Momentum dan Makna dimana saat ini masyarakat dunia sedang ramai memperbincangkan suatau masa yang dikenal sebagai Post Turth yakni suatu masa dimana kebohongan menyamar menjadi kebenaran dengan cara memainkan emosi dan memanfaatkan rendahnya kemampuan analisa masyarakat.
Momentum dan Makna dimana saat ini masyarakat dunia sedang ramai memperbincangkan suatau masa yang dikenal sebagai Post Turth yakni suatu masa dimana kebohongan menyamar menjadi kebenaran dengan cara memainkan emosi dan memanfaatkan rendahnya kemampuan analisa masyarakat.

TULISAN ini sengaja Penulis buat sebagai pesan reflektif yang mungkin dapat menggugah dan menggugat bathin setiap Insan PMKRI, khususnya yang berada di wilayah Nusa Tenggara Timur, yang sebentar lagi akan menggelar sebuah Musyawarah Akbar dalam balutan yang Sangat Fraternitas, dengan Kemasan yang sangat Inteletualitas dan diilhami oleh semangat Kristianitas.

Judul tulisan ini kemudian penulis akhiri dengan frasa Tanya Aktualisasi Dekrit Apostolicam Actuositatem? Sejatinya judul ini berangkat dari pertanyaan kecil, menggelitik dan sesungguhnya mengganggu Penulis, tentang perjalanan Organisasi ini sejak Penulis menjadi Alumni.

Adapun pertanyaan yang dapat Penulis litanikan adalah Apakah masih penting kehadiran Forkoma PMKRI NTT saat ini? Apa yang membuatnya begitu penting sehingga harus terus dihidupakan?

Apa yang menjadi pembeda antara Forkoma PMKRI dengan organisasi  kategorial lainnya? Apa wilayah garapannya? Dan sebarapa kuat organisasi ini menjadi pengusung nilai  bagi anggota dan masyarakat?

Rentetan pertanyan ini kemudian Penulis kemas dalam pertanyaan dengan diksi kekinian. Musda Forkoma PMKRI NTT “EPEN KAH???

Tidak terpungkiri dan memang patutlah segenap alumni berbahagia, tatkala Wacana Musda ini dicetuskan, ada gerak animo yang besar dari alumni diseantero Flobamora untuk hadir, berpartisipasi, dan siap meramaikan Musyawarah Daerah ini.

Animo yang kuat ini setidaknya memberikan gambaran yang nyata kepada semua kita bahwa setidaknya sebagai salah satu cabang besar di Indonesia, Alumni PMKRI NTT sesungguhnya merindukan kehadiran sebuah wadah yang bukan saja sebagai wadah silaturahmi tempat bersua sapa semata, tetapi lebih dari itu, Alumni PMKRI NTT mendambakan sebuah wadah tempat saling bertukar gagas, untuk turut berpartisipasi dan berkontribusi dalam pembangunan Daerah dan Nasional, khususnya menjalankan misi menjadi Garam dan Terang.

Sangatlah disadari dan tidak terbantahkan bahwa ketika ajang dengan nama Musyawarah, Rapat Umum, Kongres, Mukhtamar atau apapun namanya ketika ajang itu kemudian diisi dengan agenda evaluasi, baik kinerja maupun kepemimpinan, maka tarikan kepentingan, perang ide dan gagasan menjadi hal tidak terelakan.

Karenanya tidak mengherankan ketika hajatan Musyawarah Daerah Forum Komunikasi Alumni PMKRI NTT ini kemudian menghadirkan dan menyisakan pertanyaan terkait apa landasan konstitusi dari penyelenggaraan Musda ini, karena sebagai Forum Komunikasi Alumni PMKRI di Tingkat Daerah, tentunya harus ada sebuah panduan yang bisa dijadikan rujukan dan bersumber dari Kepengurusan di Tingkat Pusat, dan bagaimana keterkaitan kepengurusan Tingkat Daerah dengan Tingkat Cabangnya.

Pertanyaan ini tentunya jika dilihat dalam kerangka pengembangan organisasi, akan menjadi pertanyaan dasar yang kemudian mengganggu eksistensi Musda Forkoma NTT nantinya.

Terhadap pertanyaan ini tentunya dalam hemat penulis perlu dipikirkan benar agar marwah dari Musda dan hasil Musda kemudian tidak menjadi bahan sampah yang akan dipersoalkan soal legalitas dan legitimasinya.

  • Semangat Musda Forkoma NTT

Dalam konteks dan konsepnya, meskipun ada perdebatan terkait rujukan yuridis pelaksanaan MUSDA FORKOMA ini, namun  yang perlu diapresiasi serta diberikan bobot lebih adalah semangat yang diusung dalam Musda ini, yakni adanya komitmen bersama untuk menghadirkan Peran Awam Katolik yang tergabung dalam Forum Komunikasi Alumni PMKRI NTT.

Komitmen ini tentunya dilatari oleh kerinduan bersama untuk mengaktualisasikan tiga benang merah yakni Fraternitas, Intelektualitas dan Kristianitas dalam satu balutan Tema “Rekonsolidasi FORKOMA NTT Dalam Mewujudkan Pro Ecclesia Et Patria.”

Dalam semangat inilah Musda Forkoma berupaya  menghadirkan dirinya sebagai saluran terakhir dalam menyelesaikan dan merumuskan hadirnya Alumni PMKRI di tengah masyarakat, jika meminjam istilah hukum, maka Musda harus menjadi Ultimum Remidium  dalam menuntaskan semua kegelisahan dan persoalan terkait eksistensi Alumni di tengah masyarakat.

Musda yang rencananya akan dihelat pada tanggal 25 – 27 Juni 2021 ini, menjadi seksi dan menarik karena tepat moment dan tepat makna.

Tepat moment, karena Musda ini dilakukan ketika semua aktifitas keorganisasian seolah terhenti karena Covid Pandemi, batas-batas sosial menjadi begitu jelas, meski juga terlihat seolah kabur, akibat perkembangan Teknologi Informasi.

Tepat Makna karena ketika saat ini perkembangan teknologi kemudian juga membawa dampak buruk yakni adanya pengaburan nilai-nilai kebenaran.

Momentum dan Makna dimana saat ini masyarakat dunia sedang ramai memperbincangkan suatau masa yang dikenal sebagai Post Turth yakni suatu masa dimana kebohongan menyamar menjadi kebenaran dengan cara memainkan emosi dan memanfaatkan rendahnya kemampuan analisa masyarakat.

Tepat makna dan momentum karena pada saat masyarakat dibingungkan dengan hilangnya keunikan dan keberbedaan, tergantinya patriotism dengan radikalisme, lunturnya nasionalisme karena sekulerism, dan adanya tukar guling harga diri yang dibarter secara murah karena kebutuhan ekonomis, barisan Cerdik Cendekiawan Katholik yang tergabung dalam Forkoma NTT berusaha bangkit, hadir dalam rangka menjawabi semua kegelisahan ini. Semangat Pro Ecclesia Et Patria menjadi semangat dasar yang mengilhami gerak langkah pelaksanaan Musda Forkoma.

  • Musda Forkoma NTT sebagai Aktualisasi  Dekrit Apostolicam Actuositatem

Konsili Vatikan II dengan tegas dan jelas telah memberikan keluhuran, panggilan, tugas perutusan, dan martabat kaum awam dalam dekrit Kerasulan Awam (Apostolicam Actuositatem). Dalam Konsili Vatikan II terkait Apostolicam Actuositatem 13 mengatakan:

“Kaum awam menunaikan tugas perutusan  Gereja di dunia itu terutama dengan kesesuaian hidup dengan iman, yang menjadikan mereka terang dunia, dengan ketangguhan mereka dalam urusan manapun juga, sehingga mereka menarik semua orang kepada cinta akan kebenaran dan kebaikan, dan akhirnya kepada Kristus dan Gereja; dengan kasih persaudaraan mereka, sehingga mereka ikut menanggung kondisi-kondisi kehidupan, jerih payah, duka derita, serta aspirasi sesama saudara, dan dengan demikian lambat laun menyiapkan hati semua orang kepada  karya rahmat yang menyelamatkan ; dengan penuhnya kesadaran akan peran serta mereka dalam membangun masyarakat, sehingga mereka berusaha menjalankan kewajiban-kewajiban mereka dalam hidup berkeluarga, dalam masyarakat dan di bidang kejuruan mereka dengan kebesaran jiwa kristiani. Demikianlah cara bertindak mereka lambat laun merasuki lingkungan hidup dan kerja”

Dalam konteks Semangat Musda Forkoma NTT ini  yakni menumbuhkan kembali semangat Fraternitas, Intelektualitas dan Kristianitas dalam rangka aktualisasi peran organisasi bagi masyarakat dan gereja, adalah sejalan dengan Apostolicam Actuositatem 13.

Musda Forkoma NTT berupaya menyatakan peran kerasulan awam dalam misi perutusan mewartakan kabar sukacita, serta menjadi garam dan terang dunia. Hal ini terlihat jelas dari ruang diskusi, dan debat tentang apa sesungguhnya substansi Musda ini yang mau dikedepankan.

Musda Forkoma NTT kali ini wajib memberikan garansi berupa sebuah komitmen untuk melahirkan sebuah rekomendasi terkait peta jalan distribusi kader sesuai keahlian, keterampilan dan panggilan jiwanya untuk ikut ambil bagian secara nyata dalam pembangunan Daerah dan Negara.

  • Penutup

Musda Musda Forkoma NTT tinggal sepenggal hari, sisa setapak langkah, dalam semangat dan keyakinan yang sama, semua kita wajib bersepakat bahwa Musda Forkoma NTT ini harus melahirkan suasana rivalitas yang Kompotitive, riuh karena sengketa ide, yang gaduh karena bentrok gagasan, tetapi elegan dalam pengambilan keputusan, serta patuh pada kesepakatan bersama. Selamat Ber-Musda Pro Ecclesia Et Patria. Penulis: Sekjend PMKRI 2001/2002, Paulus Histo Safrodan, SH., MH.

1 Komentar

  1. Mantap tulisannya Semoga Musdax menjadi momentum terindah dlam mengakses segala harapan jangka panjang menuju Alumni PMKRI yg bermartabat

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini