JAKARTA, sebagai ibukota yang terus bergerak dinamis, tak hanya dihadapkan pada persoalan premanisme yang mengganggu ketenteraman, tetapi juga pada tantangan menjaga semangat hidup warganya. Dalam konteks ini, motivasi hidup menjadi kunci untuk menciptakan masyarakat yang tangguh dan produktif.

Motivasi: Fondasi Ketangguhan Individu dan Komunitas

Motivasi hidup, menurut pakar psikologi Gary Chapman, adalah energi internal yang mendorong seseorang untuk bertindak mencapai tujuan. Seperti dijelaskan pada artikel berjudul “Mendidik Anak dengan Konsep Cinta” yang ditulis oleh Fitria, motivasi tidak hanya berasal dari dalam diri (intrinsik), tetapi juga dari lingkungan eksternal (ekstrinsik). Hal ini sejalan dengan penelitian Maximo dkk. (2016) yang menemukan bahwa dukungan keluarga melalui waktu berkualitas dan kata-kata penegasan mampu membangun ketangguhan (resilience) individu.

Di Jakarta, di mana tekanan hidup kerap tinggi, peran lingkungan seperti komunitas RT/RWdalam menumbuhkan motivasi kolektif menjadi krusial. Menurut Ali Muhammad Johan, Anggota Komisi A DPRD DKI, menekankan pentingnya sinergi antar-pihak, seperti kolaborasi Satpol PP dengan Karang Taruna, untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung. Langkah ini tidak hanya memberantas premanisme, tetapi juga membangun kepercayaan warga bahwa mereka berada di ruang yang kondusif untuk berkembang.

Regulasi dan Peran Negara dalam Memupuk Motivasi

Pemerintah memiliki peran sentral dalam menciptakan sistem yang memfasilitasi motivasi warga. Pembentukan Satgas Antipreman, misalnya, bukan hanya upaya penegakan hukum, tetapi juga simbol komitmen negara untuk melindungi ruang publik sebagai tempat warga mengaktualisasikan diri. Menurut Ali Muhammad Johan, regulasi khusus dengan sanksi tegas baik administratif maupun pidanaakan menjamin keberlanjutan program ini.

Studi OECD (2015) menyebutkan, bahwa kualitas pendidikan dan lingkungan belajar yang hangat turut memengaruhi motivasi individu. Di sekolah, guru yang memahami bahasa cinta siswa dapat mengisi “tangki emosional” mereka, sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan berprestasi. Prinsip ini bisa diadopsi oleh pemerintah melalui pelatihan guru dan program komunitas berbasis empati.

Langkah Praktis: Dari Teori ke Aksi

  1. Penguatan Peran Keluarga
    Orang tua perlu menerapkan eco-conscious parenting konsep pengasuhan yang mengajarkan tanggung jawab dan empati agar anak tumbuh dengan motivasi intrinsik untuk berkontribusi pada masyarakat.
  2. Edukasi Publik
    Kampanye melalui media massa, seperti kata-kata mutiara Tahun Baru 2025, bisa menjadi pengingat akan pentingnya menetapkan tujuan dan memulai langkah baru.
  3. Kolaborasi Multisektor
    Sinergi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan komunitas lokal seperti yang dijalankan Karang Taruna dapat menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan motivasi warga.

Jakarta sebagai Kota Pemacu Semangat

Motivasi hidup bukanlah konsep abstrak, melainkan hasil dari lingkungan yang aman, regulasi berkelanjutan, dan dukungan kolektif. Seperti kata bijak Tahun Baru 2025, “Setiap hari adalah kesempatan baru untuk mulai dari awal”. Dengan langkah konkret, Jakarta bisa menjadi contoh kota yang tidak hanya memberantas premanisme, tetapi juga membangun generasi berdaya juang.

Jakarta menghadapi tantangan ganda dalam memberantas premanisme dan membangun motivasi warganya, yang hanya bisa diatasi melalui sinergi antara penegakan hukum tegas dan upaya pemberdayaan masyarakat. Kolaborasi Satpol PP-Karang Taruna di tingkat lokal serta regulasi berkelanjutan dengan sanksi jelas menjadi kunci menciptakan lingkungan aman. Di sisi lain, motivasi hidup warga perlu dipupuk melalui dukungan keluarga, pendidikan berbasis empati, dan kampanye publik yang mengedukasi.

Dengan menggabungkan pendekatan “keras” (penindakan premanisme) dan “lunak” (penguatan motivasi), Jakarta tidak hanya menjadi kota yang lebih aman, tetapi juga melahirkan generasi tangguh yang siap menghadapi kompleksitas kehidupan ibukota sebagai kota global. Keamanan dan semangat juang masyarakat adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan dalam membangun Jakarta yang bermartabat.

Jangan terlalu lunak! Jangan juga terlalu keras! Demi Jakarta yang aman dari tindakan premanisme.

Referensi:

Penulis: Dimas Satria Nugroho