
sergap.id, KISAH – Tepat pukul 08.00 pagi, orang tua murid mulai masuk ke dalam ruangan kelas di sekolah. Beberapa orang tua terlihat sopan, tapi ada beberapa berlagak sombong.
Pada saat guru mulai berbicara, pintu yang baru saja ditutup terbuka kembali. Perlahan-lahan seorang pria paruh baya muncul dari balik pintu. Badannya kotor penuh dengan debu.
Sedikit tersipu, dia meminta maaf karena datang terlambat. Kehadirannya menarik perhatian orang tua murid lainnya. Dia mengenakan pakaian kerja yang sudah kotor penuh bercak cat dan semen. Celananya pekat dengan debu. Kakinya dibalut sepatu boot penuh lumpur. Dia kelihatan seperti baru pulang kerja.
Seorang guru yang mengatur acara rapat orang tua murid pun menyapanya: “Permisi, Bapak siapa?”. Pria paruh baya itu berkata: “Saya ayahnya Lipus” Guru itu terlihat kaget, tapi segera meminta pria itu menandatangani buku hadir.
Dengan muka sedikit tertunduk, ayah Lipus berkata: “Maaf, Pak Guru, saya tidak bisa membaca dan menulis…”. Serentak para orang tua murid lainnya menertawakannya. Sang guru pun meneguhkan ayah Lipus: “Tidak apa-apa, saya yang akan membantu Bapak tanda tangan.”
Kemudian guru tersebut mulai menjelaskan, tujuan diadakannya rapat orang tua murid adalah supaya setiap orang tua dapat saling berbagi pengalaman tentang bagaimana cara mendidik anak yang baik.
Ada 2-3 orang tua murid membagikan pengalaman mereka; cara mendidik anak-anak dengan gaya super ketat agar anak-anak mau menulis PR. Ada juga orang tua yang membantu anak-anak mereka mencarikan guru les tambahan, dll.
Dan, tibalah saatnya ayah Lipus untuk berbicara. Namun sebelumnya pak guru itu menjelaskan tentang Lipus. Ya Lipus adalah seorang murid teladan dengan nilai terbagus di kelas. Pelajaran matematika selalu peroleh nilai terbaik, ia tidak pernah terlambat, selalu bersikap baik terhadap teman-temannya.
Para orang tua murid tampak kaget. Bapak yang tidak terpelajar namun mempunyai anak yang hebat. Ayah Lipus dengan agak sedikit canggung mulai berjalan ke depan. Ia sedikit tertunduk, tidak begitu berani menatap mata para orang tua murid lainnya.
Ini perkataannya: SAYA hanya suka melihat anak saya mengerjakan PR nya. Setiap kali sepulang kerja, tidak peduli seberapa capeknya saya, saya pasti akan duduk di samping dia untuk melihatnya mengerjakan PR yang ada.
Suatu hari, anak saya bertanya kepada saya, “Ayah, setiap hari melihat saya mengerjakan PR, apa Ayah mengerti apa yang saya kerjakan?”. Saya berkata “Ayah tidak mengerti.”
Kemudian anak saya bertanya lagi: “Ayah, jika Ayah tidak mengerti bagaimana Ayah tahu saya mengerjakannya dengan benar atau tidak?”. Saya berkata: “Jika kamu mengerjakannya dengan cepat, maka Ayah tahu bahwa soal ini sangat mudah; jika kamu menyeka keringat, mengambil air minum, maka Ayah tahu kalau soal itu susah.”
Saya seorang buruh bangunan. Suatu kali saya mengangkat wajah saya dan melihat bangunan tinggi yang saya bangun, saya bertanya kepada anak saya, apakah kamu mau tinggal di rumah yang tinggi, yang besar, rumah yang indah? Mengendarai mobil bagus? Anak saya menganggukkan kepalanya. Saya berkata: “Oleh karena itu kamu harus belajar dengan baik.”
Saya tidak sekolah, tidak dapat membaca dan menulis, saya tidak tahu bagaimana cara-cara hebat mendidik anak. Saya hanya suka bercakap-cakap dengan anak saya. Anak saya senang jongkok di samping saya pada saat saya bekerja. Saya tidak memberikan uang jajan kepada anak, ia tidak bermain internet, juga tidak belanja macam-macam. Dia sering di rumah membantu saya mencuci pakaian.
Setelah selesai berbicara, dia membungkuk untuk memberikan hormat kepada sang guru! Orang tua murid lainnya terpaku tak bergeming, sementara orang tua murid yang berlagak sombong malu tak bertepi, hati mereka sangat tersentuh oleh perkataannya.
Yah,,, ayah Lipus meskipun tidak mempunyai pendidikan yang tinggi dan tidak dalam keadaan ekonomi yang cukup, tetapi ia sangat hormat kepada guru. Dia juga senang menemani anaknya. Ini adalah caranya bagaimana dia berhasil dalam mendidik anak! (Yonas)