
sergap.id, KUPANG – Hingga saat ini kasus anak stunting di Provinsi NTT masih sangat tinggi. Berdasarkan data SKI yang dirilis Kementerian Kesehatan, prevelensi stunting NTT pada tahun 2023 mencapai 37,9 persen. Sementara berdasarkan data e-PPBGM, per Februari 2024, prevelensi stunting di NTT sebesar 15,2 persen atau sebanyak 61.961 anak stunting.
“Kami menyadari bahwa angka stunting di NTT masih tergolong tinggi”, ujar Penjabat Gubernur NTT, Ayodhia Kalake, dalam pidatonya menyongsong HUT Kemerdekaan 17 Agustus 2024 dengan tema Nusantara Baru, Indonesia Maju di aula El Tari Kupang, Kamis (15/8/24).
Menurut dia, sejauh ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT terus berupaya menurunkan prevelensi stunting melalui kerja kolaborasi dan konvergensi dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan melalui pendekatan spesifik dan sensitif.
“Melalui kerja bersama lintas sektoral ini, kita menargetkan penurunan stunting pada pada tahun 2025 mencapai 4,8 persen”, katanya.
“Kita juga terus berkomitmen untuk menekan angka kematian ibu dan anak melalui berbagai upaya seperti penguatan dan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, peningkatan fasilitas kesehatan dan evaluasi yang terus-menerus”, ucapnya.
Ayodhia menjelaskan, angka kematian Ibu pada tahun 2023 sebanyak 135 kasus atau menurun dibandingkan tahun 2022 sejumlah 171 kasus. Sampai dengan bulan Juli tahun 2024 terdapat 71 kasus. Begitupun untuk kasus kematian bayi tahun 2023 juga mengalami penurunan yakni 1.065 kasus dibandingkan tahun 2022 sebanyak 1.139 kasus. Dan, sampai dengan Juli 2024, jumlah kasus kematian bayi mencapai 521 kasus.
Pemprov juga terus berupaya untuk menekan laju perkembangan penyakit endemik seperti Malaria dan DBD dengan mempromosikan empat pilar strategi pencegahan dan pengendalian, yakni:
Pertama, memperkuat surveilans kasus dan surveilans vektor didukung dengan laboratorium yang memadai;
Kedua, memperkuat penatalaksanaan penderita di fasilitas kesehatan;
Ketiga, meningkatkan pemberantasan vektor secara terpadu bersama masyarakat; dan
Keempat, memperkuat kemitraan dengan berbagai pihak dalam pencegahan dan penanggulangan KLB.
Pada tahun 2023, jumlah kasus penyakit malaria mengalami penurunan sebanyak 6.968 dengan kasus kematian sebanyak 4 orang dibandingkan dengan 2022 sejumlah 15.812 kasus dengan 9 kematian.
Hal yang sama juga untuk kasus DBD Tahun 2023 di mana mengalami penurunan menjadi 2.652 kasus dengan jumlah kematian 15 kasus dibanding dengan Tahun 2022 sebanyak 3.376 kasus dengan 29 orang meninggal.
“Kita patut berbangga bahwa mulai Oktober 2023 Pemerintah Pusat menetapkan NTT, khususnya Kota Kupang sebagai salah satu dari lima daerah/kota untuk Piloct Project Implementasi Teknologi Wolbachia untuk mengatasi penyebaran penyakit DBD”, imbuhnya. (red/red)