Rian Agung, Mahasiswa Hukum Esa Unggul.

sergap.id, JAKARTA – Mahasiswa asal NTT yang tergabung dalam komunitas Dapur Theater Sastra – Ikatan Keluarga Besar Welak Jakarta (IKWJ) ikut meramaikan perayaan Hari Puisi Indonesia (HPI) 2017 yang berlangsung sejak 1 – 4 Oktober di taman Ismail Marzuki Jakarta.

“Selain sebagai bentuk partisipasi memeriahkan hari puncak HPI 2017 juga sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan peduli literasi bagai bangsa ini. Di samping itu, kita juga menyerukan bangkitnya semangat kebangsaan yang selama ini tampak terjadinya kemunduran penghayatan dan dekadensi terhadap nilai-nilai kebangsaan, baik dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Dan, ini semua kita dorong dengan puisi,” ujar Ketua Dapur Teater Sastra – IKWJ Rikard Djegadut.

Hal tersebut sejalan dengan slogan yang dicetuskan inisiator HPI 2017 Asrizal Nur bahwa puisi adalah harga hidup.

Tampil mewakili Komunitas Sastra IKWJ yang pertama adalah Rian Agung, Mahasiswa Hukum Esa Unggul. Ia membawakan puisi berjudul Lima Tanya Untuk Tuhan.

Puisi ini berangkat dari fenomena yang terjadi di dalam negeri akhir-akhir ini yang cenderung mengatasnamakan Tuhan untuk melakukan tindakan yang menyimpang dan menguntungkan individu atau golongan.

“Hati saya terus menjerit yang kemudian membawa saya pada sebuah permenungan mendalam. Di sana saya bertanya lima point kepada Tuhan. Kendati saya tak menemukan jawaban langsung dari Tuhan, namun melepas keresahan dan jeritan kecilku usai tanya itu ku lemparkan ke kuping Tuhan,” kata Rian sebelum membaca puisinya.

Yustina Ndia yang membawakan puisi karya petani humaniora Gerad N Bibang bertajuk Kristal – Kristal Nusantara.

Peserta berikutnya adalah Yustina Ndia yang membawakan puisi karya petani humaniora Gerad N Bibang bertajuk Kristal – Kristal Nusantara.

Puisi ini lahir dari kondisi Indonesia yang adalah negeri kaya raya. Menyimpan banyak kristal. Keberagaman dilihat sebagai wadah agar kristal itu diasah menjadi mengkilap dan memiliki harga jual yang tinggi.

“Kekayaan kita adalah keberagaman. Namun kita harus saling kait-mengait. Dalam keterkaitan itu, kita diasah menjadi pribadi yang tangguh karena mampu berdiri di atas segala perbedaan. Dan tempat pijakan kita juga kokoh yakni keberagaman.” Demikian Yustin menjelaskan ketika memulai penampilannya.

Sejumlah pejabat dan pengusaha juga ikut melantunkan puisi. Kegiatan HPI 2017 ditutup dengan Malam Peluncuran Apa dan Siapa Penyair Indonesia serta penganugerahan kepada segenap pelaksana HPI di seluruh daerah serta pengumuman  pemenang sayembara buku sastra 2017. (Richard DW)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini