sergap.id, KIAT – Nutrisi yang terdapat dalam kotoran manusia jauh lebih ampuh dari pupuk kandang. Ini telah dibuktikan di sebuah pertanian organik “Finca Gaia” yang terletak di tengah-tengah hutan tropis Puerto Rico.
Manuel Perez, pemilik pertanian tersebut, membangun bio-toilet di area pertaniannya karena dua alasan.
Pertama, memasang pipa pengaliran di bawah tanah akan merusak sebagian hutan. Finca Gaia membentang di hutan seluas sekitar 14 hektare, dan lokasinya jauh dari saluran pembungan limbah kota.
Kedua, Perez sangat percaya bahwa apa yang kita anggap sebagai kotoran manusia adalah produk yang sempurna untuk menyuburkan tanamannya, sehingga harus dikembalikan ke tanah.
Setelah ember terisi penuh, dia memindahkan isinya ke dalam lubang pengomposan bersama daun-daun mati dan sampah lainnya, yang pada akhirnya akan menjadi tanah yang subur.
“Kita manusia benar-benar salah memahami kotoran manusia. Ini adalah pupuk yang bagus dan penuh nutrisi. Jadi kenapa menyia-nyiakannya? Saya menggunakannya untuk menanam buah-buahan saya”, ungkapnya.
Ada beberapa alasan untuk itu. Kotoran manusia memang merupakan pupuk kaya nutrisi yang ampuh dan dapat membantu tanaman berkembang.
Pengomposan, dibanding penyiraman di toilet, juga mengurangi penggunaan air. Ini adalah sebuah langkah cerdas di era perubahan iklim dan krisis air.
Mengembalikannya ke tanah juga akan mengurangi kebutuhan akan pupuk sintesis, yang dapat hanyut dari kebun ke sungai dan danau, yang juga membutuhkan bahan bakar fosil untuk memproduksinya.
(Proses Haber-Bosch untuk mensintesis pupuk amonia yang kaya nitrogen membutuhkan suhu 400-650 derajat Celcius dengan tekanan yang sangat tinggi, yang hanya memungkinkan jika menggunakan bahan bakar fosil. Proses ini menghasilkan sekitar 1,8% emisi karbon global).
Mendaur ulang kotoran manusia mungkin terdengar tidak umum dan tidak higienis, tetapi semakin diyakini sebagai langkah penting dalam sanitasi dan ekonomi sirkular, di mana sampah dan kotoran bisa diolah menjadi produk yang dapat digunakan.
“Topik ini sedang hangat-hangatnya sekarang,“ kata Kelsey McWilliams, pendiri dan direktur pelaksana Point of Shigt, sebuah perusahaan berbasis di Philadephia, AS, yang merancang sistem sanitasi sirkular.
“Orang-orang menyadari bahwa apa yang kita lakukan selama ini tidak berkelanjutan, jadi minat terhadap sanitasi sirkular meningkat, khususnya di AS, tetapi juga di tempat lain.“
Apabila dilakukan dengan benar, ini merupakan cara yang lebih holistik dan berkelanjutan untuk menangani permasalahan limbah manusia di seluruh dunia. Sebab faktanya, bumi memang menghadapi kelebihan kotoran manusia.
Dengan tujuh miliar penduduk bumi mengeluarkan 450 gram kotoran sehari, limbah kita mencemari lingkungan dengan berbagai cara.
Di negara-negara berkembang, dengan infrastruktur sanitasi industri yang tidak memadai, limbah yang tidak ditangani dengan baik, ini mencemari air minum, menyebabkan penyakit diare yang membunuh setengah juta anak per tahun.
Sementara itu, lahan pertanian semakin sedikit setelah proses cocok tanam dari tahun ke tahun, sehingga petani harus membeli dan menggunakan pupuk sintetik, melanggengkan siklus hara yang terputus.
Alih-alih mengembalikan nutrisi ini ke tanah dalam bentuk limbah kompos, kita justru membuangnya ke laut, sambil memproduksi lebih banyak pupuk sintetis untuk lahan pertanian yang kian menipis.
Untuk mencegah aliran nutrisi menjauh dari tanah, manusia perlu mencari cara untuk mengarahkan limbah mereka kembali ke tanah.
Tidak semua orang memiliki lahan pertanian untuk menghasilkan kompos dari hasil metabolisme tubuh mereka, tapi ada sejumlah teknologi baru yang bisa bekerja pada skala berbeda, mulai dari rumah hingga gedung apartemen dan kota-kota besar.
Forum Kerja Ekonomi Mandiri Pemuda Sembayat (Forkems) Kabupaten Gresik, Jawa Timur, juga telah menjadikan kotoran manusia sebagai pupuk.
Ketua Forkems Gresik, Ahmad Shodiq, mengaku, inovasi mengubah kotoran menusia menjadi pupuk berawal dari coba-coba. Hasilnya, pupuk ini mampu menyuburkan tanaman.
Shodiq menjelaskan, pemberian pupuk dari kotoran manusia dapat meningkatkan kemampuan tanah mengikat air serta meningkatkan unsur hara tanah.
Hebatnya lagi, pupuk hasil inovasi Forkems ini lebih subur, tidak bau dan tidak menyebabkan polusi udara.
“Tanaman lebih cepat berbuah dibanding dengan pupuk lain. Hasil dari fases warna tumbuhanya lebih hijau,” kata Shodiq. (bel/erna sudira)