Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Kupang, Sri Wahyuningsih.

sergap.id, KUPANG – Jumlah penderita TBC atau TB di Kota Kupang yang diobati pada tahun 2016 hingga Juni 2017 mencapai 1.240 orang. Itu sebabnya, Kota Kupang menempati urutan 5 jumlah penderita TBC terbanyak di NTT.  

Karena itu, Dinas Kesehatan Kota Kupang terus melakukan upaya pencegahan melalui  program Gerakan Ketuk Pintu (GKP).

Caranya, petugas kesehatan yang berada di kecamatan dan kelurahan, setiap hari mendatangi rumah – rumah penduduk untuk mendeteksi keberadaan penderirta TBC.

“Grafik menunjukkan angka partisipasi mayarakat, khususnya penderita TB cukup meningkat melakukan pemeriksaan dan pengobatan di 11 Puskesmas yang ada di Kota Kupang,” ujar Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Kupang, Sri Wahyuningsih kepada wartawan, Rabu (1/11/17).

Menurut Sri, jika penderita ditemukan, maka penderita langsung ditangani secara baik.  Kalau pasien komit mengikuti saran medis, maka dipastikan dalam 6 bulan, pasien akan sembuh total.

“Jika tidak diobati, maka dampaknya, penularan akan semakin cepat. Penularan TBC paling umum terjadi  ketika seseorang pengidap TBC batuk, bersin, atau ledir batuk yang dibuang sebarangan. Bakteri TB akan ikut terbang ke udara, dan selanjutnya akan masuk ke orang lain melalui udara yang dihirup,” papar Sri.

Kata Sri, sesungguhnya masyarakat sudah tahu bahaya TBC, karena informasi tentang TBC sering sekali disiarkan melalui televisi, radio, surat kabar cetak maupun online. Namun  kesadaran masyarakat untuk diobati masih sangat minim. Padahal pengobatannya gratis.

“Pengobatan penyakit TBC ada tahapannya, dimana obat yang diberikan harus di minum tiap hari. Jika tidak, maka tidak minum sehari sama dengan tidak minum selama 6 bulan,” ucap Sri.

Setelah tahapan minum obat selesai, kata Sri, pasien harus diperiksa ulang untuk mengetahui apakah kuman TBC masih ada atau tidak.

“Sangat berbahaya bagi mereka yang putus minum obat karena sudah merasa sembuh. Ini akan membuat lebih sulit dalam penanganan. Karena sebenarnya penanganannya hanya minum obat tablet saja, tapi karena sudah kebal, maka harus diinjeksi,” tutup Sri.  (advadv)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini