Bandara Haji Hasan Aroeboesman Ende, gambar diambil Senin (2/3/21) pagi.
Bandara Haji Hasan Aroeboesman Ende, gambar diambil Senin (2/3/21) pagi.

sergap.id, ENDE – Drainase yang buruk di ibu kota Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) membuat pelayanan di Bandara Haji Hasan Aroeboesman sedikit terganggu, terutama saat hujan deras. Sebab banjir dan sampah menggenangi bandara. Ini karena lokasi bandara berada di titik paling rendah dan 5 saluran pembuangan bermuara di bandara.

“Aset ini (saluran pembuangan) milik Pemkab (Pemerintah Kabupaten Ende). Saya tidak berani mengatasi itu, termasuk pendahulu saya. Karena ada aturan. Kan saya ini anak buahnya pak Menteri (Perhubungan). Saya tidak boleh melakukan perawatan terhadap aset yang bukan milik saya (Perhubungan). Makanya kalau banjir, ya tinggal banjir, biarkan saja. Harusnya yang merawat siapa? Ya kabupaten,” ujar Kepala Bandara Haji Hasan Aroeboesman Ende, Indra Triantono, kepada SERGAP, Senin (1/3/21).

Pria yang mulai bertugas di Ende pada November 2020 itu mengaku kaget ketika pertama kali melihat kondisi bandara saat hujan.

“Saya tiba disini terjadi banjir. Wuih kok begini? Saya liat ke sana, wah (banjir) penuh semua. Ini yang kemudian membuat saya berani bertindak mengatasi banjir, walau sedikit melanggar aturan. Ya terpaksa anggaran buat rawat gedung dipakai untuk bersihkan sampah,” beber Indra.

Dia menjelaskan, dalam kondisi normal atau saat tidak terjadi hujan, tumpukan sampah mencapai 90 sedimentasi pada gorong-gorong saluran pembuangan yang hanya memiliki 1,75 sendimentasi, dan jika terjadi hujan, tumpukan sampah menutupi saluran, terutama sampah plastik.

Ada lima saluran yang mengarah ke Bandara, dan jika terjadi hujan, banjir di 5 saluran ini meluap menggenangi Bandara.

“Biasanya kayak gini (hujan rintik-rintik, bandara) sudah tergenang air, karena seluruh air dari kota ini masuk kesini,” paparnya.

Karena kondisi tersebut, kata Indra, pihaknya kemudian berkoordinasi dengan Pemkab Ende dan akhirnya Pemkab Ende menyerahkan aset saluran sepanjang 1,7 kilo meter tersebut kepada Kementerian Perhubungan cq Bandara Haji Hasan Aroeboesman Ende.

“Kita lagi dalam proses penyerahan,” ujar mantan Kepala Bandara Trunojoyo, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur itu.

Jika proses penyerahan sudah selesai, lanjut Indra, pihaknya akan secara maksimal mengatasi masalah banjir di Bandara.

“Jadi itulah kenapa saya di sini fokus selesaikan masalah banjir. Kemarin berkubik-kubik sampah yang kami angkat dari gorrong-gorong. Kurang lebih 34 truk. Rata-rata sampah plastik, termasuk spring bed dan kulkas,” bebernya.

“Lebar saluran 3 meter. 3 atau 4 tahun yang lalu, saluran ini pernah di bendung yang kemudian masyarakat komplain. Banjir lari ke pemukiman masyarakat semua. Nah kan kita gak mungkin mencederai masyarakat, makanya air (banjir) di buang ke bandara semua,” katanya.

Indra menegaskan, jika proses penyerahan aset saluran pembuangan sudah selesai, maka pihaknya akan mengajukan permintaan anggaran ke pusat untuk mengatasi masalah banjir di Bandara.

“Kita akan minta anggaran. Supaya bandara ini tidak kebanjiran lagi,” imbuhnya.

Indra menambahkan, keberadaan bandara di Ende seharusnya bisa memacu pertumbuhan di semua sektor pembangunan di Kabupaten Ende, terutama di sektor pariwisata. Karena Ende dikenal sebagai kotanya Bung Karno, dan Ende memiliki satu keajaiban dunia, yakni danau tiga warna Kelimutu.

“Harusnya lebih maju dari Labuan Bajo dan Maumere,” pungkasnya.

Kepala Bandara Haji Hasan Aroeboesman Ende, Indra Triantono
Kepala Bandara Haji Hasan Aroeboesman Ende, Indra Triantono.

Asal tahu saja, kota-kota di NTT yang paling ramai saat ini, pertama; Labuan Bajo (ibu kota Kabupaten Manggarai Barat) dan kedua; Maumere (ibu kota Kabupaten Sikka).

Sementara Ende menempati posisi ke 3 berdasarkan survei sebuah lembaga survei keramaian kota asal Jakarta. (win/to)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini