Pada 10 Agustus 2013, Rokatenda kembali meletus. Delapan orang meninggal, sementara 3000 lainnya dievakuasi.
Pada 10 Agustus 2013, Rokatenda kembali meletus. Delapan orang meninggal, sementara 3000 lainnya dievakuasi.

sergap.id, KUPANG – Gunung Rokatenda atau juga disebut Gunung Paluweh adalah sebuah gunung berapi yang berada di Pulau Palu’e, Kabupaten Sikka. Letaknya persis di bagian utara Sikka (Pulau Flores). Gunung bertipe strato ini merupakan lokasi tertinggi di Pulau Palu’e dengan ketinggian 875 meter. Geografis gunung ini terletak di koordinat 121° 42′ bujur timur and 8° 19′ lintang selatan.

Pulau Palue sendiri memiliki luas 41 km persegi atau 2,37 persen dari luas wilayah Kabupaten Sikka. Populasi penduduk di pulau ini berjumlah 9.442 jiwa yang tersebar di enam desa.

Letusan terhebat gunung ini terjadi pada tanggal 4 Agustus sampai 25 September 1928. Letusan ini disusul gempa dan tsunami yang mengakibatkan ribuan orang meninggal dunia.

Letusan kembali terjadi pada tanggal 23 Maret 1985 dengan hembusan abu mencapai 2 kilo meter dan lontaran material lebih dari 300 meter di atas puncak.

Pada tanggal 16 Januari 2005, Rokatenda kembali menunjukan aktivitasnya, sehingga pemerintah memberlakukan status siaga.

Pada 10 Agustus 2013, Rokatenda kembali meletus. Delapan orang meninggal, sementara 3000 lainnya dievakuasi.

Nah…. 4 Agustus 2021 kemarin adalah hari ulang tahun ke 93, dimana Gunung Rokatenda meletus untuk pertama kalinya dengan keluatan yang maha dahsyat.

“Sebagian besar warga tewas (saat itu karena) terempas oleh gelombang pasang laut yang dipicu aktivitas vulkanik”, kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam keterangannya, Rabu (4/8/21).

Peristiwa meletusnya Rokatenda pada tahun 1928 itu tak banyak yang tahu, karena saat itu alat komunikasi masih sangat terbatas, dan media massa di Indonesia pun masih terpusat di Pulau Jawa. Namun bukan berarti kisah ini hilang begitu saja. Sebab pada saat kejadian ada seorang wartawan New York Times dalam misi kemanusiaan sedang berada di Pulau Flores. Ia kemudian meliput dan mempublikasikan kejadian luar biasa itu di New York Times pada tanggal 10 Agustus 1928.

Saat itu New York Times mewartakan estimasi ribuan orang meninggal dunia, dan 500 warga lainnya mengalami luka-luka. Banyaknya korban ini disebut dalam berita berjudul ‘Volcano Kills 1.000 in Dutch East Indies; Wipes Out Six Villages on Paloeweh Island’.

Laporan New York Times ini juga menyebut, sisi selatan Pulau Palu’e , ada enam desa yang dihancurkan oleh material vulkanik. Gelombang pasang pun setinggi 4,6 meter yang dipicu aktivitas vulkanik.

New York Times adalah koran harian yang diterbitkan di New York, Amerika Serikat, oleh Arthur Ochs Sulzberger Jr. dan penyebaran koran ini merata ke semua penjuru dunia. Media ini kemudian dikenal sebagai koran internasional.

Rokatenda kini disebut banyak orang sedang ‘tidur’. Tak ada tanda-tanda untuk kembali meletus. Wisatawan pun memanfaatkan jeda waktu ini untuk berwisata di sekitar gunung.

“Gunung Rokatenda merupakan salah satu gunung api dari total 127 gunung aktif yang berada di Indonesia. Aktivitas vulkaniknya berada pada tingkat II atau ‘Waspada.’ Secara umum, definisi ‘Waspada’ berarti sebuah gunung api yang memiliki potensi peningkatan kapasitas aktivitas dan ancaman bahaya erupsi di sekitar kawah”. (nt/nt)

Komentar Sesuai Topik Di Atas

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini