Pengobatan gratis di Waimarama, Desa Lete Loko, Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD)., JUmat (9/3/18).

sergap.id, WAIMARAMA – Jaringan Relawan Untuk Kemanusiaan (J-RUK) Sumba adalah sebuah komunitas relawan yang beranggotakan anak-anak muda yang memiliki perhatian terhadap isu kemanusiaan.

Sejak dibentuk pada tahun 2014 lalu, J-RUK Sumba telah berkomitmen untuk mengambil bagian dalam upaya perlawanan terhadap perdangan manusia dalam bentuk usaha-usaha preventif seperti edukasi masyarakat terkait tata cara menjadi pekerja imigran yang legal.

Sebagai komunitas sosial, Jruk Sumba sering menerima donasi dalam bentuk buku-buku atau barang lain yang dapat meningkatkan kesehatan masyarakat seperti perlengkapan utuk meningkatkan PHBS.

Dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, Jumat (9/3/18) kemarin, J-RUK Sumba bersama kelompok bakti sosial (baksos) dr. Hans Manjoer memberikan pengobatan gratis kepada warga yang dipusatkan di Waimarama, Desa Lete Loko, Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD).

Kelompok Baksos Manjoer ini merupakan kelompok yang sering melakukan kunjungan ke berbagai tempat di Indonesia sejak tahun 1990-an dan di setiap tempat yang dikunjungi, komunitas yang berjumlah 24 orang ini selalu melakukan bakti sosial berupa pengobatan gratis.

Kepada SERGAP, Koordinator J-RUK Sumba, Asto Dadut, mengatakan, masyarakat Kodi Bangedo sangat antusias dengan kegiatan tersebut. Hal ini terlihat dari banyaknya warga yang berdatangan sejak pagi, bahkan sebelum tim baksos tiba mereka telah menunggu di bawa tenda yang disediakan

“Pengobatan sementara belangsung pun, warga masih terus berdatangan hingga sore hari. Warga yang datang bukan hanya dari Kodi Bangedo, tetapi juga dari Kecamatan Kodi dan Kecamatan Kodi Balaghar,” papar Asto kepada SERGAP via WhatsApp, Minggu (11/3/18).

Menurut Asto, pengobatan gratis ini melibatkan beberapa dokter spesialis, di antaranya spesialis penyakit dalam, spesialis bedah, spesialis kulit, spesialis kelamin dan spesialis anak.

“Tim juga melakukan pemeriksaan terhadap ibu hamil, pasien gula darah, pasien gigi, dan pembagian kaca mata baca kepada warga,” ujarnya.

Tim Baksos Hans Manjoer

Sementara itu, Ketua Tim Baksos, dr. Petrus S. Atmajaya Sp.B, menjelaskan, target baksos adalah memberi pengobatan gratis kepada 500 orang. Namun yang datang melebihi target.

“Ini menunjukkan kepedulian masyarakat pada kesehatannya,” katanya.

Prof. Dr. Dr. Riyanto Setiabudy , SpFk, mengaku senang bisa amelayani masyarakat SBD.

“Meskipun ada banyak kekurangan, misalnya obat yang kami bawa tidak bisa memenuhi semua kebutuhan pasien yang datang, namun dari kegiatan ini kita melihat bagaimana masyarakat peduli dengan kesehatan mereka. Kedepannya diharapkan penyakit-penyakit yang berkepanjangan seperti darah tinggi, kencing manis, sakit jantung dan lainnya dapat ditangani secara teratur di Puskesmas,” ucap Prof Riaynto.

Dia mengatakan, peran puskesmas dalam dunia kesehatan sangat penting. Dalam beberapa kasus, follow up dari Pukesmas terhadap pasien sangat dibutuhkan. Ia memberi contoh bahwa dalam kegiatan baksos tersebut didapati adanya pasien TB paru yang putus pengobatan setelah dua bulan berobat. Hal ini tentu saja akan merugikan pasien. Karena akan ada kemungkinan pasien itu kebal terhadap obat TB paru yang diberikan.

Kristianus Kanda Kendu,salah satu tokoh masyarakat Kodi Bangedu yang hadir dalam baksos tersebut, mengapresiasi dan memberikan ucapan terima kasih kepada tim baksos. Sebab pengabotan gratis yang diberikan sangat membantu masyarakat.

“Pengobatan yang tidak memungut biaya ini sangat membantu masyarakat yang memang sekarang ini berada dalam tingkat ekonomi yang rendah. Saya berharap, kedepan, kegiatan serupa bisa diadakan lagi,” ujar Kristianus.

Anak-anak yang hadir dalam kegiatan pengobatan gratis di Waimarama, Desa Lete Loko, Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya, Jumat (9/3/18).

Romo Yanto, tokoh agama setempat, menilai, kegiatan baksos kali ini sebagai bentuk pembelajaran bagi seluruh masyarakat tentang kerelaan memberi dan berbagi kepada sesama umat manusia.

Ada sekitar 600-an anak yang hadir dan mendapatkan edukasi terkait pelayanan kesehatan yang diberikan tim baksos.

Sementara jumlah remaja dan orang dewasa lebih banyak lagi. Hingga siang hari, orang dewasa yang mendaftar mencapai lebih dari 600 orang, jumlah ini terus meningkat hingga sore harinya.

“Ini dipengaruhi oleh faktor pengobatan yang tidak pungut biaya, serta kehadiran dokter-dokter spesialis dari luar. Kapan di Sumba sini ada anak-anak muda yang menjadi dokter dan bisa membuat pengobatan seperti ini?,” kata Romo Yanto. (fwl/fwl)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini