sergap.id, LARANTUKA – Cahaya lampu yang ditata apik di daerah Lohayong, kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur, NTT, Rabu (12/4/17) malam menonjolkan ornamen Katolik.
Patung Bunda Berduka Cita putih polos sangat menonjol ketika diterpa cahaya lampu taman berwarna kuning. Sementara, kapela Tuan Ana juga makin megah dalam siraman cahaya malam.
Ruas jalan Herman Fernandez yang melintas di depan kapela itu dipenuhi ratusan Anak muda. Mereka berkerumun di depan Istana Raja Larantuka yang diapiti kapela Tuan Ma (Bunda Maria) disisi Kiri, Dan Kapela Tuan Ana (Yesus Kristus) di sisi kanan.
Dari dalam kapela Tuan Ma dan Tuan Ana, lapat-lapat terdengar suara ratusan umat mendaraskan lamentasi, doa mengenang kisah sengsara Jesus. Sungguh suasana ini penuh religi nan mistis.
Tidak kalah meriahnya, di halaman istana Raja Larantuka, ratusan konfreria sedang menggelar pertemuan. Malam itu Presidenti (pimpinan Konfreria) atau Raja Don Tinus menerima laporan persiapan final menuju prosesi Samana Santa.
Selain itu, rapat akhir para konfreria itupun menetapkan pelantun nyayian Ovos (ratapan Jesus saat Veronika menyeka wajahnya saat sengsara di jalan salib).
Usai rapat, para konfreria itu menggelar latihan lagu antara lain Eyus Domine (ratapan putri-putri Yerusalem mewakili umat atas penderitaan Yesus, Signor Deur Miserisordia. Lagu-lagu itu akan mengiringi prosesi Jumad Agung nanti.
Di jalan Herman Fernandez, ratusan pemuda sudah berkumpul di depan Kapela Tuan Ana. Para pemuda itu datang dengan membawa serta potongan seng, Dan kayu di tangan.
Usai dilaksanakan lamentasi di dua kapela itu, ratusan Anak muda Larantuka mulai memukul seng, Dan tiang listrik yang ada di sekitarnya. Banyak diantara para pemuda itu menyeret-nyeret seng rusak di permukaan Jalan hingga menimbulkan suara sangat berisik. Bunyi-bunyian berisik itupun berakhir setelah 1 jam kemudian.
Kristo Diaz, warga Larantuka menjelaskan, suara berisik yang ditampilkan itu adalah Rabu Trewa, kebiasaan warga memperingati saat Yesus ditangkap untuk diadili.
“Rabu Trewa, menjadi awal umat Katolik setempat menampilkan kesunyian, ketenangan, yang akan dilalui umat selama Tri hari suci sebelum Paskah,” ujar Kristo Diaz. (san taum/atc)