sergap.id, KUPANG – Perjuangan merebut kemerdekaan menyisahkan banyak cerita. Yang tertulis hanyalah sebagian kisah. Yang lain tercecer, bahkan nyaris terlupakan. Seperti tentang jasa Alexander Abineno yang akrab disapa Alex.
Pemuda asal Pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini di akhir karirnya menyandang pangkat Mayor Laut dengan Nomor Registrasi Pusat (NRP) 4/P.
Alex adalah satu di antara sepuluh tokoh pendiri Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut (AL). Jika Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) pertama Laksamana Madya (L) R Soebijakto memiliki NRP 1/P, maka Abineno memiliki NRP 4/P. Sementara KSAL kedua RE Martadinata memiliki NRP 10/P.
Di masa perjuangan, Alex bersama pasukannya merebut Kapal Perang Jepang bernama “Sugi Maru” yang kemudian dijadikan sebagai kapal perang pertama di Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).
Alex juga merupakan satu-satunya orang Indonesia yang mendapat pendidikan pelayaran di Sekolah Tinggi Pelayaran di Belanda dan sempat bersekolah di Inggris sebelum Perang Dunia II.
Setelah itu, Alex mendapat tugas dari Presiden Soekarno sebagai Kepala Pendidikan TNI AL di Tegal, kemudian diperintahkan mengabarkan berita tentang kemerdekaan ke pulau-pulau di bagian timur Indonesia.
Dan, saat berada di Laut Sawu, Alex dikepung patroli Belanda dan dan ditawan pasukan Westerling. Kalau bukan kerana sebuah keajaiban, mungkin Alex sudah dieksekusi mati. Sebab pasukan Westerling saat itu dikenal beringas dan jahat.

Setelah Indonesia benar-benar merdeka, Alex minta berhenti dari ALRI.
“Kita perlu mengangkat tokoh Alex sebagai Pahlawan Nasional, membuat buku tentang dia, dan mendirikan monumen Alex di Pelabuhan lama Kupang, agar bisa dilihat setiap hari oleh banyak orang,” ujar mantan anggota Korps Komando Angkatan Laut (KKO) masa Presiden Soekarno, Peter Apollonius Rohi melalui acount facebooknya, Kamis (8/9/16).
Usulan Peter patut dipertimbangkan oleh pemerintah. Sebab Alex memiliki jasa yang luar biasa. Termasuk soal pembuatan monumen atau patung Alex di Kupang. Ini bisa jadi pelecut semangat bagi anak-anak NTT untuk menjadi TNI AL atau Marinir dari masa ke masa.
“Dengan memiliki seorang tokoh di TNI AL maka anak-anak NTT bisa berjalan dengan membusung dada dan muka tegak, tidak perlu minder pada siapa pun. Tetapi saya tidak tahu, siapa lagi bakal melakukan seminar sejarah ini agar orang NTT diakui dunia sebagai ikut berjasa dalam pembangunan bangsa,” kata Peter. (Cis)