
sergap.id, KISAH – Langit Surabaya membiru cerah ketika saya tiba di Export Center Surabaya pada tanggal 31 Oktober 2024. Sebuah gedung yang tampak tidak super mewah dari luar, tetapi menyimpan begitu banyak pengetahuan, strategi, dan kesempatan besar di dalamnya.
Sebagai seorang pengusaha yang punya mimpi suatu saat produk-produk dari Nusa Tenggara Timur (NTT) bisa bersaing di pasar internasional, saya datang dengan satu misi: belajar dan memahami bagaimana ekosistem ekspor ini bekerja. Saya ingin mengetahui bagaimana produk-produk lokal bisa menembus pasar luar negeri, bagaimana prosedurnya, tantangannya, dan tentu saja, strateginya.
Di dalam gedung itu, suasana terasa profesional namun hangat. Dindingnya dihiasi peta dunia yang tampak menegaskan satu pesan: inilah jendela menuju pasar global.
Di salah satu ruangan, saya bertemu dengan Pak Jualian Setiarsa, seorang ahli di bidang ekspor yang telah membantu banyak UKM menembus pasar internasional.
Saya menjabat tangannya erat. “Akhirnya bisa bertemu langsung, Pak. Saya ingin banyak belajar dari Bapak tentang strategi ekspor,” ujar saya penuh semangat.
Beliau tersenyum ramah. “Sama-sama, senang bertemu juga. Saya yakin NTT punya banyak potensi besar untuk ekspor. Jadi, ayo kita diskusi.”
Kami pun mulai berbincang tentang banyak hal. Pak Jualian menjelaskan bagaimana pelaku usaha di berbagai daerah di Indonesia berhasil membawa produk mereka ke pasar internasional.
“Kunci pertama adalah memahami tren pasar global. Banyak pengusaha lokal berpikir bahwa produknya bagus, tapi kalau tidak sesuai dengan permintaan pasar luar, ya tetap sulit menembus ekspor,” katanya.
Saya mengangguk, mencoba menyerap informasi sebanyak mungkin.
“Kedua, branding. Produk lokal sering kalah bukan karena kualitasnya, tapi karena kurang menarik secara visual. Packaging, storytelling, bahkan pemilihan nama produk bisa berpengaruh besar,” lanjutnya.
Saya teringat produk-produk dari NTT seperti tenun ikat, olahan hasil laut, hingga kopi yang punya cita rasa khas. Jika dikemas dengan lebih modern dan dipasarkan dengan strategi yang tepat, bukan tidak mungkin bisa bersaing di pasar global.
Kami juga membahas business matching, di mana Export Center membantu mempertemukan UKM dengan pembeli potensial dari luar negeri.
“Salah satu kesalahan yang sering dilakukan pelaku UKM adalah tidak punya pitching deck yang menarik. Padahal, investor dan pembeli global perlu memahami keunikan produk dengan cepat,” tambah Pak Jualian sambil menunjukkan beberapa contoh presentasi bisnis yang berhasil menarik pembeli luar negeri.
-
Export Center di NTT
Di tengah diskusi yang semakin mendalam, saya pun mengutarakan pemikiran yang sejak awal sudah ada di benak saya.
“Pak, bagaimana kalau di NTT ada Export Center seperti ini?”
Pak Jualian menatap saya sejenak, lalu tersenyum. “Itu ide yang bagus. NTT punya banyak potensi ekspor—kopi, rumput laut, ikan, garam organik, tenun ikat, dan masih banyak lagi. Tapi yang dibutuhkan adalah ekosistem yang mendukung. Kalau ada Export Center di sana, UKM-UKM bisa belajar dan mendapatkan akses yang lebih luas.”
Saya semakin bersemangat. Selama ini, saya melihat banyak pengusaha di NTT yang punya produk luar biasa, tapi mereka kesulitan dalam hal regulasi ekspor, pemasaran global, dan akses ke pembeli luar negeri. Dengan adanya Export Center, semuanya bisa lebih terstruktur dan terarah.
“Tapi memang perlu dukungan banyak pihak, terutama pemerintah daerah,” lanjut Pak Jualian. “Kalau pemerintah bisa melihat potensi ini, pasti bisa direalisasikan.”
BACA JUGA: Eky Gonang Inisiasi Terbentuknya Export Center NTT
Saya membayangkan sebuah gedung di Kupang atau Labuan Bajo, tempat para pelaku usaha belajar strategi ekspor, mendapatkan bimbingan dari mentor-mentor seperti Pak Jualian, dan terhubung dengan jaringan pasar internasional. Ya… sebuah Export Center NTT. Kenapa tidak?
-
Langkah Nyata untuk Masa Depan
Waktu berlalu cepat. Tanpa terasa, sudah hampir dua jam saya berbincang dengan Pak Jualian. Sebelum berpamitan, beliau memberikan beberapa materi tentang strategi ekspor dan daftar kontak jaringan buyer potensial.
“Saya tunggu kabar baik dari NTT,” katanya sambil tersenyum.
Saya meninggalkan Export Center Surabaya dengan kepala penuh gagasan. Ada satu hal yang saya yakini: mimpi untuk membawa produk NTT ke pasar global bukanlah hal yang mustahil. Yang dibutuhkan adalah LANGKAH PERTAMA.
Apakah kita siap melakukannya? (Goresan Pena: Eky Gonang)