VBL doa makan usai meletakan batu pertama pembangunan galangan kapal di Desa Pitay, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, Senin (13/1/20) siang.

sergap.id, KUPANG – Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL), meminta direksi PT Industri Kapal Nusantara agar komit merekrut tenaga kerja lokal untuk dipekerjakan di galangan kapal di Desa Pitay, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.

“Tenaga kerja wajib disiapkan dari sini. Jika ada yang pemalas, bapak lapor saya. Mereka datang kerja malas-malas, bapak lapor saya. Saya kebas (pukul) mereka. Saya tidak ada urusan. Itu penting anak-anak muda dengar,” ujar VBL disambut gelak tawa sejumlah anak muda Desa Pitay dan sebagian undangan yang hadir dalam acara peletakan batu pertama pembangunan galangan kapal di Desa Pitay, Senin (13/1/20).

Pesan VBL tersebut sangat serius. Tujuannya mendorong anak muda NTT untuk bekerja sungguh, bekerja disiplin dan bekerja profesional di bidang masing-masing demi menggapai kehidupan ekonomi yang mapan dan mandiri.

Apalagi, kehadiran galangan kapal milik PT Industri Kapal Nusantara di Pitay telah membuka peluang lapangan kerja bagi anak muda, khususnya muda-mudi Sulamu.

“Butuh empat ribu. Okelah! Kamu bawa seribu lima ratus dari luar, sisanya kami punya (2500 tenaga kerja lokal),” ujar VBL yang langsung disanggupi oleh Direktur Utama PT Industri Kapal Nusantara, Askan Naim.

VBL pun meminta masyarakat setempat peka terhadap rantai usaha galangan kapal. Sebab, jika sudah mulai beroperasi, maka tenaga kerja di perusahaan itu butuh tempat tinggal dan makanan.

“Harus ada restoran yang tiap hari layani 2500 tenaga kerja. Siapa yang bikin ini restoran? Restoran nanti jual daging, ikan, beras, jagung, cabe, untuk kasi makan 2500 orang. Berapa banyak uang yang beredar disitu? Ingat baik-baik ! Saya minta detik ini, (perusahaan) tidak boleh menyiapkan restoran. Tidak boleh! Retoran itu disiapkan oleh Bumdes. Kepala Desa siapkan anggaran dari desa. Buatkan satu restoran untuk melayani 2500 orang itu,” tegasnya.

VBL berharap masyarakat mulai melatih diri untuk menjadi penyuplai kebutuhan PT Industri Kapal Nusantara.

“Jadi,,, desa-desa yang ada, harus ada yang tanam sayur. Bermacam-macam sayur mayur. Dan, restoran pun jangan masak yang itu-itu saja. Hari ini sayur kangkung, besok sayur kangkung, sayur kangkung terus-terus. Ini bisa jadi masalah. Lu (kau) tidak bisa masak lain kah? Hari ini kangkung, besok macam-macam, ya toge goreng, ikan rebus, ikan kuah asam, dan lain sebagainya,” ucap VBL memberi saran.

Menurut VBL, investasi yang dilakukan PT Industri Kapal Nusantara membawa peningkatan multi ekonomi bagi masyarakat Sulamu dan sekitarnya.

“Ketika 1500 orang tenaga kerja datang dari luar, siapa yang punya rumah kos? Untuk sementara, kalau tidak ada rumah kos, saya minta masyarakat disini tolong bikin baik rumahnya, satu kamar untuk mereka tinggal disitu,” katanya.

Vbl juga mengingatkan jajaran PT Industri Kapal Nusantara dan masyarakat setempat untuk tertib sampah.

“Jangan industri maju, sampahnya tumpuk disana-sini. Lingkungannya jangan rusak. Diatur dan ditata yang baik ya…,” pesannya.

Direktur Utama PT Industri Kapal Nusantara, Askan Naim.

Pada tempat yang sama, Direktur Utama PT Industri Kapal Nusantara, Askan Naim, menjelaskan, perusahaannya akan menampung tenaga kerja sebanyak 4000 hingga 5000 orang.

“Kami memiliki galangan kapal yang sudah eksis di Serang, Banten. Tapi karena kami melihat NTT memiliki potensi, maka kami kesini. Kami membutuhkan tenaga kerja sekitar 4000 sampai 5000 orang,” papar Naim kepada Gubernur VBL.

Menurut Naim, pihaknya telah mengirim 9 pemuda Sulamu untuk belajar dan melatih diri di Balai Latihan Kerja (BLK) di Pulau Jawa.

“Target kami, 6 bulan kedepan, kami sudah beroperasi, dan mereka sudah bisa mulai kerja,” katanya.

“Sekarang ini kami mulai bangun infrastruktur dasar, yaitu kantor utama,  gudang utama, bengkel utama, dan lain-lainnya. Termasuk alat penarik kapal dari laut ke darat. Juli – Agustus tahun ini, kita sudah mulai beroperasi,” terang Naim.

Galangan Kapal (memperbaiki kapal rusak dan pembuatan kapal baru) milik PT Industri Kapal Nusantara ini berdiri di atas lahan 25 hektar yang dibeli dari masyarakat Pitay.

Informasi yang dihimpun SERGAP, menyebutkan, lahan tersebut dibeli dari masyarakat dengan harga Rp 65 juta per hektar bagi tanah yang belum bersertifikat, dan Rp 75 juta per hektar bagi tanah yang sudah bersertifikat. Totalnya mencapai Rp 1,6 miliar hingga Rp 1,8 miliar.

“Kami memiliki kurang lebih 25 hektar yang dibeli dari masyarakat. Lahan ini sudah kami urus sertifikatnya. Kami tidak mau sejengkal tanah bisa jadi persoalan di kemudian hari,” kata Naim.

Selain membangun galangan kapal, lanjut Naim, pihaknya juga akan membangun industri ikan. Karena itu, ia mengajak masyarakat NTT untuk mulia melatih diri bekerja di laut.

“Alangkah baiknya kita dapat dari laut. Luar biasa potensi kita ini. Satu miliyar dolar lebih setiap tahun kita abaikan begitu saja. Ikan kita, kita larang orang menangkap. Tapi ketika dia besar, dia nyebrang ke seberang, negara lain yang menangkap, kita menonton saja,” ucapnya.

“Karena itu, industri harus dikembangkan, sehingga masyarakat dapat menjadi nelayan-nelayan profesional yang memiliki hasil tangkapan yang besar,” pungkasnya. (cis/cis)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini