal kerja. Tetapi kalau soal, macam contohnya hubungan itu, pasti mama Rendi layani dengan baik toh.
Sowo: eee kalau seandainya hanya kami sendiri tuh saya takut ngeri. Lalu dia juga terlalu menguasai saya. Seolah-olah dia lebih hebat. Haeee. Bagaimana e. Saya stress ngeri ni. Seolah-olah dia yang kasi makan saya tu ko. Dia pu tingkah laku itu, seolah dia yang cari makan untuk saya. Saya ini macam tidak ada apa-apanya. Dia menguasai kehidupan dalam keluarga tuh.
MAA: iya tidak boleh begitu. Biar bagaimana pun itu pak kades punya istri. Dulu juga pak kades yang pilih dia toh. Tidak boleh kasi jelek dia.
Sowo: saya bukan mengeluh. Saya karena stress makanya saya omong. Manusia ni kalau sabar punya batas. Tabah itu punya batas. Yaaaa, walaupun sudah di nasihati bahkan diomong dengan kasar. Untung saya tidak emosi. Kalau saya emosi, saya pukul dia. Kita omong dengan kasar dia tidak mengerti. Omong halus juga tidak mau rubah. Di dalam rumah juga tidak ada perubahan. Bahkan kadang saya kasar dengan dia di depan umum. Saya tidak tau dia punya pikiran bagaimana. Seolah-olah dia tidak mengerti. Dia itu tidak berpendidikan. Haeeeeee.. Dia bagaimana e, saya jadi tidak mengerti.
MAA : tapi saya lihat kamu itu bahagia la. Membuat pak kades tidak bahagia itu apa?
Sowo : bahagia itu kamu lihat pas di atas motor. Saat orang lihat dia buat seperti bahagia. Harus ada tamu dulu.
MAA: iya bukan hanya kamu. Kami juga begitu. Tetapi paling tidak dia biasa layani kamu dengan baik.
Sowo : iya layani itu maksudnya begini enu, sikap dan tingkah laku yang tidak baik itu saya tidak suka. Dia layani dengan merajuk-merajuk.
MAA: sama le. Saya dengan suami begitu juga kadang.
Sowo : eeee ale. Beda le. Saya tahu itu. Kau bisa jadi saya pu milik atau tidak, tapi saya melihat kamu tidak seperti itu.
MAA: biasa,,, laki-laki kalau mau mendapatkan orang begitu tuh.
Sowo : ale tidak ko. Kau pikir saya biasa begitu, kalau menurut kamu, watak saya ini seperti apa? Kamu bisa menilai toh. Ayo kasi nilai sudah.
MAA : Saya tidak bisa menilai le. Saya hanya bisa menilai saya punya suami punya watak.
Sowo : Menilai satu kali saja.
MAA: saya tidak bisa menilai.
Sowo : hhiihihi oh begitu. Ahhhh. Berarti saya ini gombal tuh. Ai enu. Ee, saya ini gombal tuh. Halo. Pikiran kamu ini pasti pikir saya ini tukang gombal kamu. Tidak apa. Padahal ini saya punya keinginan.
MAA : tidak bisa karena saya sudah punya suami. Dan kamu orang punya suami. Suatu saat kalau terjadi saya akan dibilang apa? Saya ini ganggu rumah tangga orang.
Sowo : makanya kaka bilang apa. Harus simpan ini dengan rapih.
MAA: rapih??? Ale namanya hal yang busuk suatu saat akan tercium.
Sowo : tidak ada.
MAA: jangan memang. Tidak boleh.
Sowo : intinya rapih
MAA: bhai nge. (tidak bisa) sembarang ngeri. Kurang apa lagi, maitua itu seksi.
Sowo ; seksi apa. Kamu itu yang seksi.
MAA: seksi apa. Seksi begini noko (kurus, red.)
Sowo : ale saya lebih senang kamu kurus. Saya lebih senang yang kurus begitu. Kamu lihat saya ini, saya kurus.
MAA: kurus apa? Kamu juga badan bagus kok.
Sowo : aduuuhhh. Hehhehee. Kamu hanya lihat karena ada pakaian. Padahal saya ini kecil e.
MAA: tidak puas ko dengan maitua itu?
Sowo : ale seksi apa ko. Dia terlalu besar. Besar saya malas.
MAA: jangan la. Tidak boleh begitu.
Sowo : iya malas badan besar. Saya maunya yang kecil dan seksi. Seperti kamu itu, kecil dan imut.
MAA: tolong e. Imut tapi milik orang e
Sowo : kau tidak bisa kah???
MAA: tidak bisa la. Sembarang ngeri e. Saya dengan Meri itu sama-sama perempuan. Sakit hatinya Meri sama seperti saya rasa. Hargai perempuan tuh.
Sowo : karena saya kangen kamu, sayang kamu
MAA: iya kangen dengan saya tetapi tidak harus melampiaskan seperti itu.
Sowo : iya namanya kangen dan sayang mendalam pasti seperti itu kah.
MAA : tolong eee. Jangan membuat saya dosa e. tolong
Sowo : membuat dosa apa la?
MAA : hidup sudah susah. Buat lagi begitu. Hidup tambah susah.
Sowo : susah yang kenapa?
MAA: kebutuhan setiap hari sudah susah mau gaya lagi bikin susah orang. Apa kata orang?
Sowo : kalau kata orang berarti kau geger toh.
MAA: iya biar bagaimana pun juga selalu ada kontak bathin dengan suami saya. Pasti mama Rendi juga ada kontak bathin.
Sowo : eaaahhhh. Tidak ada.
MAA: berarti disitu tidak yakin dengan mama Rendi punya cinta?
Sowo : iya lah. Lihat dari tingkah laku. Betul ini. Saya omong. Dia hanya baik dari pertama. Setelah itu aduhhh. Saya stress ngeri ni.
MAAA: apa yang membuat kades suka dengan mama rendi?
Sowo : itu tadi. Karena dari awal hanya tunjukkan yang baik-baik saja. Siapapun dia namanya orang baik pasti jatuh cinta. Tau lagi kalau orang lain. Tetapi kalau saya begitu. Kalau dia baik saya cinta. Kalau dia buruk satu mili pun saya tidak akan suka. Saya tidak akan naksir.
MAA: yeee. Tidak naksir bagaimana. Sudah ada anak dua orang itu. itu bukan cinta??
Sowo : ya itu tadi. Makanya kan begini, dia tunjukkan yang baik-baik makanya begitu. Dalam perjalanan dia buat onar, wah saya sakit hati lah. Biar sudah ada dua anak tetapi kalau hidupnya tidak baik mau jadi apa?
MAA: iya biar bagaimana pun dalam keluarga mesti ada begitu,
Sowo : iya kalau untuk anak saya bertanggung jawab.
Maa : nah, sayang dia seperti sayang anak tuh.
Sowo : saya sayang anak
MAA: sampai ada anak itu kenapa? Anak dua itu hasil dari mana kalau bukan dari mamanya?
Sowo : saya hanya sayang anaknya. Dua-dua itu hasilnya. Tetapi kalau sifat tidak baik terhadap suami itu bagaimana?
MAA: namanya manusia itu punya kekurangan dan kelebihan. Punya kekeliruan
Sowo : iya lee. Punya kelebihan dan kekurangan tidak apa-apa. Tetapi hal-hal yang mana dulu. Yang wajar-wajar lah. Kalau hidup sampai tidak baku baik itu mau jadi apa. Saya sakit hati.
MAA: dalam keluarga harus saling mengalah.
Sowo : mengalah yang mana dulu, jangan hal yang spele. Contonya begini dia akan marah terus kalau saya tidur. Pekerjaan di rumah tidak pernah saya raba. Raba pun kalau saya senang. Itu nanti jadi ribut dan besar
MAA: iya suami istri harus saling mengisi kan?
Sowo : iya enu saling mengisi kalau saya tidak ada pekerjaan. Saya ini ada kerja. Saya tahu diri. Tugas saya itu mencari uang sebagai suami. Masa saya sudah cari uang kiri kanan pulang ke rumah saya harus masak, cuci pakaian, cuci piring.
MAA: wah tidak mungkin la. Saya lihat mama rendi kalau kades pulang ke rumah dia sudah masak dan beres.
Sowo : yaaa yang saya omong yang saya tidak suka itu tuh. Halooooo…
MAA: iy halo
Sowo : macam ada suara anak kecil itu
MAA: oh ya di jalan. Mereka main di jalan.
Sowo : ohhh. Yang pertama saya sudah omong. Yang kedua begini enu, kalau misalkan kita ada kesulitan uang tuh, dia mulai buat hal yang bikin ribut dan jadi besar. Kalau saya ada masalah dengan orang dia akan bilang itu saya yang mulai padahal dia tidak tahu aturan. Hal begitu jadi hal yang bear. Padahal dia tidak tahu sama sekali. Dia buat seolah dia yang lebih hebat dari pada saya. Contohnya saya yang menjabat begini, kalau ada masyarakat yang bermasalah dengan saya itu dia menjadi tersinggung. Dia menjadi musuh dengan saya. Padahal saya tidak punya kesalahan sama sekali.
MAA: kasi pengertian toh
Sowo : kasi pengertian bagaimana? Tidak bisa. Itu mau jadi apa? maka saya omong dia itu tidak berpendidikan. Anak SD yang tidak punya ijasah masih lebih baik. Saya omong dengan dia. Supaya hidup harmonis. Dia kasi turun wibawa laki-laki. Menurut kau itu bagaimana enu?
MAA : sudah kasi jelas semua atau masih ada? (sambungan telepon diputuskan oleh MAA). (fwl/fwl)