sergap.id, NGORANALE – Warga Desa Ngoranale, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, mengusir seorang warga Pelaku Perjalanan dari Tempat Terpapar (P2T2) yang diketahui baru pulang dari Surabaya, Jawa Timur.
Dalam unggahan video pada cahel youtube “Dennys Semi”, Rabu (20/5/20), tampak sang P2T2 yang disebut-sebut bernama Goris itu diantar oleh seorang dokter menggunakan mobil ambulance Kemenkes RI.
Terdengar seorang ibu berteriak marah, “Pulang…Pulang… Jangan bikin rusak kami disini”.
P2T2 ini dilaporkan baru dua minggu meninggalkan Ngoralane untuk mencari kerja di Surabaya. Namun karena belum dapat kerja, ia akhirnya pulang kembali dan tiba di Bajawa pada tanggal 14 Mei 2020.
Ia kemudian di karantina terpusat di Desa Turekisa, Kecamatan Golewa Barat, Kabupaten Ngada.
Menurut sang dokter yang mengantarnya, Goris masih berstatus sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG) Covid-19 dan telah di karantina selama 4 hari.
Tapi karena yang bersangkutan tidak memiliki gejalan batuk, pilek, dan lain sebagainya, maka dia dipulangkan, namun akan tetap dalam pengawasan petugas kesehatan.
“Apalagi ruang isolasi (karantina terpusat) tidak banyak. Di atas (Turekisa) ada 18 orang,” ujar si dokter yang didengar cermat oleh warga.
Dokter pun memastikan bahwa Goris telah menjalani sejumlah tes, termasuk rapid test dan hasilnya negatif.
“Dia sakit, tapi bukan gejalan covid, tapi karena terimpa pintu mobil di Surabaya, makanya jalannya agak pincang. Kakinya masih bengkap. Kita sudah beri dia obat untuk turunkan bengkak itu,” katanya.
Namun penjelasan dokter tak meluluhkan sikap warga. Warga tetap ngotot agar Goris dibawa pergi meninggalkan wilayah Desa Ngoranale.
“Dia kan sudah punya rumah, punya istri anak, di Boripo (sebuah kampung yang tak jauh dari Desa Ngoranale). Kenapa dia diantar kesini? Kami minta dia di antar ke Boripo sana. Karena kami tidak jamin dia di karantina disini,” ujar seorang warga.
Warga lainnya mengaku, Goris telah meninggalkan Desa Ngoranale sejak 10 tahun yang lalu. “Dia baru datang kembali ke sini sekitar 4 tahun yang lalu. Selebihnya dia merantau”.
Karena warga tetap menolak, akhirnya Goris dibawa pergi oleh dokter yang mengantarnya.
Hingga berita ini diturunkan, Kepala Desa Ngoranale, Camat Bajawa, maupun Bupati Ngada belum berhasil dihubungi SERGAP.
Namun kejadian pengusiran tersebut menuai komentar pro dan kontra di media sosial. Sebagian netizen mengutuk sikap warga. Sedangkan yang lainnya mendukung. Apalagi pernah terjadi di Kota Kupang, yakni sejumlah pasein yang belakangan diketahui positif Covid-19 berdasarkan tes swab, awalnya berstatus OTG. Seperti yang terjadi pada pasien positif corona Klaster Sukabumi. (zoi/zoi)