Lokasi Festival Nakeng Lebu atau Festival Daging Domba di kaki Gunung Rowet, Desa Nggolonio, Kabupaten Nagekeo.

sergap.id, MBAY – Gunung Rowet atau Wewo Rowet dalam bahasa lokal merupakan sebuah gunung yang berada di bagian utara Mbay, ibu kota Kabupaten Nagekeo, persisnya di Desa Nggolonio, Kecamatan Aesesa.

Nah… di kaki gunung ini akan diadakan Festival Nakeng Lebu atau Festival Daging Domba mulai tanggal 8 sampai 19 Oktober 2019.

Festival yang kabarnya bakal diramaikan oleh kehadiran wisatawan manca negara tersebut diselenggarakan oleh muda-mudi Desa Nggolonio.

Ketua Panitia Pelaksana Festival, Paulus Miki Budiman Day (36), menjelaskan, pelaksanaan festival ini terinspirasi dari kawasan Nggolonio yang sejak jaman nenek moyang dulu menjadi tempat penghasil domba terbesar di wilayah Nagekeo, bahkan terbesar di Pulau Flores.

“Ini yang membuat saya dan teman-teman mengambil keputusan untuk membuat even ini,” ujar Miki saat bincang-bincang dengan SERGAP, Kamis (29/8/19) lalu.

Ya… Ngolonio merupakan daerah pengasil domba terbesar. Bahkan berdasarkan hasil sensus hewan di era 90an, jumlah domba di desa ini sempat melebih jumlah penduduknya.

Itu sebabnya, sejak dahulu, daerah ini selalu menjadi tujuan warga Pulau Flores atau pedagang hewan asal Sulawesi yang membutuhkan Domba, baik untuk konsumsi maupun untuk urusann adat.

Nah… untuk menunjang kesuksesan festival itu, Miki dan kawan-kawannya telah mendirikan sebuah Resto yang terbuat dari bahal lokal di kaki Gunung Rowet.

Menu utama di resto Nakeng Lebu tersebut adalah daging domba dan pangan lokal lainnya, serta tersedia pula kopi lokal dengan cita rasa internasional.

Kata Miki, ide mengelar festival ini didukung oleh Pemerintah Kabupaten Nagekeo. “Saya bangga Bupati meresponnya positip,” ucap Miki.

Seorang bule asal Belgia saat mampir dan minum kopi di Resto Nakeng Lebu, belum lama ini.

Sekertaris Panitia Festival Nakeng Lebu, Stefanus Malung (31), mengatakan, selain daging domba, pangan lokal lain juga akan disediakan sepanjang waktu pelaksanaan festival.

Atraksi budaya warisan turun temurun Nggolonio seperti Mbela Arak (Tinju Adat) , Tentang Manek (Tenun Kain), Tandak dan Sewa Lawang juga akan ditampilkan di festival ini.

“Ini yang kita mau promosikan kepada dunia luar,” imbuhnya.

Menurut Malung, festival akan dipusatkan di kaki Wewo Rowet.

“Wewo Rowet juga merupakan ikon pariwisata (Nagekeo) yang sudah terkenal,” katanya.

Sejauh ini, kata Malung, setiap sore wisatawan lokal maupun mancanegara mulai berdatangan ke lokasi festival sekedar untuk foto-foto dan menikmati pemandangan dari puncak gunung.

Ada pula yang datang khusus untuk menikmati daging domba atau minum kopi sembari menikmati keindahan alam sekitar.

Pemandangan dari atas puncak Gunung Rowet.

Bupati Nagekeo, Johanes Don Bosko Do saat ditemui SERGAP di sela-sela kegiatan Pelatihan Pemandu Wisata Alam tingkat Kabupaten Nagekeo di aula Hotel Sinar Kasih, Kamis (29/8/19), mengaku, dirinya sangat mendukung penyelenggarakaan festival Nakeng Lebu.

Apalagi lokasi penyelenggaraannya berada di lereng Gunung Rowet yang memiliki keunikan karena kegersangannya.

“Saya dukung kegiatan ini. Apalagi anak-anak muda yang punya keratifitas seperti ini,” katanya.

Menurut dia, kegiatan wisata seperti ini membutuhkan pemandu wisata yang handal.

“Seorang pemandu harus bisa menguasai bahasa asing. Pemandu harus punya ide yang inovatif,” tegasnya.

Resto Nakeng Lebu pada malam hari.

Sekertaris Dinas Pariwisata Kabupaten Nagekeo, Diplester Reda Sada, mengatakan, Kabupaten Nagekeo saat ini termasuk 1 dari 222 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional ( KPPN) Kelimutu, yang juga sangat potensial sebagai daerah tujuan wisata.

Terdapat aneka daya tarik wisata, baik Alam, budaya, maupun buatan yang sangat menarik.

Unsur pendukung pariwisata seperti penyediaan akomodasi, transportasi, makanan dan minuman, jasa pemandu, dan lain sebagainya, sangat memadai. (sg/sg)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini