
sergap.id, OPINI – Saat ini masyarakat NTT disuguhkan dengan pristiwa pesta demokrsi pemilihan Cagub dan Cawagub. Diantara pasangan calon, Marianus Sae (MS) dan Emilia J. Nomleni telah dipilih oleh PDIP dan PKB menjadi Calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur.
Marianus merupakan kader terbaik Kabupaten Ngada yang lahir dari rahim Flobamora tampil dengan sejumlah kisah masa lalunya. Nama Marianus menjadi semakin besar dan populer karena semua orang terus memperbincangkan sosoknya. Sebagian orang berbicara tentang berbagai isu negatif dan sebagian lainnya mendiskusikan hal-hal positif, sangat tergantung dari motif yang melatar belakanginya.
Terkait dengan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur yang sudah ada di depan mata, maka pesan-pesan isu positif dan negatif tidak dapat dielak dan mencuat ke permukanan, sehingga menjadi dinamika politik yang menarik sekaligus menegangkan bagi masyarakat NTT.
Orang-orang yang tidak menyukai MS sebagai Cagub akan mengambil isu-isu negatif berupaya menjegal dan membunuh karakter MS sebagai calon pemimpin, dengan menutup serta melupakan berbagai hal positif.
Tetapi bagi pendukung MS akan melihat kedua hal tersebut secara holistik, baik pristiwa-pristiwa dan isu negatif, maupun realita atau fakta-fakta sebagai isu positif untuk mengambil hikmah dari perjalanan hidup MS sejak dalam penderitaan masa-masa kecil, berjuang dan menjadi pengusaha sukses, menjadi kepala daerah di Kabupaten Ngada, bahkan sampai saat ini Ia masih terpanggil untuk memimpin NTT.
Terdapat dua isu besar negatif yang sedang dikumandangkan oleh sekelompok orang yang belum jelas motifnya, yakni kasus Natalia dan pristiwa pemblokiran Bandara Turelelo So’a. Isu ini sangatlah menarik dan memiliki kekuatan teramat besar untuk membunuh karekater MS.
Sangat potensial untuk membatasi ruang gerak politik MS karena kasus Natalia berkaitan dengan etika dan moral sebagai salah satu rujukan untuk menilai integritas seorang pemimpin. Sedangkan pristiwa pemblokiran bandara dapat dipandang sebagai sebuah pristiwa hukum karena dianggap sebagai bentuk penyalahgunaan wewenang oleh seorang Kepala Dearah dalam jabatannya.
Segellintir orang yang tidak menyukai sosok MS akan menunjukan ekspresi seolah-olah risau atau risih dengan dua isu tersebut untuk selanjutnya memberikan pesan-pesan yang menyebabkan kecemasan bagi masyarakat pada umumnya. Etika dan moral merupakan hal sensitif yang dapat menjadikan pemimpin tidak memiliki arti dan tidak dihargai dan dipercaya lagi oleh publik sehingga pada akhirnya dapat menjatuhkanya.
Moralitas dalam prilaku pemimpin telah dikemukakan oleh Saifullah (2012:10), sebagai kebiasaan atau cara hidup. Pendapat tersebut mengandung makna bahwa integritas seseorang dapat dilihat dari kebiasaan-kebiasaan hidupnya.
Dipertegas oleh Makawibang (2012:125), yang mengemukakan bahwa; moral adalah keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Dengan pendapat tersebut kita kemudian disadarkan bahwa moral berkenaan dengan prilaku baik dan buruk.
Pandangan Kartono (2011:98), tentang moralitas dalam prilaku pemimpin menegaskan bahwa pemimpin dituntut untuk mempertangungjawabkan moralnya melalui sikap kritis dan realistis.
Tiga pendapat ahli sebelumnya, sekurang-kurangnya menegaskan bahwa moral menjadi salah satu unsur penting dalam menilai integritas seorang pemimpin. Bahwa pemimpin yang berintegritas harus memiliki moral yang benar, yang artinya melakukan hal-hal yang baik dan benar yang dapat dipertangungjawabkan didepan Tuhan, hukum, dan masyarakat.
Tentang Natalia merupakan isu yang sudah lama diketahui masyarakat Ngada dan telah dilupakan karena diprespesikan oleh masyarakat setempat sebagai isu yang senagaja dibuat dan dibesar-besarkan untuk merusak nama baik MS.
Sedangkan Natalia sendiri tidak mempersoalkan informasi tersebut karena bertendensi menjatuhkan MS dengan keterpanggilannya untuk memajukan daerah. Beda halnya dengan sekelompok orang yang sangat subjektif dan tidak menyukai perjalanan hidup serta trobosan-trobosan MS dalam membangun Ngada justru menjadikan pristiwa Natalia untuk membunuh karekter seorang MS.
Meski demikian, isu yang ada justru semakin menambah kecintaan masyarakat Ngada terhadap sosok Marianus Sae. Terhadap isu Natalia, Masyrakat Ngada memaknai pristiwa hidup yang dialami MS sebagai realita dari pepatah yang mengatakan bahwa “hidup seseorang ibarat pohon yang semakin tinggi, semakin besar guncangan angin”. Sedangkan bagi MS mengibaratkan hidupnya “sebagai pohon yang ketika dilempari lumpur dan kotoran, justru semakin subur, yang terpenting tetap menjadi pohon yang berbuah lebat bagi banyak orang”.
Mungkin MS menjadikan masalah tersebut sebagai sebuah pelajaran hidupnya sehingga MS terus menjadi semakin baik dan bijak dari waktu ke waktu. MS sendiri mungkin juga sudah tahu bahwa isu tersebut akan diberitakan lagi pada waktunya. Ternyata benar, isu yang sudah lama ditelan waktu tersebut justru kini kembali muncul kepermukaan seperti penyakit musiman.
Sama halnya dengan isu Natalia, isu propaganda negatif lainnya terkait dengan pristiwa pemblokiran Bandara Turelelo So’a yang dimakanai sebagai pristiwa penyalahgunaan wewenang. Isu pemblokiran bandara tersebut sangatlah strategis dalam membunuh langkah MS menuju NTT 1 dalam memajukan daerah.
Isu tersebut diibaratkan “membidik musuh di tanah gersang dari atas bukit”. Marianus diposisikan sebagai musuh masyuarakat yang tidak dapat terhindar dari bidikan karena berada dalam tempat terbuka, tidak dapat terhindarkan, karena pristiwa tersebut MS secara langsung berhadapan dengan jeratan hukum, yakni Undang-undang Hukum Pidana. Marianus disangkakan pasal 421 tentang penyalahgunaan kekuasaan dengan ancaman hukum maksimal dua tahun delapan bulan penjara, seperti yang diberitakan Pos Kupang, (4/01/2014).
Dua hal seperti yang dijelaskan sebelumnya ternyata dapat dijadikan senjata ampuh bagi sekelompok orang yang tidak menudukung atau yang tidak menyukai sosok MS sebagai Cagub untuk selanjuntya membunuh langkah politik MS.
Tetapi bagi yang mendukung sudah semetinya memiliki dasar yang kuat untuk meluruskan dua pristiwa penting tersebut untuk meback-up pekerjaan-pekerjaan politik MS. Setiap orang tentu memiliki hak yang sama untuk menyampaikan pesan pikiran dan suara hatinya, serta berhak pula untuk menerjemahkan motif-motif tertentu terhadap suatu isu yang dibangun oleh seseorang atau sekelompok orang serta meluruskannya.
Dua isu yang dapat dipandang sangat klasik tersebut dapat dilatarbelakangi oleh motif kesengajaan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk melumpuhkan pergerakan politik MS dan menciptakan keresahan atau kecamasan publik.
Beberapa alasan yang mendasarinya antara lain; pertama, Bahwa isu tersebut sudah lama tidak diperbincangkan lagi, dan hanya pada saat-saat MS maju mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah, isu tersebut kembali mencuat ke publik. Ke dua, MS telah mengklarifikasikan isu-isu tersebut jauh sebelum ajang kompetisi dalam pesta demokrasi saat ini, dan tidak dipersoalkan sebelumnya. Ke tiga, terkait dengan isu etika dan moralitas, Natalia tidak pernah mempersoalkan dan tidak pernah merasa benar sebagai korban dan tidak dilakukan proses hukum, dan sangat buram kebenaran isu tersebut.
Tentu sangat tidaklah elegan bagi siapapun untuk mengangkat masalah privasi dan masalah pribadi untuk menjegal seseorang yang lain pada momentum-momentum politik seperti saat ini. Dan ke empat, terkait dengan pristiwa pemblokiran bandara telah ada penyelsaian perkara dengan diterbitkannya Surat Printah Pemberhentian Penyeleidikan (SP3) oleh Kapolda NTT, diberitakan oleh media Pos Kupang (27/12/2017).
Terlapas dari isu-isu negatif yang dideskripsikan sebelumnya MS merupakan sosok pemimpin yang berhasil membawa Nagada ke arah yang lebih baik. Terdapat banyak trobosan yang hasilnya justru sudah dirasakan oleh masyarakat Ngada pada umumnya, sehingga menambah kecintaan masyarakat Ngada terhadap MS. Dalam proses pembangunannya, MS memiliki gagasan “Membangun Ngada dari Desa” dengan prioritas penguatan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi masyarakat.
Dalam bidang infrastruktur MS betul-betul memperjuangkan hak dan kebutuhan masyarakat yang belum maksmial dirasakan sebelumnya, yakni, pembukaan jalan sampai ke desa-desa, bahkan sampai pada penataan dan penguatan jalan dalam desa hingga ke lahan-lahan pertanian sebagai kantong produksi pertanian.
Dalam bidang pendidikan melalui pemberian beasiswa dalam meningkatkan human defelopmen masyarakat Ngada, dengan sasaran keluarga-keluarga yang kurag mampu secara ekonomi. Dalam bidang kesehatan, dengan cara menyiapkan tenaga dokter dari putra dan puutri daerah, dan trobisan lainnya. Sedangkan dalam bidang ekonomi dilakukan melalui berbagai program pro-rakyat dengan keseriusannya dalam meberhatikan kelompok tani.
MS memiliki pemikiran yang terbuka dan mengatahui sebaik mungkin tentang keadaan daerah sebelum menjadi pemimpin, dan pada akhirnya memiliki ekpetasi kuat terhadap daerah yang dipimpinnya. Tidak heran jika gaya politik yang dilakukannya sekarang tidak menyerahkan sepenuhnya kepada tim sukses, tetapi langsung melakukan blusukan ke daerah-daerah terpencil yang jauh dari perhatian.
Gaya yang sama sudah dilakukan sebelum menjadi pemimpin di Ngada. Terbukti ia mengetahui potensi daerahnya, kelemahan-kelamahan, peluang dan tantangan yang sedang diahadapi. Prospek pembangunan yang dimulai dari desa didasarkan atas kesadaranya bahwa masyarakat Nagada berbasis di desa.
Masyarakat desa hidup dan bergantung dari pertanian yang pada kenyataan masih menjadi potensi daerah. Ia juga sadar bahwa kelemahan masyarakat Ngada terletak pada sumber daya manusia, sehingga diluncurkannya beasiswa bagi anak-anak sekolah sehingga mampu mencapai tingkat pendidikan yang tinggi dan lebih baik lagi, perhatiannya bagi para tenaga pengajar dan tenaga kesehatan honorer.
Ia pun tahu persis tantangan lemahnya ekonomi masyarakat sebagai tantangan dalam sebuah proses pembangunan sehingga menjadi dasar terhadap program-program ekonomi pro-rakyat yang telah dibuatnya. Ia juga sadar betul bahwa penyerapan APBD yang belung efektif dan efisien merupakan hambatan yang jika diperbaiki dapat menjadi potensi untuk membiayai berbagai trobosan pembangunan. Pada akhirnya ia melakukan penghematan besar-besaran untuk membiayai pembangunan infrastruktur dan program-program lainnya.
Menelisik trobosan MS dalam membangun Ngada dapat dikatakan bahwa Marianus Sae memang hanyalah seorang manusia biasa yang penuh dengan keterbatasan, tetapi Ia telah melakukan yang terbaik bagi orang-orang di dekatnya, bagi masyarakat, dan bagi orang-orang kecil. Ia dapat melakukan yang terbaik dengan mudahnya karena ia tahu betul, merasakan betul bagaimana pernah menjadi masyarakat kecil, masyarakat jelata yang menggantungkan hidupnya kepada kebijakan dan keberberpihakan seorang pemimpin.
Marianus juga merupakan orang yang cerdas, bukan hanya cerdas menjadi pengusaha, bukan pula hanya cerdas menjadi politisi, tetapi juga cerdas dalam mendesain dan melaksanakan proses pembangunan di daerah.
Keberhasilan pendekatan pembangunan yang telah dilakukannya di Ngada, telah meyakinkannya untuk menerapkan trobosan yang sama untuk NTT. Dengan gagasan yang ia miliki yakni; prioritas terhadap masalah infrastruktur, pendidikan, kesahatan, dan ekonomi masyarakat, sangatlah dimungkinkan untuk menjadikannya gubernur yang berhasil jika terpilih dikemudian hari.
Besarnya peluang untuk berhasil tersebut dikarenakan pengalaman yang sudah pernah ia lakukan. MS sudah berbuat, bukan baru berkonsep, Ia sudah melakukan, bukan baru memikirkan. Selain hal tersebut karakterisitk daerah yang ada di NTT memiliki kesamaan dengan daerah Ngada tempat ia berbakti selama ini.
Pendekatan pembangunan yang digagaskan oleh MS dalam membangun NTT sesuai dengan pengalamannya selama menjadi Bupati Ngada menunjukan bahwa ia sangat cerdas dan mengetaghui betul konsep mengenai tahapan pembangunan yang dikemukakan oleh W. W Rostow, seorang ahli ekonomi yang amat terkenal di Amerika Serikat sebagai Bapak teori Pembangunan dan Pertumbuhan. Rostow dalam tulisanya, (The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto), mengemukakan 5 tahap proses pembangunan berdasarkan kareakteristik, perubahan keadaan ekonomi, sosial dan politik yang terjadi.
Rostow mengemukakan tentang pembangunan ekonmi atau transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern merupakan proses yang multidemensional, yang artinya bukan hanya bertolak pada kondisi ekonomi saja tetapi peranan sektor pertanian.
Lima tahapan menurut Rostow antara lain; masyarakat tradisonal, pra-kondisi tinggal landas (investasi yang semakin tinggi), tinggal landas (adanya kemandirian), menuju kedewasaan (kemajunan yang terus bergerak ke depan), dan konsumsi tinggi (kemakmuran).

Teori Rostow jika disandingkan dengan pendekatan pembangunan yang berhasil digagas oleh MS dapat terlihat bahwa MS memang benar-benar sadar tetang kareakteristik, perubahan keadaan ekonomi, sosial dan politik yang masih berada pada kondisi pra tinggal landas.
Bahwa NTT belum bisa berbicara tentang penerapan trobosan pembangunan yang terlalu muluk-muluk, atau terlalu ideal dan terlalu jauh. NTT masih terhambat oleh sejumlah masalah, antara lain, masalah infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan ekonomi, sehingga penanganan dalam proses pembangunan masih berhubungan dengan keempat hal pokok tersebut.
Infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi masyarakat menjadi sebuah fondasi yang mesti dibangun dan diperkuat jauh sebelum memikirkan gagasan-gagasan besar agar NTT bisa mencapai kemandirian sampai dengan kemakmuran yang masih jauh di garis finis.
NTT memang masih tertinggal. NTT merindukan sosok pemimpin yang tangguh, militan, visioner, berkarakter, dan dapat membawa daerahnya ke tempat dan kondisi yang lebih baik. Banyak figur yang terpanggil untuk mengabdi, tetapi dapat dikataan bahwa Marianus memiliki mimpi yang sangat realistis untuk NTT.
Marianus memiliki kisah perjuangan dalam tiga dimensi waktu, masa lalu, masa kini, dan masa depan. Masa lalu sebagai orang kecil yang benar-benar merasakan betapa susahnya menjadi kaum jelata, dan berjuang menjadi sukses sebagai seorang pengusaha muda. Masa kini, Marianus berhasil menjadi Bupati Ngada dua periode yang mampu melakukan banyak hal untuk dirasakan oleh masyarakat, selanjutnya terpanggil untuk memimpin NTT dalam memerangi sejumlah persoalan yang jauh lebih menantang.
Pada akhirnya Marianus memiliki ekspetasi atau harapan-harapan yang kuat bagi masa depan masyarakat NTT. (Penulis: Bernadus Gapi/Pemerhati Sosial)