Kompol Cosmas Kaju Gae dan Bripka Rohmat
Kompol Cosmas Kaju Gae dan Bripka Rohmat

SIDANG kode etik yang tidak Etis dan Bermoral. Hukum hanya memiliki nilai dan martabat keadilan ketika terpenuhinya nila etis dan moral.

Kasus yang menimpa Kompol Cosmas Kaju Gae menunjukkan dengan jelas bahwa Kapolri  dan DPR seketika menjadi Pilatus yang lebih mementingkan jabatan dan kedudukan mereka daripada menjadi penyelamat kawanan (bawahan) mereka.

Kita semua berdukacita atas meninggalnya saudara Affan Kurniawan. Dan juga tidak setuju dengan tindakan aparat yang lalai hingga menabrak Affan Kurniawan. Kita juga tidak setuju ketika mereka terus melarikan rantis Brimob. Namun yang disayangkan adalah keputusan hakim dalam sidang kode etik terhadap Kompol Cosmas.

Namanya sidang kode etik, seharusnya para hakim tidak melupakan prinsip-prinsip penilain etis dan moral dalam kasus yang dihadapi oleh Kompol Cosmas. Seharusnya para hakim lebih teliti dalam melihat Niat, Motivasi dan Tujuan dari kasus ini.

Apakah benar ada niat dari Kompol Cosmas untuk menabrak Affan Kurniawan? Motivasi apa yang melatarbelakangi rantis melaju dengan kencang di tengah amuk massa yang tak terkendali? Dan apakah tujuannya adalah untuk membunuh atau tidak? Seharusnya hal-hal seperti ini digali lebih dalam untuk menjatuhkan hukuman yang setimpal pada Kompol Cosmas dan anggota lainnya.

Baju dan celana kalian bersih duduk di belakang meja dan hanya mengontrol para anggota kalian dari jauh. Bahkan ketika kalian terjun ke lapangan sekalipun, kalian di lindungi mati-matian oleh para bawahan kalian. Mereka jatuh bangun, ditendang, dilempar, dipukul namun mereka tetap bertahan demi keamanan negara, keselamatan DPR dan keselamatan jabatan kalian sebagai pemimpin mereka.

Keringat, darah, lelah mereka terima dengan kesatria semata-mata untuk negara, DPR termasuk jabatan dan kedudukan kalian. Tapi ketika ada kasus seperti ini dan dibawa tekanan suara massa, kalian bersikap seperti Pilatus, mencuci tangan, bahkan memberikan hukuman yang tidak setimpal dan tidak adil atas pengorbanan mereka.

Bahwa Kompol Cosmas jika menurut penilaian hakim layak dihukum, silahkan namun bukan dengan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat. Masih ada sanksi dan hukuman lainnya yang bisa diterapkan  tanpa harus mengorbankan karir para anggotamu yang habis-habisan menjaga keamanan negara dan membela jabatan kalian.

Bukalah mata dan hati kalian juga untuk melihat pengabdian, dedikasi dan pengorbanan Kompol Cosmas juga selama berada dalam kesatuan Brimob. JANGAN KARENA SATU KELALAIAN, MEMBUTAKAN MATA DAN MEMBUNGKAM MULUT KALIAN ATAS SEKIAN BANYAK PENGABDIAN DAN PENGORBANANNYA.

Tanda Salib yang dibuat oleh Kompol Cosmas saat menanggapi keputusan hakim, sejatinya sedangkan mewartakan kepada kalian semua para anggota DPR dan petinggi Polri bahwa seorang pimpinan dalam hal ini DPR, Kapolri termasuk juga Kapolda seharusnya memikul salib itu untuk menyelamatkan semua orang (Yoh 10:11-18) dan bukan untuk menyelamatkan kedudukan dan jabatan dari tekanan dan teriakan massa; “Salibkan, salibkan dia.”

Terimakasih banyak Kompol Cosmas, engkau telah menunjukkan kepada kami sebagai seorang pengikut Kristus sejati bahwa Salib ini harus engkau pikul demi menyelamatkan kekuasaan DPR yang bungkam dan jabatan petinggi Polri yang bisu yang seketika menjadi Pilatus di tengah gemuruh; “Salibkan dia, salibkan dia.” (Mat 27:24). (Tuan Kopong, MSF)

 

Komentar Sesuai Topik Di Atas