sergap.id, MBAY – Pemerintah Kabupaten Nagekeo kembali menggelar Festival Nagekeo One Be 2025 di Lapangan Berdikari, Danga, pada 22–24 Oktober 2025. Festival tahunan yang digagas Dinas Pariwisata Kabupaten Nagekeo sejak tahun 2023 ini tidak sekadar menjadi ajang hiburan, tetapi telah menjelma menjadi gerakan kebudayaan dan ekonomi kreatif yang berkelanjutan.

Dengan mengusung tema besar “Kebangkitan Ekonomi Kreatif”, festival ini menegaskan komitmen Nagekeo untuk bangkit dari ketertinggalan ekonomi dengan mengandalkan potensi lokal — dari kriya hingga kuliner, dari musik hingga fashion — sebagai sumber kekuatan baru ekonomi rakyat.

  • Filosofi One Be: Dari Dalam Tas Tradisi, Lahir Kreativitas Global

Nama “Nagekeo One Be” bukan sekadar label. Dalam bahasa Nage, One Be berarti “dalam be” — One berarti “dalam” atau “dalaman”, sementara Be adalah tas tradisional pria dewasa yang terbuat dari anyaman daun pandan dan lontar.

Makna filosofis ini merepresentasikan semangat masyarakat Nagekeo: dari dalam Be lahir karya, dari dalam tradisi tumbuh inovasi. Festival ini menjadi simbol kebersamaan masyarakat dalam mempersembahkan kekayaan budaya dan kreativitas kepada dunia.

“One Be adalah cermin jati diri Nagekeo. Ia melambangkan bahwa segala kekuatan dan kreativitas masyarakat berakar dari dalam, dari kearifan lokal yang harus terus hidup dalam setiap karya,” ungkap Bupati Nagekeo, Simplisius Donatus, saat membuka festival, Rabu (22/10/2025).

  • Menuju Kharisma Event Nusantara (KEN): Langkah Strategis Promosi Pariwisata

Festival ini diselenggarakan dengan melibatkan Event Organizer (EO) lokal dan regional sebagai bagian dari strategi menuju program Kharisma Event Nusantara (KEN) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Nagekeo, Silvester Teda Sada, penyelenggaraan rutin festival selama tiga tahun berturut-turut merupakan syarat utama untuk masuk dalam kurasi KEN.

“Kami ingin Nagekeo One Be menjadi bagian dari event nasional yang dikenal luas. KEN bukan sekadar prestise, tetapi jembatan untuk memperluas jejaring promosi hingga tingkat nasional dan internasional,” jelasnya.

Teda menambahkan, seluruh kegiatan festival dirancang dengan prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan, yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat, kelestarian budaya, dan konservasi lingkungan.

  • Ragam Kegiatan: Dari Parade Kreatif hingga Jelajah Kampung Adat

Festival yang berlangsung selama tiga hari ini menyajikan beragam kegiatan yang menampilkan kekayaan budaya dan potensi ekonomi kreatif Nagekeo.

Rangkaian acara dimulai dengan Parade Ekonomi Kreatif, diikuti para pelajar SMA/MA se-Kota Mbay yang menampilkan tujuh sub-sektor ekonomi kreatif: Kriya, Kuliner, Fotografi, Fashion, Musik, Seni Rupa, dan Seni Pertunjukan. Parade ini memeriahkan jalan utama Kota Mbay hingga Lapangan Berdikari Danga.

Panggung terbuka juga disediakan bagi sanggar dan komunitas seni lokal untuk menampilkan pertunjukan budaya. Suasana festival semakin meriah dengan Tarian Dero Massal yang melibatkan ratusan peserta dan membentuk formasi tulisan “NGK – ONE BE” sebagai simbol persatuan dan kebanggaan daerah.

Selain itu, digelar pula lomba-lomba kreatif pelajar, Sekolah Lapangan Ekonomi Kreatif, serta Jelajah Kampung Adat ke Wolowajo, Boamara, dan Nunungongo — tiga kampung adat yang menyimpan pesona arsitektur dan filosofi kehidupan masyarakat Nagekeo.

Di area pameran, terdapat 38 stan UMKM dan kuliner, termasuk partisipasi dari kabupaten tetangga seperti Ende dan Sikka. Festival juga diramaikan Senam Zumba massal, Aksi Sapta Pesona – Gerakan Wisata Bersih di Pantai Nangadhero, serta pertunjukan puncak Tinju Adat (Etu) sebagai simbol pelestarian budaya

  • Dampak dan Harapan: Membangun Ekonomi dari Akar Budaya

Festival Nagekeo One Be bukan hanya panggung budaya, tetapi juga laboratorium ekonomi rakyat. Melalui festival ini, pemerintah daerah menargetkan peningkatan kunjungan wisatawan, perluasan jaringan UMKM, serta penguatan kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan pelaku usaha pariwisata.

Wakil Bupati Ngada, Berny Dhei yang turut hadir dalam pembukaan festival, menilai kegiatan seperti ini menjadi contoh sinergi nyata lintas kabupaten dalam mendorong kebangkitan ekonomi kawasan Flores.

“Festival ini menunjukkan bagaimana budaya bisa menjadi sumber ekonomi baru. Ketika pariwisata dikembangkan dengan melibatkan masyarakat, maka kesejahteraan akan ikut tumbuh,” ujar, Berni.

  • Membangun Branding Nagekeo: The Heart of Flores

Dengan semangat One Be, Nagekeo menegaskan posisinya sebagai jantung kebudayaan dan kreativitas di Flores Tengah. Melalui festival ini, daerah yang dulu dikenal sunyi kini mulai berdenyut dengan inovasi, kolaborasi, dan semangat baru menuju kemandirian ekonomi berbasis budaya.

“Festival ini adalah wajah optimisme kita. Nagekeo akan terus bergerak maju dengan identitasnya, berdaya saing, dan berkarakter lokal yang kuat”.

Tagline “Nagekeo, The Heart of Flores” kini bukan sekadar slogan promosi, tetapi cerminan visi besar untuk menjadikan Nagekeo sebagai destinasi wisata budaya dan ekonomi kreatif yang hidup dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. (sp/adv)

Komentar Sesuai Topik Di Atas