Nano bersama Achiles dan istrinya.

sergap.id, WOLOSAMBI – Bulan depan seharusnya menjadi bulan paling bahagia bagi Pak Nano, guru SMA Negeri 2 Boawae. Sebab ia bersama Rosdiana Novita Toyo, Nakes di Puskesmas Mauponggo, telah sepakat akan menikah secara gereja pada Oktober 2025 mendatang.

Tapi takdir berkata lain. Senin 8 September 2025 kemarin, banjir bandang melanda daerah tempat tinggalnya. Hujan deras tanpa henti membuat sungai meluap, membawa batang pohon besar dan bebatuan. Rumah-rumah hanyut, sawah ladang hancur, dan banyak orang berlarian menyelamatkan diri.

Di tengah kepanikan itu, Pak Guru bernama lengkap Bernardus Nanolino Watu ini enggan beranjak dari tempat tinggalnya. Ia tak tega meninggalkan tamu yang sedang mengunjungi rumahnya.

Saat itu di rumahnya di Desa Sawu, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, hanya tinggal Pak Nano bersama Achiles (13 bulan), buah hatinya. Sementara istrinya sedang tugas piket di Puskesmas.

Hari itu juga Kornelia Rin Raga, ibu kandung Nano, yang tinggal di Wolosambi, Desa Jawapogo, desa yang bertetangga dengan Desa Sawu, sedang ke sawahnya yang dekat dengan tempat tinggal Nano.

Karena hujan disertai angin kencang, Rin lantas berteduh di rumah Nano. Saat itu Rin sempat mengajak Nano untuk segera mengungsi ke Wolosambi. Karena Rin melihat hujan angin tak kunjung reda, dan luapan banjir makin tinggi. Tapi, Nano menolak!

“Mama, sabar dulu. Saya tidak enak, karena masih ada orang (tamu) di rumah ini,” ucap Nano kepada ibunya seperti yang dituturkan Moris, kerabat dekat Nano, kepada SERGAP, Sabtu (13/9/2025) sore.

Tak lama kemudian, ketika hari beranjak malam, ditengah badai yang belum surut, tiba-tiba terdengar suara gemuruh panjang. Ibu kandung Nano mengira itu bunyi mobil terbalik. Ternyata sumber bunyi itu adalah bongkahan batu besar yang jatuh dari tebing ke tengah amukan banjir.

“Waktu bunyi itu, tanta Rin keluar rumah. Sementara Nano dan Achiles masih di dalam rumah. Tanta Rin sempat teriak minta tolong (sambil menyelamatkan diri). Bahkan beliau sempat jatuh dan mengalami luka-luka”, ungkap Moris.

Meski terluka, Rin berhasil menyelamatkan diri ke daerah yang lebih tinggi ke arah rumahnya. Sementara Nano dan anaknya terjebak dan hanyut dibawa banjir. Hilangnya Nano dan Achies pun baru diketahui keesokan harinya.

“Tuhan sudah punya rencana terbaik untuk Nano dan Achiles. Kami keluarga hanya bisa pasrah. Semoga jenazah Nano cepat ditemukan. Nano itu orangnya baik, tidak pernah aneh-aneh. Dari kecil kami tinggal serumah, saya tahu betul dia. Nano itu anak dari tanta kandung saya. Dia orangnya sangat peka, suka membantu, apalagi kalau ada tamu, semua pekerjaan dia tinggalkan hanya untuk layani tamu. Kecuali ada hal mendesak, baru dia tinggalkan tamu. Mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Semoga Nano dan Achiles bahagia di Surga”, ujar Moris.

Pak Nano mungkin telah pergi, jasadnya hilang ditelan banjir bandang. Tetapi kisah hidupnya tetap ada dalam kenangan para murid, dalam doa istrinya, dan dalam hati masyarakat yang pernah merasakan ketulusan hatinya.

Nano dikenang sebagai sosok guru muda yang rendah hati, penuh kepedulian, dan memiliki hati yang lembut. Kepergiannya bersama sang anak tentu meninggalkan duka mendalam bagi warga Desa Sawu dan seluruh keluarga besar di Mauponggo.

  • Pencarian Jasad

Hujan memang sudah reda. Sungai tak mengamuk lagi. Namun sisa-sisa batang pohon dan lumpur yang menghitam masih bertebaran dimana-mana. Warga kampung bersama tim SAR dan relawan turun ke tepian sungai. Mereka membentuk rantai manusia, menyusuri arus, berharap ada tanda-tanda keberadaan Pak Nano.

Setiap kali mereka menemukan potongan kayu, pakaian, atau sandal hanyut, hati mereka berdebar. Apakah itu milik Nano?

Sementara di tepi sungai, istrinya berdiri dengan tatapan kosong, wajahnya pucat menatap bekas banjir. Sesekali ia menangis tersedu, sembari tetap berharap:

“Tuhan… tolong… biarkan kami menemukan dia, walau hanya jasadnya, agar ada tempat untuk saya berziarah.”

Pencarian berlangsung berhari-hari. Tim menyisir hingga ke muara, menyusuri bebatuan, bahkan menyelam ke dasar sungai yang keruh. Namun, hasilnya masih nihil.

Sementara jasad Achiles, anaknya, telah ditemukan di bekas aliran banjir yang jaraknya dua kilo meter dari rumahnya pada Kamis (11/9/2025), sekitar pukul 10.00 Wita.

Begitulah kisah Pak Nano. Niat bahagia di pelaminan bulan depan pupus sudah. Maut telah menjemputnya menghadap Sang Khalik. Semoga Bahagia di Surga!  (sg/cp)

Komentar Sesuai Topik Di Atas