Home Daerah Belu Gara-Gara Anak Sambut Baru, ASN Suami Istri Dipindahkan ke Pedalaman

Gara-Gara Anak Sambut Baru, ASN Suami Istri Dipindahkan ke Pedalaman

Jo Trindade
Jo Trindade

sergap.id, ATAMBUA – Bupati Kabupaten Belu, dr. Agustinus Taolin, diduga membuat keputusan sewenang-wenang jelang berakhir masa jabatannya sebagai Bupati. Ia memindahtugaskan Narsijo Trindade, S.Kep., Ns alias Jo Trindade dan Martha K. Halek, A.Md. jauh ke pedalaman Belu.

Jo dipindahkan dari tempat tugas lamanya di Puskesmas Rafae ke Puskesmas Nualain. Sementara Martha dipindahkan dari tempat tugas lama di Puskesmas Halilulik ke Puskesmas Laktutus.

Akibatnya pasangan suami istri ini harus rela meninggalkan ketiga anak mereka yang masih kecil di rumah tinggal mereka  di Halilulik. Si sulung saat ini duduk kelas 6 SD, anak kedua di kelas 5 SD, dan yang bungsu baru berumur 1,7 tahun.

Jo tak mengerti apa alasan Bupati memutasinya. Apalagi Surat Pindah Tugas (SPT) ditandatangani Bupati jelang masa cuti Bupati karena Bupati maju lagi sebagai Calon Bupati periode 2024-2029.

“SPT saya ditandatangani pada tanggal 20 September (2024). Sementara SPT untuk istri saya dibuat pada tanggal 24 September atau sehari sebelum Bupati cuti”, ungkap Jo kepada SERGAP, Senin (7/10/24) pagi.

Menurut Jo, jarak dari rumah ke tempat tugas barunya sekitar 80 KM. Sementara jarak tempat tugas baru istrinya sekitar 9 KM dari rumah.

“Itu artinya saya harus bolak balik tiap hari sejauh kurang lebih 160 kilo meter. Karena di Puskesmas tempat tugas baru saya itu tidak ada mes atau rumah tinggal”, paparnya.

Jo menampik bahwa mutasinya akibat kehadiran lawan politik Bupati di acara misa syukur sambut baru anaknya. Namun informasi tersebut telah menyebar di media sosial seperti facebook dan tiktok.

“Itu kerja akun palsu. Saya tidak pernah tahu. Tapi itu hak orang (netizen) untuk menilai atau berasumsi. Apalagi di musim politik seperti ini. Yang pasti saya tidak benarkan itu”, tegasnya.

Walau begitu Jo membenarkan bahwa pada acara  misa syukur sambut baru kedua anaknya pada tanggal 19 September 2024 dihadiri oleh pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Belu, Willybrodus Lay dan Vicente Hornai Gonsalves.

“Yang undang Pak Willy Lay dan Pak Vicente itu Bapak Mantu saya, namanya Bapak Bony Halek. Sementara saya undang teman-teman saya di Puskesmas Rafae. Ibu (istrinya) undang teman-temannya dari Puskesmas Halilulik. Acara sederhana saja. Pak Willy Lay datang ikut Misa sejak awal sampai selesai. Sementara Pak Vicente datang belakangan. Acara bubar sekitar jam delapan malam. Itu saja. Tapi besoknya (tanggal 20) tiba-tiba saya ditelepon dari bagian UP (Urusan Kepegawaian) Dinkes (Belu) bahwa ada SPT untuk saya. Saya kaget. Salah saya apa?”, terangnya.

Jo tak habis pikir kenapa Bupati Taolin memperlakukan dirinya seperti ini. Padahal kata Jo, tiga tahun lalu bapak mantunya merupakan tim sukses Ring 1 Bupati Taolin. Saat itu hampir setiap hari bapak mantunya habiskan waktu untuk kerja memenangkan Bupati Taolin.

“Saya saksikan dengan mata kepala sendiri karena setiap jam 5 sore, dokter Agus (Taolin) selalu telepon bapak. Bahkan bapak sering jalan sama-sama dengan dokter Agus. Selain itu, Bapak juga sering kumpul massa di rumah sini. Uang makan minum Bapak tanggung sendiri. Bukan dari biaya kampanye dokter Agus. Dan, walaupun sebagai PNS kami pasif di politik praktis, tetapi karena kami tinggal serumah dengan Bapak Mantu, maka otomatis kami pasti pilih (Bupati-Wakil Bupati) ikut Bapak Mantu. Lalu kenapa kami dibalas dengan begini? Kami masih punya anak kecil Pak Bupati!”, ungkapnya.

Ditanya apakah Jo merasa sebagai korban fitnah? Jo mengaku, sudah pasti!

“Pak dokter (Agus) lebih percaya mereka (tim sukses) yang hanya tempel-tempel. Orang yang kerja mati-matian (untuk memenangkan dokter Agus) tidak dianggap. Kan saya punya Bapak Mantu kerja untuk Pak Dokter. Tega sekali Pak Dokter ini. Bukannya  terima kasih ke orang (Bapak Mantu) malah tuduh orang, lempar (pindahtuggaskan) orang (anak dan anak mantu ke pedalaman Belu). Wah, terlalu sekali!”, timpalnya.

Menurut Jo, mutasi kali bukan yang pertama. Sebelumnya Jo yang bekerja di Puskesmas Halilulik dipindahkan ke Puskesmas Rafae dan sempat menjadi Kepala Puskesmas (Kapus) Rafae. Namun SPT ke Rafae ini belum ditetapkan dengan SK Bupati. ia justru dicopot dari jabatan Kapus oleh Bupati Taolin.

“Lah sekarang saya dapat SPT lagi. Ini bagaimana?”, tanyanya.

Jo mengaku saat ini ia seringkali dibully di media sosial.

“Netizen bilang, kamu yang dukung (Agus Taolin) waktu itu, sekarang ini Kuah Kosong (tidak mendapat upah politik)”, ucapnya.

  • Dukung Sahabat Sejati

Mutasi terhadap Jo dan Marta ini disebut-sebut erat kaitannya dengan sikap politik Bony Halek, yakni mantunya Jo. Sebab sebelumnya Bony Halek merupakan tim sukses Bupati dan Wakil Bupati Agus Taolin dan Aloysius Haleserens yang saat itu berhadapan dengan pasangan Willybrodus Lay dan Ose Luan. Saat itu Agus Taolin menang tipis atas Willy Lay dengan suara 247.

Tak ada yang tahu pasti kenapa saat ini Bony Halek tak lagi mendukung Agus Taolin. Ia malah berbalik mendukung Willy Lay yang saat ini berpasangan dengan Vicente Hornai Gonsalves atau Paket Sahabat Sejati.

Sikap politik salah satu orang terpandang di Belu ini dibenarkan oleh Jo, mantunya.

“Bapak Mantu kan sudah pensiun. Ya terserah dia mau dukung siapa. Kenapa kamu (Agus Taolin) yang pusing? Koq saya anak mantu dan istri saya jadi korban? Kecuali saya punya salah. Coba SPT itu untuk saya sendiri baik, tapi kan ini dengan istri saya sekaligus. Istri saya salah apa? Tega sekali! Kami punya anak kan masih kecil-kecil. Kasi pisah kami ini maksudnya apa? Hati nurani di mana? Kamu (Agus Taolin) omong berbusa-busa reformasi birokrasi, mensejahterakan ASN, mana buktinya? Seperti yang kami alami ini kah? Ini kan fatal! Ini kan secara tidak langsung mau bunuh orang”, ujar Jo.

“Ke tempat tugas baru jauh begini, bagaimana dengan keselamatan kami. Ini pakai sepeda motor, bukan mobil. Di perjalanan kita berjam-jam. Agak cepat berarti 2 jam tiba (di tempat tugas baru). Kalau kita buru-buru, jalan berliku-liku begini, ada kerikil-kerikil, terus kita jatuh mati? Orang paling hanya bilang turut berduka cita. Abdi negara juga turut berduka cita. Datang melayat hanya bicara omong kosong banyak, yang sengsara justru anak istri. Mau makan apa kalau suami meninggal? Ini kita omong jeleknya. Kamu (Agus Taolin) mau begitu kah? Kan ada 2 Puskesmas di dekat sini, kenapa tidak pindahkan kesitu? Saya yakin dan percaya, karma itu ada, siapa pun yang buat akan menuai nanti. Sekarang saya menderita, tapi ingat yang membuat juga akan kena karmanya”, tutup Jo.

Sayangnya hingga berita ini dipublikkasi Bupati Taolin yang dihubungi SERGAP per WhatsApp belum merespon. (cs/cs)

Exit mobile version