Gara-gara gambar inilah Flavian Jemu Dituding menghina umat muslim Wate
Gara-gara gambar inilah Flavian Jemu Dituding menghina umat muslim Wate

sergap.id, WATE – Gambar ketupat berbentuk monyet atau ketupat monyet ini sempat membuat kerukunan umat di Desa Wate, Kecamatan Riung Barat, Kabupaten Ngada, terusik. Situasi itu terjadi akibat masyarakat terprovokasi oleh informasi tidak berimbang yang dibuat oleh Abdul Syukur, oknum yang mengaku wartawan.

Kisruh ini berawal ketika Penjabat Kepala Desa Wate, Flavian Jemu, memposting gambar ketupat berbentuk monyet di status WhatsAppnya pada Senin (31/3/25) sekitar pukul 15.00 Wita. Gambar ini didownload oleh Jemu dari Facebooknya. Namun beberapa jam kemudian, gambar di statusnya itu dipersoalkan oleh beberapa warga Wate yang merasa postingan tersebut menghina umat muslim. Padahal Jemu mengaku ia memposting gambar itu karena memiliki nilai seni dan kreatifitas.

Situasi makin panas ketika masyarakat melihat penggalan video berdurasi delapan menit yang diupload oleh Abdul Syukur di chanel Youtubenya pada tanggal 4 April 2025 dengan judul “Masyarakat Desa Wate Menolak Keras!! Pemimpin Penistaan Agama Dan Menodai Toleransi Dalam beragama”. Di video itu Jemu disebut telah melakukan penistaan agama pada hari raya Idul Fitri. Sejumlah tokoh Muslim pun mendesak Bupati Ngada Raimundus Bena segera mencopot Jemu.

Flavian Jemu
Penjabat Kades Wate, Flavian Jemu.

Kepada SERGAP Jemu mengaku telah melakukan klarifikasi kepada umat muslim Wate di halaman Masjid Wate pada Jumat (4/4/25) yang dihadiri oleh Imam Masjid yang juga Ketua PHBI Mohdar Ungga, Abdul Majid Betong (tokoh umat), Ketua MUI Riung Barat Ibrahim Haji, Ketua Remaja Masjid Wate Ali Nggawal dan Ketua Lingkungan Wate Agustinus Ceme.

“Saya menyampaikan bahwa saya tidak punya niat atau tujuan untuk penghinaan atau menodai nilai toleransi antar umat beragama. Saya katakan, saya berani bersumpah di hadapan bapa mama semua, saya umur tidak panjang. Saya ulangi kalimat ini sebanyak dua kali”, ujar Jemu.

Setelah memberikan klarifikasi,  lanjut Jemu, Ismail Betong langsung menyambutnya dengan suara keras. Betong mengharuskannya membuat pemulihan secara budaya POKA KEBO (bunuh satu ekor kerbau jantan  dan satu ekor sapi jantan). Tapi permintaan Betong itu disanggah oleh MC Suryadi Gelid. Sebab menurut Gelid urusan adat tidak ada hubungan dengan dugaan penistaan agama ini.

Di akhir acara klarifikasi tersebut, Ketua Remaja Masjid,  Ali Nggawal, menyampaikan pernyataan sikap yang berbunyi:

  1. Harus ada teguran lisan maupun tulisan kepada Penjabat Kepala Desa Wate dari Bupati melalui Camat;
  2. Seorang Kepala Desa tidak boleh mengulangi lagi perbuatan seperti ini;
  3. Seorang Kepala Desa harus tetap bertanggung jawab dan menjaga situasi dan keamanan di wilayah Desa Wate;
  4. Seorang Kepala Desa harus membuat tulisan Surat Pernyataan dan tanda tangan di atas meterai Rp10.000’

“Setelah membaca tuntuntan itu, MC memberikan kesempatan kepada saya untuk  membuat surat pernyataan dan saya berdiri menuju meja MC dan meja notulen, saya disodorkan alat tulis dan kertas namun saya tidak menerima. Saya sempat meminta mic untuk  menyampaikan penolakan atas dua tuntutan dari Ismail Betong dan Ali Nggawal. Karena saya menolak tuntutan tersebut maka terjadilah keributan. Ada yang berteriak akan melakukan demo penolakan terhadap pemimpin rasis. Saya disebut sebagai pemimpin penista agama, rasis dan lain-lain. Karena situasi semakin tidak terkendali,  Imam Masjid meminta agar acara diakhiri.  Kami pun berpamitan meninggalkan tempat kegitan dengan tetap bersalaman penuh kedamaian”, beber Jemu.

Menurut Jemu, kemarahan para tokoh itu karena telah mengkonsumsi informasi tidak lengkap yang dibuat oleh Abdul Syukur. Apalagi Abdul Syukur tidak mengupload klarifikasinya secara utuh di chanelnya.

“Sebelum video itu viral, saya sempat di WA oleh Abdul Syukur, isinya sebagai berikut; tolong bisa merapat ke bapak Ismail sekarang dan saya tunggu di sini kebetulan tidak ada orang biar kita bisa Kondisikan persoaalan sebelum menyebar luas. Tapi WA Abdul Syukur ini saya tidak balas. Karena (di hari dan jam yang sama) saya sudah dapat undangan dari Imam Masjid dan tokoh lainnya untuk melakukan klarifikasi di Masjid”.

“Terus terang saya sangat kecewa dengan video yang dibuat oleh Abdul Syukur. Kalau pun mau dimuat ya dimuat secara utuh. Jangan dipenggal- penggal. Masa video saat saya buat klarifikasi di Masjid tidak dimuat. Kenapa? Dengan pemberitaan ini saya benar- benar dirugikan”.

Jemu pun merinci kronologinya:

  1. Senin 31 Maret 2025 jam 13.00, saya bersama istri dan cucu menuju Kampung Kedu untuk bersilaturami dengan keluarga muslim disana.
  2. Setelah bersalaman di beberapa rumah, jam 15.00 saya bersama istri dan cucu beristirahat di rumah Bapak Nordin Bolong (status eja saya). Disitu saya membuka FB dan saya melihat postingan foto ketupat yang seni dan kreatif.
  3. Kemudian pukul 15.03 saya mendowload dan upload ke story WA pribadi saya.
  4. Sore pukul 17.15 kami pulang ke rumah pribadi saya di Desa Ria.
  5. Malam sekitar pukul 18.30 saya menuju Desa Wate, Kampung Bontor, untuk bersilahturahmi dan memberikan salam Idul Fitri ke keluarga muslim yang masuk dalam anggota BPD dan perangkat Desa, yakni Bapak Yahya Nani, Ibu Sri, Bapak dan Mohdar Ungga.
  6. Pada saat hendak bertamu ke rumah Bapak Juwandi Nelong (rumah ibu Dusun Bontor) saya dipanggil oleh saudara Suryadi Gelit, ali, Vian dan Nggaok.
  7. Keempat pemuda ini menyampaikan tentang story WA saya yang bergambar ketupat berbentuk monyet telah meresahkan umat muslim sambil menunjukan hasil screenshot story wa saya di hp milik saudara Suryadi Gelit.
  8. Kemudian mereka menyarankan untuk segera menghapus story WA saya sebelum banyak yang melihat.
  9. Dikarenakan kesulitan akses jaringan, saya tidak bisa langsung menghapus story WA saya dan saya mengungkapkan permohonan maaf jika story WA saya telah membuat mereka tersinggung dan saya tidak ada maksud sedikitpun untuk melukai perasaan saudara umat muslim dan saya menyampaikan bahwa gambar tersebut saya ambil dari FB.
  10. Setelah bersilahturahmi di rumah Bapak Juwandi Nelong, saya langsung pulang. Setelah sampai di Tureng saya langsung hapus story wa saya dan melihat ada pesan wa masuk dari saudara Suryadi yang mengomentari story wa saya dengan isi pesan “macam resah liat ini postingan bapa tua”.
  11. Kemudian saya melanjutkan perjalanan ke rumah untuk istirahat.
  12. Selasa 01 April 2025, siktar pukul 07.00 lewat saya dikunjungi oleh Bapak Mohdar Ungga (Imam Masjid), Bapak Rahmat Songka (Tokoh Umat), Suryadi, Ali dan Vian (remaja mesjid). Saya mempersilakan mereka masuk duduk dan membuka pembicaraan maksud kedatangan mereka. Imam Masjid mengatakan, iya Pak Kades saya kaget tadi habis solat banyak umat perbincangkan tentang postingan Bapak Desa, maka kami bersepakat untuk temui Bapak Desa untuk mengkonfirmasi lebih lanjut kejelasannya.
  13. Dilanjutkan oleh remaja mesjid bahwa umat meminta Bapa Desa segera klarifikasi, baik lewat media atau tatap muka dengan umat muslim di Wate.
  14. Saya menanggapi penyampaian tersebut dan saya nyatakan saya bersedia untuk klarifikasi story wa saya kepada umat secara langsung.
  15. Setelah berdiskusi akhirnya kami bersepakat untuk melangsungkan kegiatan klarifikasi pada hari Jumat 04 April 2025 setelah solat Jumat dihadapan seluruh umat yang disarankan oleh imam masjid dan toko umat.
  16. Selanjutnya mereka pamit pulang dan sebelum pulang mereka bersalaman dengan saya.
  17. Sesuai kesepakatan maka klarifikasi dilakukan pada Jumat 4 April 2025 di halaman Masjid Wate.

Terpisah kepada SERGAP, Rabu (9/4/25), Abdul Syukur, mengaku, dirinya mendapat video yang dimuat di chanelnya dari remaja Masjid.

“Video tersebut saya dapat dari adik- adik remaja Masjid. Dan, pada saat klarifikasi saya datang terlambat, jadi video pernyataan Penjabat Kepala Desa tidak sempat saya rekam. Selain terlambat ada juga tatib yang dibuat bahwa pada saat klarifikasi tidak boleh ada yang merekam. Yang bisa hanya remaja Masjid”, ucapnya.

Camat Riung Barat, Longginus Nadeng
Camat Riung Barat, Longginus Nadeng

Terpisah Camat Riung Barat, Longginus Nadeng, mengatakan, kehadiran Abdul Syukur yang mengaku sebagai wartawan Buser sangat mengganggu warga masyarakat di Kecamatan Riung Barat.

“Banyak pemberitaan yang dimuat hanya sepihak tanpa konfirmasi dengan narasumber lain. Kita juga paham tapi paling tidak harus berimbanglah. Dengan adanya pemberitaan ini justru merusak tatanan kehidupan masyarakat. Saya minta kepada Pihak Kepolisian untuk megecek legalitas wartawan itu. Ini biar jelas status apakah benar wartawan atau hanya pegiat medsos atau apalah namanya”, pintanya.

Kapolres Ngada, AKBP. Andery Valentino, SIK melalui Kapolsek Riung, Ipda. Mardianto, menjelaskan, situasi saat ini sudah aman terkendali dan pihaknya sedang mendalami penyebaran video tersebut.

“Saya menghimbau masyarakat agar jangan cepat terprovokasi atau memprovokasi situasi karena itu akan mengganggu keamanan dan kenyamanan kita sendiri. Saya percaya berkat dukungan dari semua pihak, kita bisa sama-sama saling menjaga persatuan dan kesatuan di Kecamatan Riung Barat”, ujarnya. (sg/adv)