sergap.id, KUPANG – Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja, mengatakan, berdasarkan survei dan kajian BI, Kabupaten Lembata memiliki empat produk unggulan yang mampu menekan angka kemiskinan di Lembata, yakni Sorgum, Jagung, Ikan, dan Kambing.
“Kalau kita mau mensejahterakan rakyat Lembata, fokus di sini. Bangun kelembagaannya, bangun kapabilitasnya, bangun pemasarannya, offtakernya, mudah, selesai. Gak sampai 3 tahun Lembata langsung sejahtera. Pertanyaannya mau fokus apa tidak? Itu saja pak!”, ujar Nyoman dalam rapat bersama Plt Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday, Ketua DPRD Lembata, Petrus Gero, Wakil Ketua dan Anggota DPRD Lembata, serta para para pimpinan OPD Lembata, di ruang rapat utama Kantor Perwakilan BI NTT di jalan El Tari Kupang, Rabu (15/9/21) siang.
Menurut Nyoman, selain 4 produk unggulan itu, Lembata juga memiliki potensi budaya dan pariwisata berkelas dunia.
“Kami sangat apresiasi, objek wisatanya sangat bagus, walau pun pandemi (covid-19) menerjang. Kita liat dari tahun 2015 naik terus nih. Jadi, sebenarnya Lembata sangat menarik dari sisi obyek wisata. Jumlah tamu yang hadir disana juga banyak sekali. Walau pun gak kayak di Kuta, Bali. Berarti emang bagus alamnya, trus budayanya. Jadi, emang basisnya itu adalah budaya dan alamnya, terutama baharinya. Beberapa atraksi sudah ada, ini sangat indah, apalagi gunung berapinya, walaupun gunung berapinya sering membuat kita tidak bisa mendarat disana. Tapi, ini tentu menjadi objek wisata yang luar biasa. Nah ini adalah riset dari Bank Indonesia”, paparnya.
“Nah itu rekomendasi kami”, ucapnya.
Namun kata Nyoman, untuk membangun ekonomi Lembata yang kuat, maka pemerintah setempat perlu menyiapkan data potensi yang akurat. Jika tidak, maka semua yang dicita-citakan akan sia-sia.
“Kita perlu data. Lembata itu sudah ada websitenya, lembatakab.go.id. Tapi ternyata isinya kosong!, Kami sudah coba akses. Ternyata tidak ada data Pak Bupati. Kalau boleh ini diisi. Kerjasama dengan BPS (Badan Pusat Statistik) di daerah, bagaimana kita membangun data. Bila perlu data berbasis desa. Karena desa sudah ada perangkatnya, apalagi ada Mentri Desa yang gencar membangun desa. Di sana ada Sekdes yang bisa mengiput data. Jadi, data sangat diperlukan pak, kalau data tidak ada, kita tidak bisa menganalisanya”, ungkapnya.
“Ini tantangan kita, harus memproduksi data! OPD-OPD harus punya data. Dinas Pertanian harus punya data berapa produksi Sorgum, berapa produksi Jagung, dimana, siapa petaninya? Kalau enggak punya data, pusing kita! Kalau gak ada data, bagaiamana kami perbankan mau menyalurkan kredit?”, ucapnya.
Setelah punya data, lanjut Nyoman, pemerintah dan DPRD perlu fokus pada produk unggulan guna bisa secara cepat mensejahterakan rakyat.
“Harus fokus ke komoditi unggulan. Apa saja komoditi unggulannya? Itu ada jagung, sorgum, kambing, dan ikan, terutama ikan ekor kuning. Jadi, disini aja fokus kita. Kalau gak, 3 sampai 5 tahun kedepan, gak berubah (wajah ekonomi) Lembata. Wajahnya sama saja dengan ratusan tahun lalu. Tentu potensi yang lain tetap didorong, termasuk pariwisata”, tegasnya.
Pengembangan pariswisata, menurut Nyoman, harus berbasis alam, tradisi, dan masyarakat.
“Jadi, (investor luar) yang boleh masuk kesana, ya (untuk bangun) hotel-hotel berbintang 4 ke atas aja. (sedangkan) bintang 3 ke bawah gak boleh, karena itu harus berbasis masyarakat. Masyarakat bikin villa atau penginapan bintang 3 ke bawah. Sehingga tidak seperti di Bali, dari melati sampai bintang 5 masyarakat gak dapat, masyarakat jadi pendatang. Ini rekomendasi kami”, katanya.
Nyoman juga menyarankan agar Pemkab dan DPRD Lembata menciptakan branding agar Lembata cepat dikenal masyarakat luas. Salah satu pilihan brandingnya adalah the healtiest from the east (yang sehat dari timur).
“Kenapa sehat? Karena kami ada sergum yang menjadi sereal, susu kambing yang juga bikin sehat, juga ikan sehat. Nah ini satu pilihan, tapi mungkin banyak pilihan yang lain. Tinggal bapak-bapak memilih brandingnya. Pendek tapi menginspirasi. Branding ini perlu, sehingga merubah mindset kita, culture kita, berubahlah culturenya semua. Kira-kira begitu hemat kami. Tapi data sangat diperlukan, fokus membangun ekonominya, disamping mendorong pariwisata sebagai penggerak ekonomi”, pungkasnya.
Menanggapi rekomendasi BI tersebut, Plt Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday, menyampaikan terima kasih kepada Nyoman.
“Pak Nyoman dan tim sudah mengisi kami dengan berbagai informasi yang tentunya berasal dari data. Sayangnya BI lebih mempunyai data lengkap daripada kami. Ini fakta! Saya selalu menyampaikan kalau kita membuat perencanaan tanpa data atau datanya salah, maka perencanaan itu salah, kalau rencananya salah, maka pelaksanaannya salah, kalau pelaksanaannya salah, maka hasilnya salah, dan itulah yang menyebabkan kami masih tertinggal sampai dengan hari ini. Padahal kami cuma Kabupaten 1 pulau saja. Kami tidak menyeberang ke mana-mana. Kalau kita fokus saja membangun, mestinya kami lebih maju dari kabupaten-kabupaten lain”, bebernya.
Hari ini, lanjut Thomas, ada Pak Ketua, Wakil Ketua, semua Anggota DPRD, ada Pak Sekda, Asisten dan para pimpinan OPD yang terkait dengan sektor-sektor kemakmuran, kami semua ada disini, mudah-mudahan kita semua mulai berpikir ulang dalam masa jabatan yang tersisa kurang lebih 9 bulan 10 hari ini bisa melahirkan ‘seorang bayi yang sehat’. Dan, itu dimulai dengan fokus membangun berbasis data. Tidak bisa tidak. Ini rekomendasi sudah diberikan oleh BI yang sebenarnya tinggal kita melaksanakannya.
Saya tadi malam berpikir Lembata ini mau dijual brandingnya apa? Mungkin agak berbeda sedikit. Saya justru berpikir higienis of the east. Sesuatu yang higienis itu datang dari Lembata. Tetapi tadi pak Nyoman sampaikan healthiest from the east, yang sehat itu datang dari timur, datang dari Lembata. Jadi semua orang punya pikiran yang sama, yang sehat pasti dari Lembata.
Nah mulainya dari mana? Kita harus punya inovasi! Tanpa inovasi, kita tidak bisa keluar dari sini (keteringgalan). Jadi, fokus kita ke depan adalah membangun dengan inovasi. Tidak bisa tidak!
Kenapa kita masih tertinggal dari berbagai aspek, karena kita masih berjalan dengan situasi yang biasa-biasa saja. Kreativitas kita masih rendah, padahal dana di perbankan begitu banyak. Anak muda kita kepinginnya hanya jadi KSO. Sekian banyak orang melamar menjadi ASN. Tidak ada yang mau merebut dana yang ada di perbankan. Jadi, mindset anak-anak muda kita harus kita rubah, apalagi di indeks pembangunan manusia kita masih rendah, yakni berada di urutan 444 dari 551 kabupaten kota (di Indonesia).
Tugas kita semua ini. Teman-teman dewan punya konstituen harus mampu mengubah mindset konstituen. Teman-teman OPD punya kelompok-kelompok kerja, juga harus mampu mengubah mindset mereka.
Melalui kesempatan ini kami mengundang Pak Nyoman dan tim ekonomi BI bersama-sama dengan OJK dan Dirut Bank NTT serta mitra terkait, jika bisa sosialisasi tim percepatan akses Keuangan Daerah pertama dilakukan di Lembata. Ini juga memberi kesan bahwa kalau para pejabat itu ke Lembata, maka Lembata itu aman, Lembata itu nyaman untuk investasi. Indikator yang kecil ini mempunyai dampak yang besar untuk dunia usaha. Apalagi juka kami dikunjungi terus-menerus.
Ucapan terima kasih kepada BI juga disampaikan oleh Ketua DPRD Lembata, Petrus Gero.
“Hari ini adalah momentum yang sangat berharga dan sangat memiliki nilai yang tidak terukur. Kenapa? Karena ini sebuah momentum yang baik untuk kita mengetahui Kabupaten Lembata dari segala potensi, segala hambatan, segala peluang dan tantangan. Ternyata yang kami lakukan selama ini belum merupakan sebuah kebijakan yang tepat sasaran untuk mengantar masyarakat kami segera meninggalkan kemiskinan yang masih tinggi, dan juga menaikkan indeks pembangunan manusia”, ujar Gero.
Ukuran pembangunan manusia ini, lanjut Gero, sebenarnya juga menjadi hal yang utama bagaimana dilakukan perumusan kebijakan publik yang mengarah kepada kebijakan anggaran yang masuk pada setiap sektor riil, supaya bisa keluar dari masalah kemiskinan.
Hari ini saya merasa mendapat semangat baru, dan mudah-mudahan ini merupakan langkah awal untuk kerjasama antara pemerintah Kabupaten Lembata dengan Bank Indonesia, dan juga bank-bank yang lain yang telah hadir di NTT.
APBD 2021 memang kami mengalami penurunan karena refocusing anggara. Hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan anggaran yang menyentuh langsung kepentingan masyarakat, banyak yang dipotong. Sebagai anggota DPRD, kami merasa ini gagal bagaimana memperjuangkan anggaran itu untuk masyarakat yang kami wakili.
70 persen penduduk Kabupaten Lembata adalah petani. Kelompok-kelompok petani itu ada, tapi terkadang mereka hadir instan. Ada yang memang sudah benar-benar memiliki kelembagaan, tetapi belum memiliki kapabilitas yang kuat. Sehingga mereka terhimpun dan juga terintegrasi untuk memiliki kesamaan cara pandang dalam menumbuhkan ekonomi mereka. Kadang ada program, kelompok itu hadir, tetapi begitu program selesai, kelompok itu bubar. Mudah-mudahan ini menjadi masukan untuk kami supaya kami membentuk kelompok-kelompok di sana, baik itu kelompok pertanian, peternakan, dan perikanan. Sektor-sektor ini barangkali pas dan layak untuk kami kembangkan di Lembata.
Kami juga mengundang kehadiran Pak Nyoman untuk datang ke Lembata, guna bisa melihat Lembata lebih dekat. Saya yakin keindahan Lembata tidak ada tandingan. Lembata itu sangat indah! Dia adalah sosok wanita cantik yang memberikan senyuman dengan pesan kebahagiaan. Mohon bisa hadir kesana!
Ada pribahasa bilang, hidup itu singkat, tetapi karya dan nama akan bertahan lama. Mungkin dengan kehadiran disana memberi brand bagi Lembata, memberikan kami sebuah kenangan untuk kami, untuk anak cucu kami.
Kehadiran secara politik hampir semua anggota DPRD ini menunjukkan kesungguhan kami untuk mendukung Pemerintah Kabupaten Lembata untuk segera mengantar masyarakat kami keluar dari masalah kemiskinan. (advetorial/advetorial)