Marianus Sae - Emelia Julia Nomleni saat berkunjung ke Desa Kiubaat, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Selasa (16/1/18).

sergap.id, KUPANG – Pesta demokrasi kali ini adalah momentum penting  bagi rakyat  untuk menyeleksi dan memilih pasangan calon  gubernur dan wakil gubernur yang tepat.

Gawe ini juga memiliki nilai “keramat”, karena rakyat menaruh harapan besar kepada pemimpin yang dipilihnya untuk melahirkan perubahan dan peningkatan derajat kesejahteraan dan kemakmuran di masa mendatang.

Karena itu, pemimpin yang dipilih harus memiliki derajat akuntabilitas kinerja yang  lebih optimal  melalui kerja-kerja konkrit yang mampu membuat rakyat keluar dari lingkaran kemiskinan.

Patut diakui bahwa  meskipun NTT memiliki kekayaan sumberdaya manusia maupun alam, namun masih banyak masyarakat yang belum terentaskan dari kemiskinan dan keterbelakangan.

Hal ini tercermin melalui kondisi infrastruktur (jalan, air dan listrik) yang kurang memadai dan belum terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat di NTT. Demikian halnya dengan derajat kehidupan ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang belum terlalu menggembirakan.

Dengan modal pengalaman memimpin Kabupaten Ngada sejak tahun 2010 hingga saat ini (dua periode),  Marianus Sae (MS) telah bekerja dan mengerahkan seluruh kemampuan yang ada  untuk meminimalisir berbagai kondisi ketertinggalan dan kemiskinan.

Menjadi Gubernur bukanlah sebuah jabatan mentereng yang harus berjarak dengan rakyat, melainkan sebuah jabatan pengabdian dan pelayanan dari hati demi kesejahteraan masyarakat.

Tanpa rakyat, pemimpin tidak ada apa-apanya. Oleh karena itu pengalaman selama tujuh tahun memimpin Ngada, telah mampu memecahkan sekat-sekat pergaulan dan komunikasi dengan rakyat, terutama mereka yang tinggal di daerah-daerah yang masih terisolir.

Pemimpin harus “turun” dari kursi kekuasaan dan menyapa mereka dari desa ke desa dan dari dusun ke dusun. Dengan demikian pemimpin bisa memahami perasaan, penderitaan dan  harapan mereka yang kemudian diagregasi dan diartikulasi dalam bentuk keputusan dan kebijakan politik yang merujuk dan berpihak pada kepentingan rakyat.

Itu sebabnya MS mendatangi desa-desa untuk melihat secara langsung penderitaan rakyat sekaligus memahami apa yang paling dibutuhkan rakyat.

Salah satu rumah warga di Desa Kiubaat, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan. (Gambar diambil Selasa 16 Januari 2018).

Kepedulian MS menjadi lengkap ketika ia didampingi sosok perempuan tangguh sebagai  calon Wakil Gubernur. Selain menjadi sejarah penting dalam peta Pilgub NTT, kehadiran Emelia Julia Nomleni (EMI) juga menjadi pelecut bagi kaum perempuan untuk ‘berani’ ambil bagian dalam setiap proses politik di NTT kedepan.

Emi dalam kesehariannya senantiasa tampil sebagai figur perempuan cerdas, humanis, merakyat dan konsisten memperjuangkan berbagai kepentingan, terutama hak-hak perempuan di NTT. Perjuangan itulah yang telah menghantarkannya menjadi legislator di DPRD Provinsi NTT periode 2009 – 2014.

Duet ini memiliki political wil dan political commitment agar semua kebutuhan dan aspirasi masyarakat terpenuhi selama lima tahun yang akan datang.

“Kami sungguh menyadari bahwa proses pembangunan di Provinsi NTT terus berlangsung sesuai konteks dan prioritasnya hingga saat ini. Dari pemimpin ke pemimpin menawarkan berbagai program dan strategi membangun NTT. Kami sungguh mengapresiasi seluruh upaya yang telah dilakukan oleh para pemimpin terdahulu. Namun ada satu hal yang masih mengganggu nurani kita sekalian, bahwa hingga saat ini Provinsi NTT masih menyandang status sebagai salah satu Provinsi termiskin di Indonesia,” kata Marianus Sae.

Data BPS Tahun 2016 menunjukan penduduk miskin di Provinsi NTT berdasarkan Garis Kemiskinan adalah sejumlah1.160.530.000 jiwa atau sebesar 22,58 % dari total jumlah penduduk Provinsi NTT. Ini merupakan prosentase penduduk miskin tertinggi sejak Tahun 2010.

“Kami sungguh terpanggil, untuk secara akseleratif membawa NTT keluar dari status Provinsi termiskin. Bermodalkan pengalaman membawa Kabupaten Ngada keluar dari Status Tertinggal dengan tingkat kemiskinan yang turun cukup signifikan, kami yakin bisa membawa NTT meraih kesejahteraan,” ujar Marianus Sae.

Salah satu rumah warga di Desa Naob, Kecamatan Noemuti Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara. (Gambar diambil Rabu, 17 Januari 2018).

Kenyataan menunjukan bahwa sudah banyak terjadi kemajuan di berbagai lini kehidupan masyarakat, namun secara umum, laju percepatan masih mengalami hambatan karena kondisi geografis kepulauan dan infrastruktur.

Peran Infrastruktur terutama infrastruktur jalan yang menghubungkan antar satu wilayah dengan wilayah lainnya menjadi hal yang sangat strategis dalam menunjang arus barang dan jasa. Hal ini akan menggerakkan roda perekonomian suatu daerah.

“Terhambatnya arus distribusi barang dan jasa, akan mengakibatkan Ekonomi Biaya Tinggi (high cost economy), yang pada akhirnya akan berdampak pada daya beli masyarakat itu sendiri. Karena itu perhatian pemerintah di sektor ketersediaan infrastruktur jalan menjadi fokus perhatian kami,” tegas Marianus Sae.

Kondisi jalan provinsi saat ini, masih sangat memprihatinkan. Kondisi Perumahan di NTT pun masih jauh dari harapan, Tercatat sampai dengan tahun 2015, masih terdapat 9,73 % rumah penduduk yang beratap Ijuk.

“Sungguh sangat memperihatinkan, karena kondisi perumahan merupakan salah satu indikator kemiskinan. Oleh karena itu tekad kami kedepan adalah menyediakan rumah layak huni bagi masyarakat NTT,” kata Marianus sae.

Terdorong oleh realitas belum tuntasnya penanganan berbagai persoalan strategis yang dialami masyarakat NTT, maka MS – EMI memutuskan untuk maju dan ikut bersaing menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur NTT periode 2018 – 2023.

“Kami bertekad untuk memberikan prioritas dengan menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan ekonomi,” tegas Marinus Sae. (CS)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini