sergap.id, KUPANG – Lomba debat Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris tingkat SMA yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (PK) Provinsi NTT sejak Selasa (23/7/19) berakhir hari ini, Jumat (26/7/19).
Tim Kota Kupang keluar sebagai juara 1 dengan skor 1114, diikuti Kabupaten Ngada dengan skor 1110, dan Kabupaten Sikka 1066.
Kota Kupang akan mewakili NTT dalam lomba debat Bahasa Inggris tingkat nasional yang tempatnya akan ditentukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Walau Kota Kupang meraih skor tertinggi, namun dalam lomba debat Bahasa Indonesia di tinggat nasional nanti, NTT akan diwakili oleh Stefania Kandida Sena Tiba asal SMAK Regina Pacis Bajawa, Yehezkiel Wahyudi Odo asal SMAN 1 Maumere, dan Apriani Virginia Eflin Kulla Dungga asal SMAN 4 Kota Kupang.
Pengumuman hasil lomba serta penyerahan hadiah kepada tim pemenang dilakukan pada Kamis (25/7/19) malam, usai Kadis PK Provinsi NTT, Benyamin Lola, yang diwakili Kepala Bidang Pendidikan Menengah, Pius Rasi, memberikan sambutan penutup.
Rasi mengucapkan terimakasih kepada para Dewan Juri yang membantu Dinas PK menyeleksi para peserta lomba.
Rasi juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh guru pendamping yang telah mendampingi dan membimbing para peserta lomba dari seleksi tingkat sekolah, kabupaten, hingga tingkat provinsi.
“Kami mengapresiasi untuk semua yang telah terlibat. Kami berharap ke depan tidak hanya 9 kabupaten yang ikut event ini. Kalau tidak ikut, kami akan membuat sanksi yakni memotong dana BOS. Kepala Sekolah, para guru harus tahu bahwa ini adalah ajang untuk menumbuhkan kemampuan anak didik,” ujarnya.
“Saya juga berterimakasih kepada Dewan Juri karena telah menyeleksi yang terbaik dari semua peserta yang baik ini. Oleh karena itu yang terbaik harus menjadi yang terbaik pula di tingkat nasional. Yang belum berhasil jangan putus asa, tetapi harus berlatih atau belajar lebih giat lagi,” ucapnya, berharap.
Rasi pun menjanjikan akan memberi hadiah uang sebesar Rp 5 juta kepada masing-masing pemenang lomba di tingkat nasional nanti.
“Walaupun uang tidak ada, kami akan cari untuk anak-anak yang berhasil nanti,” kata Rasi sambil mengetuk palu tanda ditutupnya perlombaan debat tersebut.
Berdasarkan penilaian para juri lomba debat Bahasa Indonesia dengan kategori pembicara terbaik dan yang akan mewakili Provinsi NTT di tingkat nasional adalah Stefania Kandida Sena Tiba (SMAK Regina Pacis Bajawa), Yehezkiel Wahyudi Odo (SMAN 1 Maumere), dan Apriani Virginia Eflin Kulla Dungga (SMAN 4 Kota Kupang).
Sementara yang juara lomba debat Bahasa Inggris adalah Juara 1 tim Kota Kupang dengan skor 1.178, Juara 2 tim Kabupaten Sikka dengan skor 1.086, juara 3 tim Kabupaten Ende dengan skor 1.055, dan yang akan mewakili Provinsi NTT di tingkat nasional adalah tim Kota Kupang yang diwakili oleh Romana Da Costa Pinto, Ni Gusti Putu Zanleva Pardnya, dan William Anthonyo Jacob Nalle.
Kepada SERGAP, salah seorang guru pendamping yang tak ingin namanya ditulis mempertanyakan hasil lomba debat Bahasa Inggris. Sebab menurut dia, hasil lomba tersebut terkesan ada konspirasi antara panitia dan juri.
“Kami menerima hasil perlombaan ini. Kami tidak menggugat keputusan juri. Kami pertanyakan mengapa juri tidak mengambil juga peserta juara 2 dan juara 3 sebagai pembicara terbaik dan bersama-sama dengan juara 1 mewakili NTT di tingkat nasional? Ada apa ini? Mestinya mereka juga memperhatikan aspek keadilan dan psikologis anak,” katanya.
Sumber lain yang juga guru pendamping, juga mempertanyakan besaran anggaran lomba.
“Kami menerima surat dari Dinas (PK Provinsi NTT), mengatakan, transportasi guru pendamping dan peserta dibiayai dari sekolah melalui dana BOS. Kan ini perlombaan bergengsi, mengapa bebankan lagi kepada sekolah? Kasihan jika sekolah yang peserta didiknya hanya sedikit lalu pakai lagi dana BOS untuk kegiatan ekstra yang membutuhkan biaya besar. Tentu saja sekolah tidak mampu,” bebernya.
“Makanya tidak semua kabupaten di NTT ikut lomba ini. Lalu kami diminta untuk tanda tangan daftar hadir dari hari pertama sampai hari terakhir. Kami khawatir kami ini hanya dimanfaatkan saja. Lalu hadiah yang diberikan kepada para pemenang lomba ini ada potong pajak. Apakah panitia tidak dapat menanggungnya? Kami berharap ke depan harus transparan,” pintanya.
Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana Lomba Debat, Drs Yosefina Mai, M.Pd, mengatakan, hasil lomba sudah sesuai standar penilaian.
“Sekolah-sekolah yang datang ini juga mereka gunakan biaya dari sekolah. Biaya nginap di hotel, makan-minum peserta dan pendamping itu dari biaya DPA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT Tahun Anggaran 2019,” jelasnya.
“Mengenai informasi yang kami berikan kepada SERGAP tentang SMAN 1 Langke Rembong Manggarai yang mewakili Kabupaten Manggarai kemarin itu, kami keliru! Berdasarkan hasil seleksi tingkat Kabupaten Manggarai pada lomba debat Bahasa Inggris itu satu orang dari SMAN 1 Langke rembong dan dua dari SMAK St Fransiskus Xaverius. Peserta debat Bahasa Indonesia itu semuanya dari SMAK St Stefanus Ketang yang baru dua tahun berdiri di bawah Kementerian Agama Republik Indonesia,” tutup Yosefina. (fwl/fwl)