
sergap.id, BA’A – Bagi masyarakat di kepulauan Rote, Provinsi Nusa Tenggara Timur, untuk menjangkau layanan perbankan bukan perkara mudah.
Di Kabupaten Rote Ndao ini hanya terdapat tiga bank yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank NTT. Namun kebanyakan unit bank terletak di pusat kota. Seperti BRI yang memiliki dua unit di Kota Baa dan Busalangga.
Salah satu warga Rote, Ayub Kay, mengeluhkan soal tersebut. Ayub yang membuka toko kelontong ini mengatakan, dari tempat tinggalnya di sekitar Pantai Nembrala menuju Baa harus ditempuh selama satu jam menggunakan mobil atau sepeda motor.
“Biasa warga sewa ojek pulang pergi saja sudah makan ongkos Rp 100.000,” ungkapnya, Rabu (13/04/17) lalu.
Oleh sebab itu, bagi wilayah yang masih terkendala, BRI memanfaatkan BRILink. Layanan perbankan dari BRI ini melibatkan agen atau pihak ketiga untuk melakukan transaksi seperti tarik tunai, transfer, setor tunai, pembelian pulsa atau token listrik.
Sudah hampir tiga tahun Ayub menjadi agen BRILink. Warga di sekitar tempat tinggalnya pun merasa amat terbantu dengan layanan ini. Mereka hanya perlu berjalan kaki ke toko kelontong Ayub untuk melakukan transaksi perbankan.
Satu kali transaksi transfer, biaya yang dikenakan Rp 10.000. Sementara untuk tarik tunai sebesar Rp 5.000.
“Biasa pelanggan kita turis bule sama warga sini yang sudah kerja dan mau ambil gaji,” kata Ayub yang juga membuka jasa rental mobil ini.
Menurutnya sekitar 60-70% transaksi yang dilayani Ayub adalah tarik tunai. Ayub bahkan pernah melakukan volume transaksi hingga Rp 60 juta.
Sampai dengan akhir 2016, tercatat ada 84.550 agen BRILink. Jumlahnya Naik 68,2% dibandingkan jumlah Desember 2015 yaitu 50.259 agen. Jumlah tersebut setara dengan jumlah desa dan kelurahan di seluruh Indonesia.
Kehadiran BRILink telah membantu menggerakan perekonomian di Kepulauan Rote. Manfaatnya pun telah dirasakan, terutama oleh warga yang menjadi agen BRILink, baik itu nasabah maupun non nasabah BRI.
Ayub mendapatkan keuntungan dari setiap biaya yang dikenakan pada transaksi. Untuk transfer Ayub bisa mendapatkan Rp 10.000. Sementara tarik tunai sebesar Rp 5.000.
Pada awal masa percobaan, Ayub hanya mendapat keuntungan Rp 500 ribu sebulan. Namun kini pendapatannya sebagai Agen BRILink meningkat pesat. “Sekarang stabil bisa dapat Rp 3 juta per bulan,” ungkap Ayub.
Bukan hanya Ayub, pengusaha kios alat tulis di Desa Oelua, Abdul Rahman Sidik, juga merasakan dampak positif. Awalnya Abdul hanya menjadikan BRILink sebagai penghasilan tambahan.
Namun setelah satu tahun berjalan, BRILink telah menjadi salah satu sumber penghasilan. Dalam satu bulan, Abdul bisa melakukan lebih dari 700 transaksi. “Saya tidak menduga bisa dapat Rp 6 juta per bulan. Makanya usaha ini saya wariskan kepada anak saya Rasyid,” ujarnya.
Baik pendapatan Ayub dan Abdul dari BRILink tergolong besar. Sebab menurut Bupati Rote Ndao, Leonard Haning, Upah Minimum Regional (UMR) di Kepulauan Rote hanya sebesar Rp 1,3 juta.
Sementara warganya sebagian besar berprofesi sebagai petani dan peternak. Hingga saat ini agen BRILink di Kepulauan Rote sudah melayani di 19 desa. (Melisa Mailoa/detikFinance)