sergap.id, BAJAWA – Siprianus Sowo (35), Kepala Desa (Kades) Watu Kapu, Kecamatan Bajawa Utara, Kabupaten Ngada, dilaporkan ke Polsek Soa lantaran diduga melakukan pelecehan seksual terhadap MMA (30).
Kasus ini berawal ketika Sowo mulai menyukai salah satu warganya berinisial MAA, warga Rt06 Dusun Wae Rea, Watu Kapu.
Setelah sukses mendapat nomor HP milik MAA, Sowo mulai nyatakan cinta dan rasa sukanya kepada MAA lewat SMS dan telepon. Namun SMS dan teleponnya tak pernah direspon. MAA sadar bahwa sang kades telah beristri dan punya anak 2, serta ia sendiri telah bersuami, suaminya berinisial MG.
Walau begitu, Sowo tak putus asah. Ia terus membidik MAA dengan rayuan gombal. Apalagi setelah ia tahu kalau MG sedang ke Kupang, ibukota Provinsi NTT. Sowo benar-benar makin liar. Segala cara dan akal ia pakai untuk meluluhkan hati MAA. Mulai dari panggilan sayang hingga mengajak MAA berwisata ke Taman Laut Nasional 17 Pulau Riung yang jaraknya sekitar 70 kilo meter dari Watu Kapu.
“Kejadian bermula pada tanggal 13 Nopember 2017, saat saya sedang menanam jagung di kebun tanta Elis Daiman. Saat itu saya dapat telepon dari kepala desa. Dia panggil saya sayang, sayang. Terus dia bilang dia kangen saya. Karena merasa tidak nyaman, saya matikan telepon,” papar MAA kepada SERGAP, Kamis (21/12/17).
Menurut MAA, keesokan harinya, tanggal 14 Nopember 2017, sekitar jam 06.00 Wita, Sowo kembali menelepon dirinya dengan panggilan sayang dan sang kades kembali mengutarakan rasa kangennya.
“Lalu dia ajak saya pesiar ke Taman 17 Pulau di Riung. Saya tidak jawab. Saya matikan telepon. Tiba-tiba, dua jam kemudian, sekitar jam 08.00 Wita, dia datang ke rumah saya mengenakan seragam dinas kepala desa. Karena saya hormat dia, saya persilahkan dia masuk dan duduk. Tiba-tiba dia bangun menarik tangan saya dan berusaha cium saya. Saya berontak melepaskan diri,” ujar MAA.
Setelah itu, kata MAA, tanggal 23 Nopember 2017, setelah pulang dari Gereja, sekitar jam 10 pagi, Sowo datang lagi ke rumahnya dengan alasan minta air putih.
“Saat saya berjalan ke dapur untuk ambil air, saya merasa ada yang ikut saya dari belakang. Saat saya balik, saya kaget, kepala desa sudah berada tepat di belakang saya. Dia lalu menarik tangan saya dan berusaha mencium saya. Saya langsung berontak dan ancam dia, saya akan teriak. Karena takut, dia langsung sengaja berjalan menuju kamar WC berdalih ingin periksa pintu kamar WC milik kami,” ucap MMA.
Lepas dari sikap kurang ngajar si kades itu, MAA langsung menelpon FB, temannya, agar bersedia datang menemaninya. Tak lama kemudian FB tiba dan si kades langsung pulang tanpa pamit.
“Tapi 15 menit kemudian kepala desa telepon saya lagi. Saya sebenarnya malas mau angkat. Tapi ide untuk merekam tiba-tiba muncul. Saya lalu terima panggilan telepon dan merekamnya. Lewat telepon itu, dia bilang dia suka saya, ingin mencium saya, ajak saya kawin. Dia juga sampaikan bahwa dia tidak suka lagi dengan istrinya karena sifat buruk, gendut, dan tidak cinta lagi. Jadi,,, kalau saya mau, dia mau kawin dengan saya dan lari dari Watu Kapu. Saya lalu bilang ke dia bahwa saya ini bini orang dan sudah ada anak, tapi dia jawab, dia tidak peduli,” tutut MAA.
“Karena jengkel dan merasa dilecehkan, pada 23 November 2017 siang, saya melaporkan kepala desa ke Polsek Soa. Setelah itu, pukul 7 malam, Kepala Desa dan perangkat desa bernama Bernadus Watu Na’u dan Yofita Katarina Kawe serta Wakil Ketua BPD Philipus Jaga datang ke rumah saya, mendesak saya agar saya menarik kembali laporan polisi saya. Saat itu Kepala Desa minta maaf di hadapan perangkat desa. Saya tidak mau,” kata MAA.
“Keesokan harinya, suami saya tiba dari Kupang , dan kurang lebih pukul 7 malam, Bernadus Watu Na’u dan Philipus Jaga datang lagi ke rumah kami dan mendesak suami saya untuk menarik kembali laporan polisi. Setelah itu istri Kepala Desa datang lagi sendiri ke rumah kami meminta maaf, sekaligus memohon kepada suami saya untuk menarik kembali laporan polisi di Polsek Soa. Tapi saya dan suami saya bersikeras tidak mau”, beber MAA, kesal.
MAA berharap polisi segera menindaklanjuti laporannya. “Supaya kasus yang sama tidak terjadi lagi. Jangan melecehkan martabat kami sebagai perempuan. Apalagi dia itu kan pemimpin yang seharusnya melindungi kami yang lemah ini,” tegasnya. (FWL/FWL)