sergap.id, KUPANG – Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL), mengaku, sejauh ini belum ada satu pun kabupaten di Provinsi NTT yang serius membudidayakan Kelor. Padahal permintaan pasar sangat tinggi.

Karena itu dia menginstruksikan kepada semua bupati dan wakil bupati untuk segera menyiapkan 1000 hektar lahan untuk ditanami kelor.

“Belum ada kabupaten yang serius urus kelor. Lahannya di mana? Saya instruksikan agar setiap kabupaten siapkan 1000 hektar dan setiap rumah tangga minimal tanam lima (5) pohon (kelor). Ini harus jadi gerakan bersama,” tegas VBL saat memimpin apel bendera di halaman Kantor Gubernur NTT, Senin (17/2/20).

Vbl mengatakan, permintaan kelor ke NTT sangat tinggi. Namun ketersediaannya sangat minim.

“Saya diminta 1 ton kelor dari Jakarta, tapi tidak tersedia,” ucap VBL.

Guna menjadikan kelor sebagai komoditi unggulan dari NTT, VBL menginstruksikan Dinas Pertanian Provinsi NTT untuk membagikan benih kelor secara gratis kepada masyarakat.

“Untuk rakyat di kasi gratis. Benih jangan buat PAD. Kalau untuk pengusaha, ya mereka harus beli. Kadis Pertanian, kalau tidak bisa dipanen kelornya, maka kamu istirahat saja (dicopot dari jabatan),” ujar VBL.

Menurut VBL, menanam kelor sangat penting dilakukan. Selain memiliki nilai ekonomis yang tinggi, kelor juga mempunyai nutrisi yang baik untuk mengatasi stunting atau masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang lama.

Sebab salah satu manfaat daun kelor adalah kemampuannya membantu meningkatkan berat badan pada anak-anak dengan malnutrisi atau anak dengan tubuh yang tidak mendapat asupan gizi yang cukup. Manfaat ini bisa didapat dengan mengonsumsi bubuk kelor selama dua bulan secara teratur.

Apel bendera di halaman Kantor Gubernur NTT, Senin (17/2/20).

Angka stunting terbesar di NTT, kata VBL, berada di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), dan Kabupaten Kupang.

“Saya ingin menggarisbawahi beberapa hal tentang angka stunting dan kemiskinan. Kalau dilihat dari statistik, maka Kabupaten Kupang, TTS, dan TTU menjadi beban bagi Pemerintah Provinsi NTT. Ini harus diterapi secara serius,” kata VBL.

VBL berharap, pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT serius mengurus masalah stunting dan kemiskinan, khususnya di wilayah di Kabupaten Kupang, TTS, dan TTU.

“Karena NTT termasuk yang tertinggi di Indonesia. Kalau tiga kabupaten ini diterapi dengan baik, maka akan berdampak terhadap provinsi,” tandasnya.

VBL juga mengkritik angaran rapat yang sangat tinggi di lingkup Pemprov NTT, namun belum menunjukkan hasil kerja yang baik.

“Rapat harus kerja. Rapat harus di lapangan. Saya minta pak Sekda serius urus ini,” tegasnya.

Apel bendera di halaman Kantor Gubernur NTT, Senin (17/2/20).

Pada tempat yang sama, penyuluh pertanian, Bone Rangga, S.Sos, mengatakan, dirinya sangat mendukung tekad VBL dalam menggiatkan budidaya kelor di NTT.

“Kami penyuluh sangat mendukung tekad dan semangat kerja Bapak Gubernur, khususnya terkait dengan kelor. Hanya perlu diketahui bahwa setiap lahan kelor yang ingin dipanen diperlukan mesin pengiring. Karena secara teknis, kelor itu tidak boleh lebih dari empat (4) jam untuk dikeringkan setelah dipanen,” ujar Bone.

Bone  menjelaskan, harga mesin pengering kelor saat ini senilai Rp 75 juta per buah, dan mampu menyerap 15 tenaga kerja pada setiap satu hektar lahan kelor. (red/veri guru)

1 Komentar

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini