Virus Corona varian baru sangat berbahaya dan berdampak fatal. Sikap remeh temeh terhadapnya adalah berbahaya.
Virus Corona varian baru sangat berbahaya dan berdampak fatal. Sikap remeh temeh terhadapnya adalah berbahaya.

sergap.id, KUPANG – Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lembata, Eliaser Yenjti Sunur dan Thomas Ola Langoday sedang bersemangat menggalang dukungan dari semua kabupaten kota di NTT agar bisa menjadi peserta Liga 3 El Tari Memorial Cup (ETMC) 2021.

Setelah Sunur menemui para bupati di Pulau Sumba, kini giliran Langoday menemui para bupati dan wakil bupati di Pulau Timor.

Tujuannya hanya satu, yakni meminta restu kepala daerah setempat agar bisa mengirim timnya menjadi peserta ETMC.

Namun seiring dengan ajakan tersebut, ternyata persiapan sarana pertandingan di Lembata belum memadai.

“ETMC nanti tidak ada pertandingan di malam hari, karena lampu dan listrik belum bisa di bangun di dalam Stadion GOR 99. Dan ini merupakan langkah mundur jika kita melihat penyelenggaraan pada 2 tuan rumah sebelumnya yakni Kabupaten Malaka dan Kabupaten Ende,” ungkap Sekretaris Askab PSSI Lembata, Gusty Making, kepada SERGAP, Rabu (23/6/21).

Menurut dia, selain lampu stadion, kondisi rumput di stadion pun belum siap digunakan.

“Rumput di stadion sedang dalam proses pertumbuhan,” kata Making.

Making menjelaskan, walau Asprov PSSI NTT telah menunjuk Kabupaten Lembata sebagai tuan rumah ETMC, namun Pemerintah Kabupaten Lembata tidak melibatkan Askab PSSI Lembata guna menyukseskan turnamen ini.

“Klau soal penyelenggaraan, itu ranahnya pemerintah atau panitia yang dibentuk oleh pemerintah. Kami dari Askab tidak banyak tahu, karena kami tidak pernah dipanggil untuk duduk bersama membicarakan hal ini,” ujarnya.

“Asprov PSSI NTT telah bersurat untuk menyiapkan 2 lapangan pertandingan yang sesuai standar, yang akan di cek oleh Asprov apakah memenuhi syarat atau tidak untuk menggelar pertandingan liga 3. Memadai atau tidak, ya kita tunggu saja penilaian oleh asprov PSSI NTT (nanti).”

“Mungkin yang menjadi syarat mutlak oleh Asprov PSSI NTT adalah rumput . Yang kita tahu rumput di stadion GOR 99 sedang dalam proses pertumbuhan untuk menjadi layak menggelar pertandingan liga 3. Sedangkan untuk lapangan pendukung lainnya, kita belum tahu karena sedang dalam proses pembangunan,” beber Making.

Terpisah, Anggota DPRD Kabupaten Lembata asal PDIP, Gabriel Raring, mengingatkan pemerintah untuk mempetimbangkan, mengkaji, dan mengevaluasi secara holistik dan komprehensif terhadap hal-hal mendasar yang menjadi referensi atau dasar penentuan sikap terkait jadi tidaknya pergelaran ETMC di Lembata, diantaranya:

  1. Persiapan lapangan dan fasilitas pendukung, serta infrastruktur jalan menuju lapangan pertandingan dan fasilitas lain yang berhubungan dengan akomodasi para peserta.
  2. Standar penerapan protokol Covid 19 super ketat disetiap pintu masuk dan tempat tinggal kontingen dan tamu, tempat-tempat pertandingan dan tempat-tempat lain untuk menghindari terjadinya lonjakan penyebaran Covid 19 klaster ETMC.
  3. Kondisi sebagian masyarakat Lembata yang masih dalam masa transisi pemulihan bencana akibat erupsi gunung Ile Ape dan bencana banjir bandang pada April 2021 lalu.

“Dan berdasarkan hasil Rapat Kerja Komisi bersama Dispora, Dinkes, RSUD dan Realitas empiric yang saya amati, lihat dan alami, maka secara saya menganjurkan agar gelaran ETMC di Lembata ditunda,” tegas wakil rakyat Lembata itu.

Menurut Raring, permintaan penundaan ETMC bukan tanpa sebab. Ini didasari pada kondisi persiapan yang belum matang, diantaranya:

  1. Persiapan Lapangan utama dan lapangan penyangga, serta fasilitas pendukungnya standar sepakbola dan standar Covid 19 belum mencapai 50 persen. Padahal acara pembukaan ETMC akan dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2021, minus satu setengah bulan dari sekarang.
  2. Infrasturktur akses jalan menuju lapangan pertandingan masih sangat memprihatinkan.
  3. Pasien positif Covid-19 per hari Senin, 21 Juni 2021 sebanyak 22 orang. Mereka dirawat diruangan Isolasi RSUD, dan lebih banyak isolasi mandiri di rumah masing-masing.
  4. Korban bencana banjir bandang masih ada di kebun-kebun, di pondok-pondok pengungsian.
  5. Pertandingan digelar tanpa penonton otomatis akses masyarakat untuk menyaksikan tertutup dan kontribusi untuk mendongkrak PAD tidak dapat terealisasi berdasarkan target di APBD TA 2021 Dinas Pemuda dan Olaraga sebesar Rp 144 juta.
  6. Pertandingan tidak bisa diselenggarahkan malam hari karena ketiadaan Lampu sebagai akibat dari keterbatasan anggaran.

Dengan alasan ini, Raring berharap Asprov PSSI NTT sebagai penyelenggarah, hendaknya melakukan penilaian yang objektif dan transparan tekait Standar Persiapan Lapangan Pertandingan dengan semua fasilitas pendukungnya.

“Salah satu Standar Lapangannya adalah Harus memiliki Rumput, baik untuk Lapangaan Utama maupun lapangan peyangganya. Penilaian ini akan melahirkan keputusan jadi tidaknya penyelenggaraan ETMC di Lembata,” ujarnya.

Sementara itu, tokoh masyarakat Lembata yang juga dosen The University of Melbourne, Dr. Justin L Wejak, mengatakan, dirinya menyerahkan sepenuhnya kepada Gubernur dan Wakil Gubernur NTT untuk memutuskan apakah ETMC pantas digelar di Lembata atau tidak.

“Pak Viktor Laiskodat dan Pak Josef Nai Soi adalah orang-orang bijak, dan saya percaya mereka akan memilih yang “terbaik”, atau dalam konteks C-19 yang “teraman”. (Karena) dunia saat ini sungguh tidak aman, tidak sehat, gara-gara C-19. Beberapa tempat di Indonesia termasuk NTT masuk zona merah penyebaran C-19. Sementara fasilitas dan akses kesehatan di NTT, apalagi di Lembata, jauh dari memadai. Ini fakta, bukan fiksi yang sengaja diada-adakan untuk menakut-nakuti publik untuk tujuan penolakan ETMC di Lembata,” ujar Wejak kepada SERGAP, Rabu (23/6/21).

“Saya kira, akal sehat harus diberdayakan untuk memahami gejolak dan resiko kesehatan saat ini, jika ETMC jadi dilaksanakan di Lembata. Ini mesti menjadi pertimbangan utama pemerintah untuk menunda pelaksanaan ETMC di Lembata,” tegasnya.

Menurut Wejak, virus Corona varian baru sangat berbahaya dan berdampak fatal. Sikap remeh temeh terhadapnya adalah sebagian alasan dari orang mengabaikan usulan penundaan pelaksanaan ETMC.

“ETMC penting, tapi ada hal lain yang jauh lebih penting saat ini, yakni kesehatan masyarakat. Semoga ini tidak diabaikan. Bupati Lembata selama masa C-19 memberi kesan seolah “tidak peduli” pada arahan pemerintah pusat terkait perjalanan dinas, atau perjalanan atas nama dinas. Ada indikasi sikap masa bodoh atau abai. Sikap bupati ini terefleksi dalam upaya persuasifnya mendorong terlaksananya ETMC di Lembata, tanpa terlihat secuil pun pertimbangan menunda ETMC. Padahal penyebaran C-19 di Lembata semakin memprihatikan,” pungkasnya.

Sejumlah masyarakat Lembata yang ditemui SERGAP secara terpisah di Lembata juga meminta Asprov PSSI NTT menunda ETMC Lembata. Sebab menurut mereka, turnamen tersebut hanyalah gawe untuk menghabiskan uang daerah. Apalagi pelaksanaan ETMC tanpa penonton guna menghindari penularan C-19.

“Keuntungan buat masyarakat apa? Sebab disini sebagian warga sedang berjibaku dengan hidup pasca bencana banjir. Kalau ETMC hanya untuh gagah-gagahan, ya mending ditiadakan saja. Kami disini tidak butuh sepak bola, yang kami butuh saat ini adalah makan minum, rumah, dan dukungan kesehatan,” ujar Andre yang diamini teman-temannya.

Pemuda Lembata jebolan Undana Kupang ini juga mengingatkan Bupati dan Wakil Bupati Lembata untuk bisa menjadi pemimpin yang bijak bagi masyarakat.

“Masyarakat kita ini sedang susah loh. Susah makan, susah bepergian, susah tinggal, kok tidak pikirkan bagaimana mengatasi masalah ini, malah bikin masalah baru dengan hadirkan ETMC itu,” imbuhnya. (red/red)

Komentar Sesuai Topik Di Atas

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini