sergap.id, JAKARTA – Program Sabang Merauke kembali digelar. Memasuki tahun kelima, program pertukaran pelajar ini dilaksanakan selama tiga minggu sejak 15 Juli hingga 5 Agustus 2017.
Lima belas Adik Sabang Merauke (ASM) dengan beragam latar belakang agama dan budaya mengikuti kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk menanamkan nilai-nilai toleransi, pendidikan, dan keindonesiaan.
Selama di Jakarta, para ASM yang berasal dari berbagai daerah tinggal Bersama keluarga, atau Famili SabangMerauke (FSM) dengan latar belakang agama dan budaya berbeda. Dalam kesehariannya, ASM juga didampingi oleh Kakak SabangMerauke (KSM) yang juga berperan sebagai mentor.
Salah satu materi menarik yang baru ada di tahun ini adalah sesi literasi media dan storytelling. Materi ini diharapkan akan memicu semangat ASM dan KSM untuk membagikan pengalamannya pada publik serta belajar cara memanfaatkan social media dan aset digital secara positif.
Kurikulum program Sabang Merauke disusun untuk memperkaya pandangan dan pengalaman para ASM dan KSM terkait keberagaman yang ada di Indonesia. Tujuannya, tak lain adalah untuk menanamkan rasa toleransi pada sesama tanpa memandang latar belakang agama, budaya, kelas sosial, ataupun sekat-sekat perbedaan lainnya. Sabang Merauke percaya, bahwa toleransi tidak bisa hanya diajarkan, toleransi harus dialami dan dirasakan.
”Seringkali intoleransi muncul bukan karena rasa benci, tapi keengganan untuk saling mengenal lebih baik. Kami ingin mengajak anak-anak ini untuk mengenal keberagaman, merasakan sendiri rasanya hidup dengan yang berbeda dari dirinya. Sehingga harapannya, akan tumbuh rasa toleransi dan saling hormat menghormati. Apapun latar belakang agama dan sukunya,” jelas Managing Director SabangMerauke 2017 Reynold Hamdani.
Diharapkan, selepas kegiatan ini berakhir para ASM akan pulang ke daerah asalnya dan menjadi duta toleransi di Indonesia. Kegiatan ini juga diharapkan dapat berdampak besar terhadap KSM dan FSM dalam memaknai toleransi dan perbedaan.
“Ternyata penting sekali untuk memahami ajaran-ajaran agama yang berbeda dari ajaran agama yang kita yakini. Karena dengan memahami, kita bisa saling menghargai dan menghormati keberagaman, dengan begitu maka akan tercipta persatuan,” ungkap Ken Cinta An Rusdewo, seorang ASM beragama Kristen, asal Solo.
Hal ini Ken ungkapkan pasca kunjungannya ke Masjid Istiqlal pada Rabu (19/7) lalu, yang merupakan pengalaman pertamanya mengunjungi masjid.
Hal serupa juga diungkapkan oleh salah satu Perumus Sabang Merauke, Ayu Kartika Dewi, ia berharap SabangMerauke mampu berkontribusi pada perdamaian bangsa, seperti yang dicita-citakan pada saat pendiriannya.
”SabangMerauke dibentuk atas upaya ikut serta membantu mewujudkan Indonesia yang lebih damai. Karena kami percaya, toleransi tidak bisa hanya diajarkan, toleransi harus dialami dan dirasakan,” ujar Ayu.
Tahun 2017 juga merupakan tahun pencapaian baru bagi SabangMerauke. Salah satu kisah SabangMerauke terpilih sebagai Good Story of The Year mewakili Indonesia yang diselenggarakan oleh Our Better World dari Singapore International Foundation (SIF). Di masa depan, SM berharap ingin terus menyebarkan lebih banyak cerita-cerita indah tentang keberagama dan toleransi di Indonesia. (Santo/PR)