
sergap.id, KUPANG – “Fitnah adalah senjata terakhir untuk membenarkan diri atas tindakan kejam dan bengis yang merenggut nyawa orang lain.”
Selalu ada ceritera miring dari pelaku penganiayaan dan pembunuhan terhadap korban yang sudah meninggal dunia. Beraninya mereka mengarang ceritera miring karena mereka tahu korban yang meninggal dunia tidak mungkin memberi kesaksian yang benar atas penganiayaan yang dialaminya.
Mereka sangat paham bagaimana penganiayaan dilakukan sedemikian rupa sehingga masyarakat percaya bahwa meninggalnya korban karena kecelakaan. Maka mereka juga sejatinya sudah tahu bahwa dengan penganiayaan yang demikian korban yang direkayasa mengalami kecelakaan akan dirawat berapa hari dirawat di rumah sakit dan pada akhirnya meninggal dunia tanpa pesan apapun pada orang tua dan keluarga.
BACA JUGA: Tersangka Kasus Prada Lucky Jadi 20 Orang, Sudah Ditahan!
Jika kemudian alasan meninggalnya korban akibat kecelakaan diketahui sebagai hasil rekayasa untuk menutupi tindakan penganiayaan mereka, maka fitnah kemudian diberitakan untuk membenarkan tindakan mereka dan menggiring opini masyarakat untuk mempersalahkan korban.
“Kami tidak lupa dengan fitnah perselingkuhan oleh Sambo dan komplotannya pada Brigadir J alias Josua. Dan fitnah yang demikian keji sekeji tangan iblis mereka juga disematkan pada Prada Lucky meski bumbu fitnahnya berbeda”.
Dari cara fitnah murahan yang disematkan kepada korban ketika korbannya sudah meninggal (Prada Lucky) saya justru menduga bahwa pelaku penganiayaanlah yang mengalami penyimpangan orientasi seksual (LGBTQ) dan hendak menjadikan Prada Lucky sebagai sasaran untuk memuasakan nafsu mereka namun karena ditolak oleh Prada Lucky maka ia harus menjadi korban dari nafsu bejat mereka yang tidak tersalurkan yaitu menjadi korban penganiayaan mereka.
BACA JUGA: Cerita Bohong Tentang Prada Lucky, Jatuh dari Pohon hingga Penyimpangan Seks
Fitnah itu semakin jelas ketika juga Prada Lucky hendak diautopsi di rumah sakit tentara namun ditolak dengan alasan tidak ada dokter forensik. Rumah sakit tentara yang dikenal oleh masyarakat luas sebagai salah satu rumah sakit terbaik di Republik ini tidak mungkin belum memiliki dokter forensik.
Prada Lucky seorang anggota TNI, ayahnya juga adalah seorang anggota TNI aktif namun ternyata perlakuan yang adil dan benar tidak mereka dapatkan. Pengabdian sang ayah sebagai Abdi Negara TNI AD yang lama mengabdi hanya dibayar dengan jawaban tragis, “dokter forensik tidak ada.” Maka tepat kata sang ayah;
“Anak tentara saja dibunuh apalagi anak yang bukan tentara.”
Anak yang dirawat dengan penuh kasih harus meninggal di tangan para iblis pencabut nyawa berseragam loreng dan ayah yang adalah seorang TNI AD juga harus mendapatkan kematian dan keadilan atas penganiayaan yang dialami sang Anak hingga meninggal dunia.
Atas semuanya itu maka saya secara pribadi sebagai seorang imam Katolik yang tidak mengatasnamakan institusi gereja Katolik manapun menyampaikan kepada bapak Panglima TNI:
- Agar menghentikan segala fitnah murahan terhadap Prada Lucky yang difitnah sebagai seorang LGBTQ sebagai narasi rekayasa keji hanya untuk menghilangkan simpati masyarakat terhadap Prada Lucky dan keluarga.
- Menyatakan secara terbuka bahwa meninggalnya Prada Lucky adalah penganiayaan oleh para seniornya.
- Melakukan penyelidikan terhadap semua anggota apapun pangkatnya yang ikut bertanggungjawab terhadap meninggalnya Prada Lucky karena telah melakukan pembiaran penganiayaan terhadap Prada Lucky.
- Menginvestigasi Rumah Sakit Tentara Kupang yang menolak melakukan autopsies dengan alasan tidak ada dokter forensik.
- Ke-20 anggota yang diduga melakukan penganiayaan terhadap Prada Lucky agar diadili melalui pengadilan negara dan bukan militer, dipecat dari keanggotaan dan diberi hukuman yang benar-benar adil.
- Mengadili pimpinan Prada Lucky yang menjadi Penanggungjawab pertama bagi keselamatan para anggotanya termasuk Prasa Lucky namun lalai menjalankan tugasnya.
- Mengadili istri salah satu anggota TNI AD dan sekaligus memecat suaminya yang dalam salah satu postingan dengan nama Nafa Arshana telah melakukan fitnah terhadap Prada Lucky.
- Kami masyarakat awam membutuhkan kejujuran; “Jika penganiayaan, katakan penganiayaan. Selebihnya dari itu adalah berasal dari setan” (bdk. Mat 5:37).
- Mengevaluasi kembali sistem pembinaan dan pendidikan bagi semua anggota TNI yang tidak hanya mengutamakan kekuatan fisik namun lebih utama adalah mental dan kerohanian.
- Mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk tetap solid mengawal kasus ini agar diadili dengan jujur, terbuka dan seadil-adilnya dan tidak terpengaruh dengan fitnah murahan terhadap Prada Lucky.
Demikian sepenggal suara kemanusiaan dan kenabian dari saya sebagai bentuk simpati pada Prada Lucky dan keluarganya yang sudah tidak mendapatkan keadilan dan kebenaran namun difitnah pula. (Penulis: Tuan Kopong MSF/Imam Katolik Congregatio Missionariorum a Sacra Familia)




























