sergap.id, LEWOLEBA – Warga Lewoleba, Kabupaten Lembata akhirnya bertindak nekad melakukan unjukrasa di tengah laut pada Kamis (24/1/19).
Aksi mereka itu sebagai bentuk penolakan terhadap proyek pembangunan kolam dan jeti apung senilai Rp 7 Miliar di kawasan Pulau Pasir Awololong.
Ratusan warga yang mendatangi pulau pasir dengan motor boad itu berhasil menghentikan aktivitas pemancangan tiang kolam dan jeti apung. Mereka juga berhasil menggiring alat penumbuk tiang pancang kembali ke darat.
Aksi nekad itu dilatari kecemasan akan adanya bencana hebat jika pembangunan kolam dan jeti apung tetap dilaksanakan.
Pasalnya, sejak merebak rencana pembangunan kolam dan jeti itu, muncul tanda-tanda alam yang aneh dan tidak biasa terjadi, seperti lolongan anjing pada tengah malam hingga dini hari di beberapa pojok Kota Lewoleba.
Tak cuma itu, beberapa warga malah khawatir ketika sejumlah nelayan mendapatkan seekor ikan kerapu dengan ukuran yang sangat besar.
Hal ini dinilai sebagai pratanda yang tidak bagus. Sehingga warga nelayan Lewoleba sangat mendukung sikap aktivis untuk membatalkan pelaksanaan pembangunan kolam dan jety tersebut.
Dua kali aksi unjukrasa digelar. Pertama, dilakukan ke kantor bupati Lembata oleh FP2L. Namun tekanan kelompok ini dinilai kurang “menggigit”.
Maka muncul lagi aksi dengan agenda yang sama oleh komunitas warga yang menamakan dirinya Aliansi Rakyat Lembata Menggugat (ASTAGA).
Unjuk rasa kedua ini langsung menyambangi Kantor DPRD Lembata. Sayangnya, anggota Dewan yang hadir tak sampai separuh.
Mereka meminta Dewan dan Pemkab Lembata agar membicarakan lagi Perda APBD II Lembata Tahun Anggaran 2019, dan membatalkan proyek pengembangan destinasi Awololong.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, proyek senilai Rp 7 Miliar ini sudah dilelang sejak tahun 2018 silam.
Pemenang tender sudah siap melaksanakan pekerjaannya. Bahkan, material kolam dan jeti apung sudah didatangkan dari Jawa ke Lewoleba.
Nmun ketika kontraktor pelaksana hendak melakukan pemancangan tiang pada Kamis (24/1/19), warga justru beramai-ramai dengan boad melancarkan aksi unjukrasa di laut.
Aparat keamanan dari Polres Lembata dan Satpol PP tak kuasa membendung aksi tersebut.
“Alat penumbuk tiang sudah kami pulangkan kembali ke darat,” tulis seorang warga melalui akun facebooknya.
Tak cuma itu. Para pekerja proyek juga dipaksa pulang meninggalkan Pulau Siput Awololong.
Warga juga memajang poster antara lain bertuliskan: “Masyarakat Lembata menolak pembangunan jeti kolam renang apung dan pasar kuliner. Save Awololong”.
Kapolres Lembata AKBP Janes Simamora dan Kasat Pol PP Petrus Kanisius Making tampak berada di lokasi unjukrasa.
Namun keduanya bersikap tenang dan hanya memantau para pengunjukrasa.
Kasat Pol PP, Kanis Making menyatakan unjukrasa di tengah laut itu merupakan bagian dari dinamika pembangunan.
Pengunjukrasa sendiri bertekad untuk terus menjaga Pulau Pasir Awololong.
“Ingat jangan sekali kali buat malapetaka di tanah Lembata,” tulis CheSar RimBa di akun facebooknya.
Warga pengunjukrasa mengaku mendapat dukungan penuh dari nelayan Lewoleba. Boad yang ditumpangi ke pulau pasir Awololong, sama sekali tak dipungut biaya.
Mereka berharap pemerintah dan DPRD Lembata dapat membicarakan kembali rencana pembangunan di Awololong. (fre/aksi)