sergap.id, KUPANG – Sejak awal memipin NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL), langsung tancap gas. Ibarat jet tempur yang sedang manuver melibas musuh, VBL pun mengarahkan perhatiannya ke semua masalah yang melilit rakyat NTT.
Tak terkecuali masalah kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN) Lingkup Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT.
Itu sebabnya, usai dilantik menjadi Gubernur NTT pada Rabu 5 September 2018 di Istana Negara, Jakarat, VBL langsung fokus atasi masalah disiplin kerja para abdi negara itu.
Dengan sedikit teguran lisan dan tatapan mata yang tajam, sikap kerja sebagian besar ASN langsung berubah. Yang tadinya telat masuk kantor berbalik menjadi paling tepat waktu. Yang tadinya pulang paling cepat menjadi taat waktu out of office.
Namun hasil evaluasi daftar hadir selama tiga bulan, teruangkap masih ada ASN yang sering terlambat masuk kantor, pulang kantor lebih awal, dan tidak masuk kantor tanpa alasan atau THTK alias tidak hadir tanpa kabar.
Jumlahnya mencapai 142 orang. Mereka berasal dari berbagai instansi Perangkat Daerah (PD). Kontan saja mereka diberi sanksi berupa memakai rompi oranye saat mengikut apel yang dipimpin VBL pada Senin 7 Januari 2019.
Menurut VBL, hukuman tersebut bertujuan memberi efek jera agar semua ASN bekerja disiplin, dan bekerja profesional.
“Kalau kita ingin menurunkan angka kemiskinan (di NTT), tidak ada jalan lain, selain kerja disiplin. Bekerja cerdas dan out of the box. Kalau tidak, kita tidak bisa mencapai kesejahteraan,” kata VBL.
VBL mengutip ucapan pengamat birokrasi dunia, Max Weber, birokrasi adalah desain legal dan rasional. Birokrasi memiliki aturan jelas, tertulis, dan mampu dipahami dengan baik oleh ASN. Karena itu, profesionalitas merupakan kunci utama birokrasi yang handal dan mumpuni.
“Kita ingin mendesain birokrasi dalam semangat yang sama, dan meninggalkan ego sektoral,” tegasnya.
Selain kurang disiplin bekerja, kebanyakan ASN juga kurang teliti dalam kerja. Akibatnya, masalah kecil bias menjadi besar. Misalnya problem macetnya pengeras suara pada acara Rapat Kerja (Raker) gubernur dengan bupati/walikota, camat, kades dan lurah seluruh NTT di GOR Oepoi Kupang pada Kamis (24/10/2019) lalu, yang berujung VBL menghukum Kepala Biro Tata Pemerintahan Setda Provinsi NTT, Doris Rihi, melakukan squat jump sebanyak 15 kali.
Begitu juga masalah salah tanda tangan yang dilakukan oleh Kadiv Kredit Mikro Kecil dan Menengah serta Kadiv Kredit Komersil Bank NTT, Sony Pelokila dan Bili Djodjana yang berujung keduanya dihukum squat jump 10 kali.
Padahal dalam dunia kerja, ketelitian atau attention to details adalah suatu kemampuan yang sangat penting. Apa jadinya jika urusan kecil saja tidak teliti? Bagaimana dengan masalah besar?
Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barang siapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar -Lukas 16:10.
VBL mengatakan, dirinya memberi hukuman pakai jaket orange atau squat jump bukan untuk mempermalukan seseorang, tapi sedang menumbuhkan rasa tanggung jawab dan rasa cinta terhadap pekerjaan kepada para pihak yang menjalani hukuman.
“Orang yang bekerja secara sungguh dan serius akan mendapatkan (berkat) yang lebih banyak,” timpalnya.
VBL mafhum betul bahwa sikap disiplin dan teliti adalah sebuah keharusan bagi ASN atau pegawai pemerintah lainnya agar profesional dan memiliki komitmen yang kuat dalam bekerja.
Selain disiplin dan teliti kerja, VBL juga mengistruksikan semua ASN dan pimpinan PD untuk melakukan modernisasi dalam pelayanan. Baginya, pergeseran mentalitas kerja dan pelayanan harus disesuaikan dengan tuntutan masa kini.
“Harus ada modernisasi di segala bidang pembangunan. Pembangunan ini ciri khas modernisasi. Jika modernisasi tidak ada, maka pembangunan juga tidak ada,” kata VBL usai mengikuti kegiataan Hari Juang TNI AD di Alun-alun Rumah Jabatan Gubernur NTT, Kamis (19/12/19) lalu.
VBL menginginkan semua PD melakukan pembaharuan atau modernisasi demi mencapai cita-cita masyarakat NTT yang sejahtera.
“Perlu kita lakukan, apalagi provinsi NTT berbatasan langsung dengan Timor Leste dan Australia, maka pembangunan harus digerakan secara cepat melalui modernisasi,” ujarnya.
Salah satu PD yang sudah menjalankan titah modernisasi VBL adalah Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT.
Bisa dibilang unit yang kini dipimpin oleh Dr. Jelamu Ardu Marius, Msi itu cepat tanggap, bereaksi cepat, dan kerja tuntas.
Terobosan demi terobosan terus dilakukan oleh Jelamu bersama stafnya. Mulai dari menerbitkan buletin Warta NTT, Radio Streaming Swara NTT, hingga meluncurkan Website Humas NTT yang terhubung dengan berbagai media sosial dan dapat diakses dari belahan dunia mana saja.
Tujuannya adalah memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi terkait kerja pemerintah, mulai dari apa yang sudah dilakukan, sedang dijalani, maupun yang akan dikerjakan nanti, serta mempromosikan NTT kepada dunia luar, agar potensi menarik yang dimiliki NTT dapat dilirik oleh investor maupun wisatawan luar.
“Ini adalah karya nyata yang bisa kami berikan. Karena sebagai juru bicara pemerintah, kami harus lakukan ini,” ucap Jelamu saat melakukan uji coba siaran Radio Swara NTT di Gedung Sasando Kantor Gubernur NTT, Jumat (6/12/19).
Modernisasi yang dilakukan Jelamu diapresiasi oleh VBL usai meresmikan Radio Swara NTT pada Selasa (17/12/19) pagi.
“Kita bersyukur punya Karo Humas (Jelamu) yang luar biasa ini. Luar biasa telah menyiapkan radio ini. Dengan alat komunikasi ini, masyarakat akan tahu apa yang dikerjakan oleh pemerintah. Sehingga masyarakat memahami apa visi misi pemerintah,” kata VBL.
Kata VBL, kerja pemerintah harus disampaikan kepada masyarakat, agar masyarakat tahu dan memahami apa yang dikerjakan oleh gubernurnya, wakil gubernurnya, kepala dinasnya, kepala bironya dan lain sebagainya.
Sebab, mewujudkan cita-cita NTT Bangkit, NTT Sejahtera, tidak bisa hanya dengan kerja keras, tapi butuh tim propaganda untuk menyampaikan program kerja pemerintah dan hasil kerja pemerintah.
Visi Misi pemerintah harus diinformasikan dan disosialisasikan kepada masyarakat secara rutin. Sehingga masyarakat memahami betul dan mampu menyiapkan diri untuk bersama pemerintah mewujudkan NTT Bangkit, NTT Sejahtera.
“Proganda menggunakan seluruh alat yang ada hari ini, termasuk sosial media, harus mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Sehingga masyarakat mengetahui dengan baik apa yang dipikirkan dan apa yang dikerjakan oleh pemerintah,” kata VBL.
VBL menjelaskan, kehadiran media adalah sebuah kebutuhan. Sebab pemerintahan dimana pun, mimpi apa pun, jika tidak ada media, tidak ada promosi, tidak ada yang menyampaikan informasi tentang kerja-kerja pemerintah, maka sama dengan tidak berguna.
“Saya berterima kasih kepada Karo Humas yang mampu menerjemahkan kebutuhan pemerintah. Yang dulunya tidak ada menjadi ada, dan terus menerus publis seluruh pekerjaan-pekerjaan dan mimpi-mimpi pemerintah, sehingga masyarakat ikut memiliki semangat membangun NTT,” tutup VBL.
Itulah kiat-kiat VBL dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat NTT.
Ia mengharuskan semua ASN memiliki disiplin kerja tinggi, profesional kerja terukur, dan memiliki modernisasi pelayanan publik yang bertanggungjawab sebagai sikap super prioritas dalam kepemimpinannya bersama Wakil Gubernur NTT, Josep Nae Soi guna mewujudkan sebuah kondisi masyarakat NTT yang sejahtera, adil, makmur, dan mandiri. (Chris Parera)