Workshop Warga Peduli AIDS Kabupaten Nagekeo.

sergap.id, MBAY – Jumlah penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) di Kabupaten Nagekeo terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Sejauh ini sudah ada 90 kasus yang ditangani oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nagekeo, yakni:

  • Tahun 2007 terdapat 3 kasus dengan angka kematian nol persen.
  • Tahun 2009 hingga 2010 terdapat 17 kasus dengan angka kematian tujuh orang atau 41,2 persen.
  • Tahun 2015, 46 kasus dengan angka kematian sebanyak 27 orang atau 58,7 persen.
  • Tahun 2016, 17 kasus.
  • Tahun 2017, 13 kasus.
  • Tahun 2018, terhitung dari Januari sampai September terdapat 14 kasus.

“Sehingga total kasus HIV/AIDS di Nagekeo sejak 2007 hingga September 2018 berjumlah 90 kasus orang yang terkena HIV/AIDS,” ujar Elfrin Hurek, petugas KPA Nagekeo, kepada SERGAP, Rabu (24/10/18).

Elfrin menjelaskan, dari 90 kasus tersebut, terdapat 42 orang yang telah meninggal dunia. Sementara yang masih hidup sebanyak 48 orang, dan dari 48 itu, 12 orangnya telah berpindah alamat ke kabupaten lain.

Sementara 2 orang dari 48 orang tersebut menghilang dan tidak ditemukan alamatnya hingga saat. Sedangkan 34 orang sisanya masih dalam perawatan dan pendampingan Kelompok Dukungan Sebaya di bawah koordinasi KPA Nagekeo.

Menurut Elfrin, 90 kasus HIV AIDS ini tersebar di 7 Kecamatan, yakni:

  1. Kecamatan Aesesa terdapat 45 orang.
  2. Kecamatan Aesesa Selatan 4 orang.
  3. Kecamatan Keo Tengah 8 orang
  4. Kecamatan Boawae 11 orang.
  5. Kecamatan Mauponggo 11 orang.
  6. Kecamatan Nangaroro 3 orang.
  7. Kecamatan Wolowae 2 orang.
  8. Yang telah berpindah alamat dan menghilang dari Nagekeo sebanyak 6 orang.
Workshop Warga Peduli AIDS Kabupaten Nagekeo.

Menurut Elfrin, untuk mengurangi risiko penambahan jumlah penderita HIV AIDS, pihaknya gencar melakukan penyuluhan dan pembinaan kepada penderita agar tidak menular kepada orang lain.

“Upaya lain yang dilakukan adalah melakukan pengawasan secara ketat terhadap tempat hiburan malam di Mbay (ibu kota Kabupaten Nagekeo). Karena tempat-tempat ini merupakan (salah satu) pusat penyebaran HIV AIDS,” ucapnya.

Kata Elfrin, upaya menekan jumlah penderita HIV AIDS juga dilakukan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang ada di 7 kecamatan di Nagekeo, yakni melakukan Screening atau penyaringan kasus (Uji Tapis) untuk mengidentifikasi penderita HIV AIDS.

“Screening populasi beresiko dilakukan setiap tiga bulan pada puskesmas maupun klinik voluntary counseling and testing (VCT) untuk memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS,” paparnya.

“Selain di puskesmas-puskesmas, pemeriksaan terhadap penderita HIV AIDS juga dapat dilakukan pada klinik VCT RSU Aeramo,” tutupnya.

Antonius Moti.

Sementara itu Anggota DPRD Nagekeo, Antonius Moti, mengaku prihatin dengan tingginya jumlah penderita HIV di Nagekeo.

Ia berharap pemerintah segera mengambil langkah pencegahan dini agar penyebaran HIV AIDS tidak berlanjut. Salah satu cara adalah bersama aparat keamanan melakukan penertiban terhadap tempat prostitusi ilegal yang saat ini sedang menjamur secara terselubung di Nagekeo.

“Kondisi ini sangat membahayakan bagi generasi kita depan. 90 kasus HIV/AIDS ini bukan hal yang biasa-biasa saja, tetapi telah mengancam generasi kita,” kata Moti. (sg/sg)

KOMENTAR ANDA?

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini