Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wakil Gubernur NTT, Josep Nae Soi.
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wakil Gubernur NTT, Josep Nae Soi.

NYARIS tidak ada satu isu yang paling menyita memori kolektif publik beberapa  bulan terakhir ini selain coronavirus disease (Covid-19), atau yang tenar dengan sebutan virus corona. Semua media, baik media mainstream (koran, majalah, radio, televisi, daring/online) maupun media sosial (facebook, instagram, twitter, dll) baik internasional, nasional maupun lokal, tak melewatkan kesempatan untuk mempublikasikan Covid-19 dengan segala dinamika,  seluk beluk, perkembangan kasus, data korban dan sebagainya menurut beragam perspektif dan sudut pandang.

Covid-19 benar-benar menguasai ingatan kolektif seluruh manusia di planet ini. Bermula dari Kota Wuhan di Cina, virus ini menyebar cepat dengan eskalasi yang di luar dugaan. Ratusan negara kewalahan. Ribuan korban tewas meregang nyawa. Jutaan orang terpapar dan sedang dirawat dan dipantau.

Di Indonesia, virus ini juga mewabah di sejumlah daerah. Memukul mundur berbagai sektor. Dengan sifatnya yang berantai karena menggerakkan banyak sektor lain, sektor pariwisata menjadi sektor yang paling merasakan langsung akibatnya. Rute penerbangan internasional banyak ditutup. Tingkat hunian hotel menurun tajam. Mobil-mobil taksi, rental mobil, sepeda motor ojek nganggur. Restoran, kafe, dan artshop kehilangan pendapatan. Banyak karyawan swasta dirumahkan sementara. Kerugian akibat Covid-19 diperkirakan triliunan rupiah.

Di Nusa Tenggara Timur (NTT) Covid-19 juga kuat menghantam. Syukur, sejauh ini belum ada warga NTT yang positif Covid-19. Provinsi-provinsi lain sedang resah karena sudah terpapar dan positif. Pemerintahnya pusing. Warga gelisah gunda gulana.

Sejak mulai ‘ramai’ dan menjadi demikian pandemik seperti sekarang ini, Pemerintah Provinsi NTT di bawah kendali duet Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) dan Josef A Nae Soi begitu cepat bereaksi dan beraksi.  Dengan segera Pemprov NTT membentuk Tim Gugus Tugas Covid-19 yang diketuai Sekda NTT, Ben Polo Maing, dengan komandan lapangan Kepala Dinas Kesehatan NTT, Dr. drg. Dominikus Minggu Mere, M.Kes, dan Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTT, Dr. Marius Ardu Jelamu, M.Si sebagai juru bicara.

Mengapa harus Sekda NTT yang jadi ketua, sama juga atas perintah Gubernur VBL semua sekda kabupaten menjadi ketua tim penanggulangan Covid-19? Maksudnya jelas, agar rentang kendalinya kuat dan efektif. Mengapa Kepala Dinas Kesehatan, Dr. drg. Dominikus Minggu Mere, M.Kes, yang harus jadi komandan lapangan? Kepala Dinas Kesehatan adalah orang yang tepat karena punya kompetensi, kapasitas, juga otoritas dalam urusan dengan kesehatan. Lalu mengapa perlu Karo Humas dan Protokol Setda NTT, Dr. Marius Ardu Jelamu, M.Si, menjadi juru bicara? Gubernur VBL dan Wagub Josef Nae Soi tidak salah memilih Marius Jelamu karena Marius sangat cepat bergerak, bertanggung jawab penuh  dan  piawai mentransformasikan semua hal ihwal terkait Covid-19 di NTT menjadi bahasa media yang kemudian menjadi santapan informasi publik.

Peran humas yang diemban Marius sangat vital dan penting di tengah rimba raya informasi di media sosial yang datang seperti air bah tanpa bisa dipastikan kebenarannya karena tidak melalui proses verifikasi. Alhasil, warga tidak hanya takut terpapar virus corona, tetapi juga terpapar hoax yang lebih banyak menyesatkan dan meresahkan.

Itu sebabnya, Marius dibantu para staf di Biro Humas dan Protokol Setda NTT stand by hingga malam. Mereka kerja lupa waktu, lupa rumah, lupa keluarga. Dengan tekun dan sabar mereka mendata,  merekap, mengolah dan membagi informasi kepada para wartawan untuk dipublikasikan secara luas.

“Sebagai komunikator publik, fungsi humas pemerintah adalah mensosialisasikan kebijakan pemerintah, memberikan pelayanan, menyebarluaskan pesan atau informasi serta mengedukasi masyarakat mengenai kebijakan pemerintah. Justru pada saat  terjadi pandemik corona seperti sekarang ini, humas  perlu kerja total. Kita kerja seperti tidak kenal waktu lagi, karena masyarakat butuh berita yang valid dari pemerintah sehingga tidak termakan informasi menyesatkan,” kata Very Guru, Kasubag Pers dan Pengelolaan Pendapat Umum Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT.

Kadis Kesehatan Provinsi NTT, dr. Domi M. Mere, M.Kes didampingi Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT, Dr. Jelamu Ardu Marius, M.Si, saat memberi keterangan soal Covid-19 kepada wartawan, Kamis (26/3/20) siang.
  • Tekad Pemerintah

Dari alur dan konten pemberitaan yang dibagikan Biro Humas dan Protokol Setda NTT dan kemudian dipublikasikan secara luas dan masif oleh begitu banyak media, terlihat dan terbaca begitu kuat tekad Pemprov NTT agar NTT bebas dari Covid-19.  Langkah cepat Gubernur-Wagub  NTT membentuk Tim Gugus Tugas Covid-19 adalah langkah pertama. Tim Gugus Tugas Covid-19 bergerak cepat membentuk posko di Dinas Kesehatan NTT, membentuk tim kerja, menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dan merancang langkah-langkah strategis selanjutnya  yang perlu segera diambil.

Mendukung tekad NTT bebas Covid-19, Pemprov NTT mengalokasikan anggaran Rp 60 miliar. “Dalam teleconference  antara Presiden Jokowi dengan para gubernur dan para menteri tadi, Bapak Presiden meminta agar segera direalokasi dan refocusing anggaran untuk Covid-19. Kita siapkan Rp 60 miliar untuk penanganan corona di NTT. Tadi saya lihat ada beberapa provinsi, kita salah satu provinsi yang terbesar dalam alokasi anggaran,” papar Gubernur VBL kepada para wartawan di  Kantor Gubernur  NTT, Selasa  (24/3/2020) usai teleconference dengan Presiden Jokowi.

Dukungan politik anggaran juga datang dari DPRD NTT.  Mendahului pembahasan, DPRD NTT telah menyetujui penggunaan anggaran Rp 104 miliar mendukung percepatan penanganan Covid-19 di NTT.

Tekad yang sama juga diperlihatkan pemerintah kabupaten/kota di NTT. Kebijakan dukungan dana juga ditunjukkan wakil rakyat di Dewan di sejumlah kabupaten. Ini tidak lain menunjukkan tekad besar dan semangat bersama untuk membebaskan NTT dari Covid-19.

Tekad dan semangat ini mesti didukung semua elemen masyarakat. Di level provinsi, Gubernur VBL memotong anggaran perjalanan dinas para pejabat selama beberapa bulan ke depan. Anggaran-anggaran yang tidak urgen dialihkan peruntukannya menangani Covid-19.  Untuk seluruh NTT, Gubernur VBL juga mengeluarkan beberapa instruksi. Beberapa di antaranya adalah meliburkan semua sekolah guna mencegah kerumunan massa, merumahkan para ASN dan bekerja dari rumah, membatalkan atraksi-atraksi pariwisata yang telah diagendakan.

Para pemimpin agama juga satu suara dengan pemerintah: meniadakan ibadat dan perayaan keagamaan yang melibatkan kerumunan massa. Bayangkan prosesi Semana Santa Larantuka yang sudah mentradisi,  mendunia dan berjalan lima abad tahun ini ditiadakan. “Kita menghormati tradisi, tetapi kita juga menghormati kehidupan,” kata Uskup  Larantuka, Mgr. Frans Kopong Kung, Pr memberi alasan.

Nyaris semua ibadat keagamaan di NTT dihentikan. Gereja tutup, masjid tutup. Semua ibadat keagamaan ditiadakan.  Sikap dan kebijakan institusi Gereja, baik Katolik maupun Protestan ini penting digariskan mengingat saat ini umat Kristen lagi fokus pada perayaan-perayaan menyongsong Hari Raya Paskah.  Uskup Larantuka sungguh tepat dengan alasannya, kita menghargai tradisi tetapi kita juga menghormati  kehidupan.

Tekad pemerintah, kebijakan pemimpin agama, dan dukungan nyata semua elemen masyarakat menghadapi Covid-19 di NTT menggambarkan sikap dan semangat bersama melawan Covid-19 di NTT. Sikap dan semangat ini  sungguh penting melihat trend Covid-19 di NTT. Data orang dalam pemantauan (ODP) di NTT bergerak naik demikian cepat. Umumnya mereka yang masuk dalam kategori ODP adalah warga NTT diaspora yang kembali ke NTT. Mereka datang dari daerah terpapar. Maka tepat perlakuan pemerintah terhadap mereka sesuai protokol kesehatan: lapor dan periksa diri di fasilitas kesehatan. Isolasi secara mandiri (kurung diri) di rumah masing-masing.

“Dengan sangat kita mengharapkan agar mereka yang datang dari daerah terpapar melakukan isolasi mandiri selama 14 hari di rumah masing-masing.  Kalau Anda tidak keluar rumah, maka Anda telah menyelamatkan diri Anda, dan Anda telah menyelamatkan 5,4 juta warga NTT.” Ini permintaan Karo Humas dan Protokol Setda NTT, Dr. Marius Ardu Jelamu, M.Si, berkali-kali. Tidak ada yang jago menghadapi Covid-19.

Daerah ini masih bergulat dengan aneka persoalan serius lain. Pemerintah fokus dan serius menghadapi aneka soal dan masalah itu. Mari dukung pemerintah dengan sikap yang benar mengantisipasi penyebaran Covid-19 di NTT. dukungan kita sebenarnya sederhana saja: physical distancing dan social distancing.

Apa ini?  Jaga jarak satu sama lain paling kurang 1 meter. Batal dan hindari kegiatan dan atau aktivitas sosial kekeluargaan seperti arisan, pesta, ibadat keagamaan, dan semacamnya. Apalagi physical distancing dan social distancing sudah pula ditegaskan Kapolri dalam maklumatnya pekan lalu. Sederhana sekali. Tetapi kalau lalai akibatnya tidak lagi sederhana.  (kerja sama biro humas dan protokol setda ntt dengan SERGAP)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini